| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Tanpa iman maka sakit dan kematian hanya akan menjadi derita yang sia-sia

Senin, 06 Juli 2015
Hari Biasa Pekan XIV

Kej. 28:10-22a; Mzm. 91:1-2,3-4,14-15ab; Mat. 9:18-26.

"Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau." (Mat 9,22)

Dalam hidup ini, kita mempunyai dua sahabat yang amat istimewa, yakni sakit dan kematian. Dalam keadaan kita sebaik apa pun, keduanya tetap dekat dengan kita, bahkan tiba-tiba bisa menjadi sangat dekat dan menyatu dengan kita. Anehnya, secara manusiawi kita seringkali merasa takut pada kedua sahabat tersebut. Nah, berhadapan dengan rasa takut tersebut, hanya imanlah yang menjadi jawaban. Hanya iman kepada Tuhan yang memampukan kita berdamai dengan kedua sahabat kita itu. Bahkan lebih dari itu. Iman kita akan membuat penyakit dan kematian yang sering kita takuti itu justru menjadi sarana bagi kita untuk menerima anugerah keselamatan. Karena iman, penyakit yang kita derita membuat kita dapat ikut serta merasakan derita Kristus di salib demi keselamatan kita. Karena iman, kematian hanya mengakhiri hidup kita di dunia ini tetapi sesungguhnya memulai hidup baru di surga. Dengan kata lain, tanpa iman maka sakit dan kematian hanya akan menjadi derita yang sia-sia, namun dengan iman keduanya justru menjadi sahabat baik yang mengantar kita pada keselamatan dan persatuan dengan Tuhan.

Doa: Tuhan, anugerahilah kami selalu iman kepada-Mu karena hanya dengan iman itulah kami selamat. Amin. -agawpr-

Senin, 06 Juli 2015 Hari Biasa Pekan XIV

Senin, 06 Juli 2015
Hari Biasa Pekan XIV
 
Yang memberikan kita kebebasan sejati dan kebahagiaan sejati adalah cinta yang penuh belas kasih dari Kristus. (Paus Fransiskus)

  
Antifon Pembuka (Kej 28:16-18)

Sesungguhnya Tuhan ada di tempat ini dan aku tidak tahu. Alangkah dahsyatnya tempat ini. Ini tidak lain dari rumah Allah, Ini pintu gerbang surga.

Doa Pagi

Allah Bapa yang mahapengasih, Engkaulah tanah tempat kami berpijak. Kami bersyukur kepada-Mu atas kehadiran-Mu di tengah-tengah kami menyehatkan jiwa raga kami. Maka kami mohon, semoga Engkau tetap beserta kami. Dengan pengantaraan Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Kitab Kejadian (28:10-22a)
    
 
"Yakub melihat sebuah tangga, melihat malaikat Allah turun naik, dan melihat Allah yang bersabda."

Pada waktu itu Yakub berangkat dari Bersyeba dan pergi ke Haran. Ia sampai di suatu tempat dan bermalam di situ, karena matahari telah terbenam. Ia mengambil sebuah batu yang terletak di tempat itu, dan dipakainya sebagai alas kepala. Lalu ia membaringkan diri di tempat itu. Dalam mimpi ia melihat sebuah tangga yang didirikan di atas bumi dengan ujungnya sampai di langit. Lalu tampaklah malaikat-malaikat Allah turun naik di tangga itu. Berdirilah Tuhan di samping Yakub dan bersabda, “Akulah Tuhan, Allah Abraham, nenekmu, dan Allah Ishak. Tanah tempat engkau berbaring ini akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu. Keturunanmu akan menjadi seperti debu di tanah banyaknya, dan engkau akan mengembang ke sebelah timur, barat, utara dan selatan; melalui engkau dan melalui keturunanmu, semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat. Sesungguhnya Aku menyertai engkau, dan Aku akan melindungi engkau, ke mana pun engkau pergi, dan Aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini. Aku tidak akan meninggalkan dikau. Aku akan melakukan apa yang Kujanjikan kepadamu.” Ketika Yakub bangun dari tidurnya, berkatalah ia, “Sesungguhnya Tuhan ada di tempat ini, dan aku tidak mengetahuinya.” Ia takut dan berkata, “Alangkah dahsyatnya tempat ini. Ini tidak lain dari rumah Allah! Ini pintu gerbang surga! “Keesokan harinya, pagi-pagi, Yakub mengambil batu yang dipakainya sebagai alas kepala dan mendirikannya menjadi tugu, dan menuangkan minyak di atasnya. Ia menamai tempat itu Betel; dahulu nama kota itu Lus. Lalu bernazarlah Yakub, “Jika Allah menyertai dan melindungi aku di jalan yang kutempuh ini dan jika Ia memberikan kepadaku roti untuk dimakan serta pakaian untuk dipakai, sehingga aku selamat kembali ke rumah ayahku, maka Tuhan akan menjadi Allahku. Dan batu yang kudirikan sebagai tugu ini akan menjadi rumah Allah. Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepada-Mu.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, mi = fis, 3/4, PS 851
Ref. Allahku, pada-Mulah aku percaya
atau Ya Tuhan, lindungi kami di dalam kesesakan.
Ayat. (Mzm 91:1-2.3-4.14-15ab; R:10)
1. Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa akan berkata kepada Tuhan, "Tuhanlah tempat perlindungan dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai."
2. Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat perangkap burung, dari penyakit sampar yang busuk. Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung, kesetiaan-Nya adalah perisai dan pagar tembok.
3. Sungguh hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku. Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, "Aku akan menyertai dia dalam kesesakan."

Bait Pengantar Injil, do = g, 4/4, PS 963
Ref. Alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya.
Sesudah ayat, Alleluya dilagukan dua kali.
Ayat. (2 Tim 1:10b)
Penebus kita Yesus Kristus telah membinasakan maut dan menerangi hidup dengan Injil.
    
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (9:18-26)
    
"Anakku baru saja meninggal; tetapi datanglah, maka ia akan hidup."

Sekali peristiwa datanglah kepada Yesus seorang kepala rumah ibadat. Ia menyembah Dia dan berkata, “Anakku perempuan baru saja meninggal; tetapi datanglah, letakkanlah tangan-Mu atasnya, maka Ia akan hidup.” Lalu Yesus pun bangun dan bersama murid-murid-Nya mengikuti orang itu. Pada waktu itu seorang wanita yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya. Karna katanya dalam hati, “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata, “Teguhkanlah hatimu, hai anakku, imanmu telah menyelamatkan dikau.” Maka sejak saat itu juga sembuhlah wanita itu. Ketika Yesus tiba di rumah kepala rumah ibadat itu dan melihat peniup-peniup seruling serta orang banyak yang ribut, berkatalah Ia, “Pergilah! Karena anak ini tidak mati, tetapi tidur!” Tetapi mereka menertawakan Dia. Setelah orang banyak itu diusir, Yesus masuk. Dipegang-Nya tangan si anak, lalu bangkitlah anak itu. Maka tersiarlah kabar tentang hal itu ke seluruh daerah.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Renungan

Hal yang sangat luar biasa yang selalu kita temukan pada Yesus dalam beragam karya-Nya adalah rasa belas kasih. Gestur ini selalu menjadi jiwa dari komunikasi-Nya dengan semua orang yang mengikuti-Nya, tetapi terlebih kepada mereka yang menderita sakit. Bacaan Injil hari ini mengisahkan kenyataan ini. Ia menghibur seorang wanita yang dengan penuh iman menjamah jubah-Nya: ”Teguhkanlah hatimu hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau” (Mat. 9:22), Ia juga menghibur seorang kepala rumah ibadat yang sedang duka karena putrinya meninggal ”…..anak ini tidak mati, tetapi tidur” (Mat. 9:24).

Sapaan penuh belas kasih dari Tuhan itu masih tetap hidup kini, melalui Gereja-Nya. Sapaan itu akan selalu menjadi hiburan yang mengembalikan harapan hidup setiap orang pada zaman ini. Sapaan penuh belas kasih-Nya itu menyapa setiap pribadi yang risau dan galau, menyapa setiap saudara yang sakit dan menderita, menyapa setiap saudara yang putus asa, menyapa setiap keluarga yang resah akan hidupnya. Singkat kata, melalui beragam sarana, melalui beragam pribadi, Tuhan menyapa dunia dan manusia zaman ini dengan penuh belas kasih seraya mengajak untuk selalu ”percaya” kepada penyelenggaraan-Nya yang melintasi bumi ini.

Tuhan, ajarilah aku untuk selalu percaya akan penyelenggaraan-Mu yang selalu terbentang sepanjang hidupku. Amin. (Ziarah Batin 2015, Renungan dan Catatan Harian)

Antifon Komuni (Mzm 145:8-9)

Tuhan itu pengasih dan penyayang, panjang kesabaran-Nya dan besar kasih setia-Nya. Tuhan baik terhadap semua orang, penuh kasih setia terhadap segala ciptaan-Nya.

Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.

Minggu, 05 Juli 2015
Hari Minggu Biasa XIV
 

Yeh. 2:2-5; Mzm. 123:1-2a,2bcd,3-4; 2Kor. 12:7-10; Mrk. 6:1-6

 Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar. 

Pengalaman tidak dipercaya, apalagi ditolak, merupakan sesuatu yang menyakitkan. Bisa jadi membuat orang terpuruk dan mandeg karena kehilangan kepercayaan diri ataupun harapan masa depan. Namun, tidak demikian dengan Yesus sebab Ia tidak mencari popularitas diri sendiri tetapi melulu untuk melaksanakan kehendak Bapa. Penolakan yang dialami di Nazaret, tempat asal-Nya sendiri, kendati memunculkan rasa heran dalam hati-Nya, namun tidak menyurutkan apalagi menghentikan misi-Nya. Ia tetap memandang ke depan dengan penuh harapan. Untuk itulah, Ia meninggalkan Nazaret dan pergi ke tempat-tempat lain sambil mengajar. Semoga, pada saat-saat kita mengalami kegagalan, penolakan atau tidak dipercaya, kita pun tidak patah semangat. Tetap mempunyai harapan dan berani untuk pergi ke "tempat lain", guna mewujudkan apa yang menjadi misi dan tugas perutusan kita. Kalau apa yang kita perjuangkan itu sesuatu yang baik dan sesuai dengan kehendak Tuhan, kita yakin meski pada saat tertentu atau di tempat tertentu kita ditolak dan tidak dipercaya, kita harus tetap memperjuangkannya. Kita percaya dan tetap berharap agar suatu saat apa yang kita perjuangkan tersebut dapat berhasil dan berbuah. 
 
Doa: Tuhan, berilah kami keteguhan untuk menjalankan tugas perutusan kami, kendati suatu saat kami mengalami kegagalan, penolakan atau tidak dipercaya. Amin. -agawpr-

Sorotan


Paus Fransiskus 
Paus Fransiskus ingin kepala liturgi Vatikan untuk melanjutkan pekerjaan dari Paus Benediktus XVI
Paus: Pernikahan Antara Pria Dan Wanita, Tidak Ada Ideologi Gender 
Paus Fransiskus: Jangan Melemahkan atau Meremehkan Identitas Kristen
Paus: Kepedulian bagi orang miskin adalah tanda dari Injil, bukan bendera merah dari komunisme
Paus kepada keluarga: Berdiri tegak menghadapi serangan-serangan ideologis! 
Paus Fransiskus: Setan menggoda dengan menyamarkan kejahatannya menjadi baik

MORAL KATOLIK 

Pernyataan Uskup Agung Chaput : Pada Mahkamah Agung (Amerika Serikat) tentang Legalisasi Perkawinan sesama jenis.
Keputusan Mahkamah Agung tentang Perkawinan "Sebuah Kesalahan Tragis" Kata Presiden Konferensi Waligereja Amerika Serikat
Uskup Agung Coakley, Keuskupan Agung Oklahoma, Pernyataan Keputusan Mahkamah Agung untuk Perkawinan Sesama Jenis
Uskup Michael Jarrell: Tak ada jalan bagi pernikahan sesama jenis di gereja-gereja Katolik
Pernyataan Uskup Agung Chaput: Pada Mahkamah Agung (Amerika Serikat) tentang Legalisasi Perkawinan sesama jenis.
Uskup Agung Cupich: pernikahan sipil bukanlah sakramen
Kardinal dari Meksiko: Mahkamah Agung adalah boneka 'orde baru' yang ingin menghancurkan pernikahan dan Gereja
Pendeta Graham di Gedung Putih tentang pelangi homoseksual: 'Semoga itu mengingatkan kami akan penghakiman Allah yang akan datang'
Santo Petrus Damianus (1049): apa yang harus dilakukan Gereja dalam menanggapi homoseksualitas yang merajalela di kalangan imam ?

Minggu, 05 Juli 2015 Hari Minggu Biasa XIV

Minggu, 05 Juli 2015
Hari Minggu Biasa XIV

Kebebasan tidak memberi kita izin untuk melakukan hal-hal yang buruk. Kebebasan diberikan kepada kita oleh Allah sehingga kita dapat melakukan hal-hal yang baik. (St. Paus Yohanes Paulus II, Homili Kongres Ekaristi Internasional di Philadelphia).

Antifon Pembuka (Bdk. Mzm 48:10-11)

Kami mengenangkan kasih setia-Mu, ya Allah, dalam rumah-Mu yang kudus. Seperti nama-Mu memenuhi seluruh bumi, demikian juga kemahsyuran-Mu, ya Allah; tangan kanan-Mu penuh dengan keadilan.

Your merciful love, O God, we have received in the midst of your temple. Your praise, O God, like your name, reaches the ends of the earth; your right hand is filled with saving justice.

Suscepimus, Deus, misericordiam tuam in medio templi tui: secundum nomen tuum Deus, ita et laus tua in fines terræ: iustitia plena est dextera tua.
Mzm. Magnus Dominus et laudabilis nimis: in civitate Dei nostri, in monte sancto eius.

Doa Pagi


Ya Allah, Engkau telah mengutus Putra-Mu untuk memberi hidup baru bagi kami. Kami mohon, bangkitkanlah iman kami agar memiliki keberanian untuk berbagi hidup dan talenta kami kepada sanak saudara kami yang berkekurangan. Dengan pengantaraan Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Nubuat Yehezkiel (2:2-5)
    
   
"Mereka adalah kaum pemberontak! Tetapi mereka akan mengetahui bahwa seorang nabi ada di tengah-tengah mereka."
      
Sekali peristiwa, kembalilah rohku ke dalam tubuhku, dan aku ditegakkannya. Maka aku mendengar Allah yang berbicara dengan aku. Beginilah firman-Nya, "Hai anak manusia, Aku mengutus engkau kepada orang Israel, kepada bangsa yang memberontak melawan Aku. Mereka dan nenek moyang mereka telah mendurhaka terhadap Aku sampai hari ini juga; mereka keras kepala dan tegar hati! Kepada keturunan inilah Aku mengutus engkau! Kepada mereka harus kaukatakan: Beginilah firman Tuhan Allah. Dan entah mereka mendengarkan entah tidak, sebab mereka adalah kaum pemberontak, mereka akan mengetahui bahwa seorang nabi ada di tengah-tengah mereka."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, la = d, 4/4, PS 818
Ref. Tuhan, sudi dengarkan rintihan umat-Mu.
Ayat. (Mzm 123:1-2a.2bcd.3-4; Ul: 2cd)
1. Kepada-Mu aku melayangkan mataku, Engkau yang bersemayam di surga, seperti mata para hamba laki-laki, memandang kepada tangan tuannya.
2. Seperti mata hamba perempuan, memandang kepada tangan nyonyanya, demikianlah mata kita memandang kepada Tuhan, Allah kita, sampai Ia mengasihani kita.
3. Kasihanilah kami, ya Tuhan, kasihanilah kami, sebab kami sudah cukup kenyang dengan penghinaan; sudah cukup kenyang jiwa kami dengan olok-olok orang yang merasa aman, dengan penghinaan orang-orang yang sombong.
             
Bacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada umat di Korintus (12:7-10)
    
"Aku lebih suka bermegah atas kelemahanku, agar kuasa Kristus turun menaungi aku."
      
Saudara-saudara, agar aku jangan meninggikan diri karena penyataan luar biasa yang aku terima, aku diberi suatu duri dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk mengecoh aku, agar aku jangan meninggikan diri. Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. Tetapi jawab Tuhan kepadaku, "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu aku lebih suka bermegah atas kelemahanku, agar kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, kesukaran, penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 961
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Luk 4:18)
Roh Tuhan ada pada-Ku Ia mengutus Aku menyampaikan Kabar Baik kepada orang miskin.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (6:1-6)
   
"Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri."
      
Sekali peristiwa, Yesus tiba kembali di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia. Pada hari Sabat Yesus mulai mengajar di rumah ibadat, dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia. Mereka berkata, "Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian, bagaimana dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria? Bukankah Ia saudara Yakobus, Yoses dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka, "Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya." Maka Yesus tidak dapat mengadakan satu mujizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Yesus merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan


YESUS DITOLAK

“Hebatnya Kekuatan Pelukan, Bayi Prematur Hidup Lagi”. Itulah judul menarik berita di sebuah media massa Maret lalu. Peristiwa itu terjadi di Australia. Keajaiban benar-benar dirasakan oleh pasangan Kate dan David Ogg saat melahirkan Jamie pada beberapa waktu lalu.

Jamie yang lahir prematur dinyatakan meninggal secara klinis oleh dokter yang menanganinya. Sementara itu, saudara kembarnya Emily, berhasil selamat. Sekitar 20 menit kemudian, dokter menyerahkan pada kedua orang tuanya. Kate bersama dengan suaminya memeluk Jamie dengan cintanya cukup lama untuk kali terakhir. Tidak disangka, Jamie kembali membuka mata dan bernapas. Para dokter dan perawat langsung mengelilingi Jamie dan terheran-heran dengan mukjizat itu. Kisah mereka itu terungkap di media baru-baru ini.

Satu hal patut digarisbawahi bahwa cinta itu menghidupkan. Sementara kebencian itu menghancurkan. Pelukan kehangatan kasih dari orang tua Jamie ternyata mampu mengubah teori dan ilmu kedokteran yang telah memvonisnya mati secara klinis. Jamie kini hidup kembali karena pelukan kasih orang tuanya. Saya pribadi merasa, kita harus percaya akan dahsyatnya kekuatan cinta itu. Baik yang melakukan dan menerima cinta akan merasakannya secara langsung.

Kita sering mendengarkan kalimat penuh semangat membara dari orang-orang yang tengah jatuh cinta, “Bukit kan kudaki. Laut pun kan kuseberangi.” Itu semua dilakukan karena orang ingin bertemu dengan kekasih hatinya. Orang bisa dengan mudah melakukan hal seperti itu, karena cinta. Tetapi andaikan cinta sudah hilang, selokan bahkan satu jengkal pun tidak terlewati. Aneh tapi nyata.

Betapa indah hidup ini bila cinta itu dipraktikkan. Di pastoran kami, seorang rekan imam yang sudah sepuh (lanjut usia) begitu peduli dengan anjing-anjing kecil. Beliau telaten memberi mereka makan. Tak ayal bila hewan yang lucu-lucu itu begitu lengket dengan sang tuan. Berbeda dengan saya yang jarang menyapa apalagi memberi makan, mereka tahu saya berjalan mendekat saja sudah lari.

Hewan saja mengerti dan merasakan energi bahasa cinta, apalagi manusia. Manusia yang mempunyai perasaan dan hati nurani akan bertumbuh lebih sempurna bila cukup cinta. Ketika anak menjadi anak yang ramah, murah senyum, suka menolong dan sopan, karena dia mendapatkan didikan cinta dari orang tuanya. Ketika anak mudah mencela dan membenci sesamanya karena dia dapat merasakan kebencian itu dalam rumahnya. Apa yang dilihat anak itu dilakukannya.

Ada kabar buruk. Yesus di kampung halaman-Nya tidak mendapatkan sambutan kehangatan cinta dari orang-orang yang telah mengenal-Nya. Ia malah diremehkan. “Bukankah Ia hanya anak tukang kayu?” Apalah yang dapat dilakukan oleh anak tukang kayu yang tidak terhormat itu? Bukan tempat dan selayaknya bila Ia berdiri dan berbicara banyak hal pengajaran di hadapan umum. Itu hanya pantas dilakukan oleh seorang guru. Padahal Yesus hanyalah anak tukang kayu. Orang seperti Dia lebih baik di belakang saja sudah lebih dari cukup.

Pikiran dan lontaran yang sungguh menyakitkan di hati. “Sakitnya tuh di sini”. Tidak ada rasa sakit yang lebih perih daripada luka akibat penolakan sesamanya. Yesus tentu mengalami rasa pedih akibat penolakan seperti itu. Andaikan mereka percaya dengan rasa cinta yang besar pada Yesus niscaya akibatnya akan lain sama sekali. Bagaimana pun itu hanya sebuah pengandaian karena yang terjadi adalah penolakan. Suatu penolakan apa pun itu tetap sebagai penolakan.

Anda perlu tahu setiap terjadi penolakan pada manusia tidak hanya sebuah kerugian bahkan tragedi pilu bisa terjadi. Contoh, bayi mungil harus diaborsi karena sebuah penolakan keji dari kedua orang tuanya. Andaikan mereka menerimanya sebagai tanggung jawab cinta, maka pembunuhan sadis seperti itu tidak akan terjadi.

Orang-orang Nazaret tanpa sadar juga telah mematikan kemungkinan-kemungkinan ajaib yang dapat dilakukan oleh Yesus. Injil sendiri mencatat, Ia tidak dapat mengadakan satu mukjizat pun di sana. Oleh karena itu, belajar dari pengalaman berharga ini, mari satu sama lain saling percaya. Kita satu sama lain saling menerima dengan keterbukaan hati yang luas. Sejelek apapun orang itu, di dalamnya selalu terkandung kebaikan dan kebenarannya.

Allah tidak pernah menciptakan manusia sebagai sampah! Sebaliknya, manusia adalah citra-Nya. [Yudhi/RUAH]

Antifon Komuni (Mzm 34:9)

Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan. Berbahagialah orang yang berharap pada-Nya.

Taste and see that the Lord is good; blessed the man who seeks refuge in him.

Gustate et videte, quoniam suavis est Dominus: beatus vir, qui speret in eo.

Waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.

Sabtu, 4 Juli 2015
Hari Biasa Pekan XIII

Kej. 27:1-5,15-29; Mzm. 135:1-2,3-4,5-6; Mat. 9:14-17.

Waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.
Dalam Gereja katolik, kita mempunyai kebiasaan pantang dan puasa. Keduanya tidak dimaksudkan sekedar untuk diet atau berhemat, tetapi sebagai latihan rohani yang menyertai pertobatan. Dengan kata lain, kita melakukan pantang dan puasa dalam rangka pertobatan, yakni sebagai bentuk penyelasan dan silih atas dosa. Juga sebagai sarana untuk bermatiraga dan latihan mengendalikan diri. Menurut Kitab Hukum Kanonik, "Hari dan waktu tobat dalam seluruh Gereja ialah setiap hari Jumat sepanjang tahun, dan juga masa prapaskah" (Kan 1250). Puasa dan pantang pada masa prapaskah, kiranya jelas bagi kita: kita berpuasa pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung; kita berpantang pada hari Jumat selama masa prapaskah (7 jumat). Yang seringkali kita abaikan adalah puasa dan pantang setiap hari Jumat sepanjang tahun, di mana oleh Gereja dinyatakan secara khusus sebagai hari dan waktu tobat. Tentu ini tidak dimaksudkan bahwa kita hanya bertobat pada hari Jumat. Setiap saat, kita harus terus-menerus bertobat. Namun, ada satu hari dalam seminggu yang dikhususkan sebagai hari pertobatan, yakni hari Jumat, karena pada hari itulah Kristus wafat untuk menebus dosa-dosa kita. Hal ini bisa dibandingkan dengan hari Minggu yang dikhususkan sebagai hari Tuhan, yakni hari untuk beribadah, karena pada hari itulah, Kristus bangkit. Nah, mengingat setiap hari Jumat sepanjang tahun merupakan hari pertobatan, hendaknya pun menghayatinya dengan sebaik-baiknya, misalnya dengan berpuasa atau berpantang, sesuai dengan situasi dan kemampuan kita. Kalau kita berpuasa atau berpantang, sebaiknya kita menghindari makanan yang paling kita sukai agar sungguh terasa mati raga kita. Kita juga bisa pantang melakukan hal-hal yang mengikat dan kita sulit lepas, misalnya hp, tv, game, 'nggosip', dll. Dalam hal ini, perlu ditegaskan bahwa tolok ukurnya bukan pertama-tama kita berpuasa dan berpantang apa, dari jam berapa sampai jam berapa; tetapi kesungguhan kita untuk bertobat, berbuat silih atas dosa, mengendalikan diri dan ikut serta merasakan penderitaan Kristus agar kita semakin dekat dengan-Nya dan dengan sesama.

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk mampu menghayati dengan sungguh-sungguh pantang dan puasa kami sebagai usaha untuk bertobat, untuk berbuat silih atas dosa-dosa kami, untuk mengendalikan diri dan untuk ikut serta merasakan penderitaan Kristus agar kami semakin dekat dengan-Mu dan dengan sesama. Amin. -agawpr-

Sabtu, 04 Juli 2015 Hari Biasa Pekan XIII

Sabtu, 04 Juli 2015
Hari Biasa Pekan XIII

Kebebasan telah diberikan kepada manusia oleh Penciptanya agar dapat digunakan, dan dapat digunakan dengan baik. (St. Paus Yohanes Paulus II)

Antifon Pembuka (Mzm 135:1-2)

Pujilah nama Tuhan, pujilah hai hamba-hamba Tuhan! Pujilah Tuhan, sebab Tuhan itu baik, bermazmurlah bagi-Nya, sebab nama-Nya indah.

Doa Pagi


Allah Bapa kami sumber pembaruan, smeoga melalui Roh Kudus, kami Kaucipta baru menjadi ahli waris perjanjian yang dijamin oleh Yesus Kristus, Putra-Mu. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Kerumitan sikap hidup manusia yang penuh intrik dan seringkali mengabaikan kehendak Allah, ternyata tidak mampu membendung keinginan Allah. Janji-janji Allah tetap terlaksana dengan jalannya sendiri di tengah-tengah keruwetan sikap hidup manusia.

Bacaan dari Kitab Kejadian (27:1-5.15-29)
   
 
"Yakub menipu saudaranya dan merampas berkat anak sulung."
     
Ketika Ishak sudah tua, matanya menjadi kabur, sehingga ia tidak dapat melihat lagi. Pada suatu hari ia memanggil Esau, anak sulungnya, dan berkata kepadanya, “Anakku.” Sahut Esau, “Ya, Bapa.” Berkatalah Ishak, “Lihat, aku sudah tua, aku tidak tahu kapan aku mati. Maka sekarang ambillah senjatamu, tabung panah dan busurmu. Pergilah ke padang dan burulah bagiku seekor binatang. Olahlah bagiku makanan yang enak, seperti yang kugemari. Sesudah itu bawalah kepadaku, supaya kumakan, agar aku memberkati engkau, sebelum aku mati.” Tetapi Ribka mendengarnya ketika Ishak berkata kepada Esau, anaknya. Segera Esau pergi ke padang gurun memburu seekor binatang untuk dibawa kepada ayahnya. Sementara itu, Ribka mengambil pakaian yang indah kepunyaan Esau anak sulungnya, yang disimpannya di rumah. Disuruhnya Yakub, anak bungsunya, mengenakan pakaian itu. Kedua belah tangan Yakub serta lehernya yang licin lalu dibalut dengan kulit anak kambing yang telah ia sembelih. Lalu ia memberikan makanan yang enak dan roti yang telah diolahnya kepada Yakub, anaknya. Demikianlah Yakub masuk ke tempat ayahnya serta berkata, “Bapa!” Sahut ayahnya, “Ya, anakku. Siapakah engkau?” Kata Yakub kepada ayahnya, “Akulah Esau, anak sulungmu. Aku telah melakukan seperti yang Bapa katakan kepadaku. Bangunlah, duduklah dan makanlah daging buruan masakanku ini. Lalu berkatilah aku.” Lalu Ishak berkata kepada anaknya, “Lekas juga engkau mendapatnya, anakku!” Jawab Yakub, “Karena Tuhan Allahmu membuat aku mencapai tujuanku.” Lalu kata Ishak kepada Yakub, “Datanglah mendekat, anakku, supaya aku meraba engkau, apakah engkau ini anakku Esau atau bukan.” Maka Yakub mendekati Ishak, ayahnya, dan ayahnya merabanya serta berkata, “Kalau suaranya, suara Yakub; Kalau tangannya, tangan Esau.” Jadi Ishak tidak mengenal dia, karena tangannya berbulu seperti tangan Esau, kakaknya. Ishak hendak memberkati dia, tetapi ia masih bertanya, “Benarkah engkau ini anakku Esau?” Jawabnya, “Ya!” Lalu berkatalah Ishak, “Dekatkanlah makanan itu kepadaku, supaya kumakan daging buruan masakan anakku, agar aku memberkati engkau.” Maka didekatkannyalah makanan itu kepada ayahnya. Lalu Ishak makan; dibawanya juga anggur kepadanya, lalu ia minum. Berkatalah Ishak kepadanya, “Datanglah dekat-dekat dan ciumlah aku, anakku.” Yakub lalu mendekat dan mencium ayahnya. Ketika Ishak mencium bau pakaian Yakub, diberkatinya dia, katanya, “Sesungguhnya bau anakku adalah sebagai bau padang yang diberkati Tuhan. Allah akan memberikan kepadamu embun dari langit dan tanah-tanah gemuk di bumi dan gandum serta anggur berlimpah-limpah. Bangsa-bangsa akan takluk kepadamu, dan suku-suku bangsa akan sujud kepadamu. Siapa yang mengutuk engkau, terkutuklah dia; dan siapa yang memberkati engkau, diberkatilah dia.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Pujilah Tuhan, sebab Ia baik.
Ayat. (Mzm 135:1-2.3-4.5-6)
1. Pujilah nama Tuhan, pujilah, hai hamba-hamba Tuhan, hai orang-orang yang datang melayani di rumah Tuhan, di pelataran rumah Allah kita.
2. Pujilah Tuhan, sebab Tuhan itu baik, bermazmurlah bagi nama-Nya, sebab nama-Nya itu indah! Sebab Tuhan telah memilih Yakub bagi-Nya, ia memilih Israel menjadi milik kesayangan-Nya.
3. Sesungguhnya aku tahu, bahwa Tuhan itu mahabesar, bahwa Tuhan kita itu melebihi segala dewata. Tuhan melakukan apa yang dikehendaki-Nya, di langit dan di bumi, di laut dan di segenap samudera raya.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Yoh 10:27)
Domba-domba-Ku mendengar suara-Ku, sabda Tuhan. Aku mengenal mereka dan mereka mengikuti Aku.

Nilai sebuah puasa bukanlah terletak pada hukum dan kebiasaan, tetapi pada bisa tidaknya membangun kedekatan relasi dengan Allah. Puasa akan bernilai ketika si pelaku mampu semakin rendah hati dan dekat dengan Allah.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (9:14-17)
   
"Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka?"
      
Sekali peristiwa datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan bertanya, “Kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi mengapa murid-murid-Mu tidak?” Jawab Yesus kepada mereka, “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi akan tiba waktunya mempelai itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. Tak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian, kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya. Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru, dan dengan demikian, terpeliharalah kedua-duanya.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
 
Renungan
  
Siapakah yang tidak mendukung dan menghormati orang yang berpuasa? Yesus pun tidak menghilangkan ritual ini. Tetapi Dia memberi makna baru pada puasa. Para pengikut-Nya baru berpuasa bila Pengantin telah diambil. Pengantin telah diambil dan kini kita sedang menantikan kedatangan-Nya dengan penuh harapan. Inilah masa kita berpuasa, masa kita rindu berjumpa dengan-Nya. Bila kita telah berjumpa dan berpesta bersama Dia untuk selamanya, selesailah puasa kita.

Antifon Komuni (Mzm 85:14)

Keadilan akan berjalan di hadapan Tuhan, dan damai akan menyusul di belakang-Nya.

Doa Malam

Ya Allah, kami tidak ditinggalkan sebatang kara di dunia ini, tetapi masih didampingi Roh Putra-Mu sebagai jaminan kesetiaan-Mu. Teguhkanlah kami dalam iman, bahwa Roh-Mu masih akan menyempurnakan segala yang sudah dimulai oleh Yesus Putra-Mu. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami. Amin.

RUAH

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy