Kamis, 19 Maret 2015
Hari Raya Santo Yusuf, Suami Santa Perawan Maria
“Tuhan, dengan memberikan Yusuf kepada Santa Perawan, tidak
memberikannya kepada Maria hanya sekedar sebagai pendamping hidupnya,
saksi keperawanannya dan pelindung kehormatannya; Ia juga memberikan
Yusuf kepada Maria agar ia, melalui ikatan perkawinan, dapat ikut ambil
bagian dalam martabat Maria yang agung luhur.” ----- Paus Leo XIII
Antifon Pembuka (Bdk. Luk 12:42)
Dialah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat Tuhan menjadi kepala keluarga-Nya.
Behold, a faithful and prudent steward, whom the Lord set over his household
atau (Mzm 92(91):13.14)
Justus ut palma florébit: sicut cedrus Líbani multiplicábitur: plantátus in domo Dómini: in átriis domus Dei nostri.
Ayat. Bonum est confitéri Dómino: et psállere nómini tuo, Altíssime. ℣.
Glória Patri, et Fílio, et Spirítui Sancto. Sicut erat in princípio, et
nunc, et semper, et in sǽcula sæculórum. Amen. — Justus ut palma
florébit …
Pengantar
Peranan Santo Yusuf dalam karya penyelamatan Allah memang tidak menonjol
dibandingkan dengan Maria. Dalam Kitab Suci dan juga secara tradisi
Yusuf tidak banyak disebut atau diceriterakan. Ucapannya tak sepatah
kata pun tercatat dalam Kitab Suci. Namun Santo Yusuf sangat berjasa
sebagai pelaksana yang lurus, tekun dan setia, tanpa banyak bicara. Ia
penuh tanggung jawab terhadap isterinya Maria, dan juga keluarganya.
Hari ini Gereja memberikan penghormatan yang kuat atas peran Santo
Yusuf, lebih-lebih karena telah dengan setia mendampingi ibu Maria dalam
mengasuh Yesus Putra-nya.
Pada Misa ini ada Gloria dan Credo
Doa Pagi
Allah Bapa yang Mahakuasa, Engkau telah menyerahkan awal misteri
keselamatan kepada Santo Yusuf untuk dijaganya dengan setia. Kami mohon,
semoga berkat doanya Gereja-Mu selalu membantu mewujudkan karya
penyelamatan-Mu itu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan
kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus hidup dan
berkuasa, Allah sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Kedua Samuel (7:4-5a.12-14a.16)
"Tuhan Allah akan memberikan Dia takhta Daud bapa-Nya."
Pada suatu malam datanglah firman Tuhan kepada Natan, “Pergilah,
katakanlah kepada hamba-Ku Daud: Beginilah firman Tuhan: Apabila umurmu
sudah genap dan engkau telah mendapat istirahat bersama nenek moyangmu,
Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan
Aku akan mengokohkan kerajaannya. Dialah yang akan mendirikan rumah bagi
nama-Ku, dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk
selama-lamanya. Aku akan menjadi Bapa-Nya, dan ia akan menjadi anak-Ku.
Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku,
takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = d, 4/4, PS 845
Ref. Tuhan adalah kasih setia bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya.
Ayat. (Mzm 89:2-3.4-5.27.29; Ul: 37)
1. Aku hendak menyanyikan kasih setia Tuhan selama-lamanya, hendak
menuturkan kesetiaan-Mu turun-temurun. Sebab kasih setia-Mu dibangun
untuk selama-lamanya; kesetiaan-Mu tegak seperti langit.
2. Engkau berkata, "Telah Kuikat perjanjian dengan orang pilihan-Ku, Aku
telah bersumpah kepada Daud, hamba-Ku; Aku hendak menegakkan anak
cucumu untuk selama-lamanya, dan membangun takhtamu turun-temurun."
3. Dia pun akan berseru kepada-Ku, "Bapakulah Engkau, Allahku dan gunung
batu keselamatanku". Untuk selama-lamanya Aku akan memelihara kasih
setia-Ku bagi dia, dan perjanjian-Ku dengannya akan Kupegang teguh".
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Roma (4:13.16-18.22)
"Sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, Abraham toh berharap dan percaya."
Saudara-saudara, bukan karena hukum Taurat Abraham dan keturunannya
diberi janji bahwa mereka akan memiliki dunia, tetapi karena kebenaran
atas dasar iman. Kebenaran yang berdasarkan iman itu merupakan kasih
karunia belaka. Maka janji kepada Abraham itu berlaku bagi semua
keturunannya, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat,
tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham. Sebab di hadapan
Allah Abraham adalah bapa kita semua, seperti ada tertulis, “Engkau
telah Kutetapkan menjadi bapa banyak bangsa.” Kepada Allah itulah
Abraham percaya, yaitu Allah yang menghidupkan orang mati dan yang
dengan firman-Nya menciptakan yang tidak ada menjadi ada. Sebab
sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, Abraham toh berharap dan
percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, sebab Allah telah
berfirman kepadanya, “Begitu banyaklah nanti keturunanmu.” Dan hal itu
diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = es, 4/4, PS 966
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Sang Raja kemuliaan kekal.
Ayat. (Mzm 84:5)
Berbahagialah orang yang diam di rumah-Mu, yang memuji-muji Engkau tanpa henti.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (1:16.18-21.24a)
"Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan."
Menurut silsilah Yesus Kristus, Yakub memperanakkan Yusuf, suami Maria,
yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus. Sebelum Kristus lahir,
Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf. Ternyata Maria mengandung dari
Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Karena Yusuf
suaminya, seorang yang tulus hati, dan tidak mau mencemarkan nama
isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.
Tetapi ketika Yusuf mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak
kepadanya dalam mimpi dan berkata, “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau
takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam
kandungannya adalah dari Roh Kudus. Maria akan melahirkan anak
laki-laki, dan engkau akan menamai Dia Yesus, karena Dialah yang akan
menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” Sesudah bangun dari tidurnya,
Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
atau
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (2:41-51a)
"Yesus ditemukan orang tua-Nya di tengah para ahli kitab."
Tiap-tiap tahun, pada hari raya Paskah, orangtua Yesus pergi ke
Yerusalem. Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun, pergilah mereka
ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu. Seusai hari-hari
perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus di
Yerusalem tanpa diketahui orangtua-Nya. Karena mereka menyangka bahwa
Yesus ada di antara orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka
sehari perjalanan jauhnya, lalu baru mencari Dia di antara kaum keluarga
dan kenalan. Karena tidak menemukan Dia, kembalilah orangtua Yesus ke
Yerusalem sambil terus mencari Dia. Sesudah tiga hari, mereka menemukan
Yesus dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama,
sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada
mereka. Semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan dan
segala jawab yang diberikan-Nya. Ketika Maria dan Yusuf melihat Dia,
tercenganglah mereka. Lalu kata ibu-Nya kepada-Nya, “Nak, mengapakah
Engkau berbuat demikian terhadap kami?” Lihatlah, Bapa-Mu dan aku dengan
cemas mencari Engkau.” Jawab Yesus kepada mereka, “Mengapa kamu mencari
Aku? Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?”
Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan Yesus kepada mereka.
Lalu Yesus pulang bersama-sama mereka ke Nazaret.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.
Renungan
SANTO YUSUF: PENCINTA TUHAN DAN SESAMA
Dalam kehidupan Gereja, teladan hidup sederhana, miskin dan taat kepada
tugas pelayanan St. Yusuf justru diteladani beberapa orang kudus besar
Gereja. Antara lain, St. Bernardinus dari Siena (wafat th. 1444). Ia
berkhotbah demikian, “Ia dipilih oleh Bapa yang kekal sebagai pelindung
yang dapat diandalkan dan penjaga harta pusaka-Nya yang termulia, yaitu,
Putera Illahinya dan Maria. Ia melaksanakan panggilannya ini dengan
ketaatan penuh hingga akhirnya Tuhan memanggilnya dengan berkata, ‘Mari,
hambaku yang baik dan setia, masuklah ke dalam sukacita Tuanmu’.”
Selain itu, St. Teresa dari Avila (wafat th. 1582) dalam riwayat
hidupnya, ia menulis, “Aku menjadikan St. Yusuf pembela dan pelindungku,
aku mempercayakan diriku sepenuh hati kepadanya. Ia datang menolongku
dengan cara yang paling nyata. Bapa tercinta dari jiwaku ini,
pelindungku terkasih ini, bergegas menarikku keluar dari situasi yang
dapat melemahkan tubuhku, seperti ia merenggutku dari marabahaya yang
lebih besar dari alam lain yang membahayakan kehormatan dan
keselamatanku! Untuk menyempurnakan sukacitaku, ia senantiasa menjawab
doa-doaku lebih dari yang aku mohon. Aku tidak ingat, bahkan sekarang,
bahwa aku pernah memohon sesuatu kepadanya, yang selalu dikabulkannya.
Aku terpesona atas kemurahan luar biasa yang Tuhan anugerahkan kepadaku
melalui santo yang kudus ini, dan atas segala marabahaya di mana ia
telah membebaskan aku, baik tubuh maupun jiwa.”
Nah sekarang apa yang dapat kita simak dari penghayatan hidup St. Yusuf
yang kita rayakan hari ini? Pertama, kita perlu mendengar, melihat dan
menghayati “ajaran” St. Yusuf melalui hidupnya sendiri. St. Yusuf itu
seorang pencinta Tuhan. Melalui Injil, kita tahu bahwa St. Yusuf adalah
seorang yang sungguh mencintai Tuhan. Cintanya begitu tulus, tidak
terbagi. Karena cintanya kepada Tuhan, maka ia selalu berjalan bersama
Tuhan setiap waktu dalam diam. Ia selalu mendengarkan apa yang
dikehendaki Tuhan. Inilah teladan St. Yusuf yang perlu kita ikuti
sebagai orang yang terpanggil. Hendaknya kita menjadi pencinta-pencinta
Tuhan yang telah memanggil kita. Hendaknya cinta kita tulus murni hanya
untuk Tuhan.
Kedua, cintanya yang begitu besar pada Tuhan mengantar dia untuk selalu
taat hanya pada kehendak Tuhan. Taat total, walaupun banyak tantangan
datang silih berganti menerpa hidup imannya. Ia taat pada adat istiadat
agama Yahudi, taat “mengambil” Maria sebagai istrinya, taat mendampingi
Maria entah di saat senang maupun di saat yang paling sulit, taat
mendampingi Yesus – Puteranya dan mengajari Yesus dengan berbagai
kebajikan hidup. Taat pada kehendak Tuhan sungguh mengalahkan segala
keinginan sendiri.
Melalui hidup, ia mengajari yesus bagaimana seharusnya berdoa, bagaimana
seharusnya bekerja, bagaimana seharusnya hidup yang benar dan berkenan
pada Allah. Karena itu, seperti St. Yusuf, kita dipanggil untuk hidup
taat. Taat pada cinta Tuhan yang telah memanggil kita. Taat pada tugas
yang dipercayakan kepada kita. Taat pada relasi kita dengan Tuhan.
Ketiga, melalui hidupnya dalam keluarga dan masyarakat di Nazaret, kita
dapat mengatakan bahwa St. Yusuf selalu berusaha untuk mengantar “orang
lain” kepada Tuhan. Dia berhasil mendidik Yesus untuk mentaati hukum
Taurat. Dia pun berhasil mengantar Yesus untuk memperhatikan dan
mencintai orang kecil sederhana, orang-orang yang sakit, orang-orang
yang tak berdaya dan dianggap “sampah” oleh masyarakat. Kita dipanggil
untuk mencintai Tuhan dan mengantar orang lain kepada Tuhan seperti St.
Yusuf. Inilah tugas utama kita. Kita juga dipanggil untuk mencintai
orang kecil, orang miskin, orang yang sakit, orang yang menderita dan
orang-orang yang dianggap “sampah” masyarakat. Inilah teladan hidup St.
Yusuf bagi kita zaman ini. Ia adalah pencinta Tuhan dan sesama.
Seperti halnya St. Yusuf, kita pun dipanggil untuk menjadi pencinta-pencinta Tuhan dan sesama. [Djono Moi/RUAH]
Antifon Komuni (Bdk. Mat 25:21)
Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
Well done, good and faithful servant. Come, share your master’s joy.
atau (Mat 1:20)
Joseph, fili David, noli timére accípere Maríam cónjugem tuam: quod enim in ea natum est, de Spíritu Sancto est.
Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai
isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.