| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Senin, 07 September 2015 Hari Biasa Pekan XXIII

Senin, 07 September 2015
Hari Biasa Pekan XXIII
 
Bagiku, Yesus adalah harta yang melebihi segala harta (Sta. Teresia dari Avila)

Antifon Pembuka (Mzm 62:67)

Hanya pada Tuhanlah hatiku tenang dan Dialah segala harapanku. Hanya Dialah pelindung dan penyelamatku. Dia pendukungku, aku takkan goyah.

Doa Pagi


Allah Bapa Mahakuasa dan kekal, berilah kami pengertian mengenai misteri-Mu dan penuhilah kami dengan Roh-Mu, agar dapat membicarakan dengan teman dan sesama belas kasih dan kasih setia-Mu, yang Kaugunakan untuk menghadapi kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Kolose (1:24-2:3)
   
  
"Aku telah menjadi pelayan jemaat, untuk menyampaikan rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad."
    
Saudara-saudara, sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita demi kalian, dan melengkapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat. Aku telah menjadi pelayan jemaat itu sesuai dengan tugas yang dipercayakan Allah kepadaku untuk meneruskan kepenuhan sabda Allah kepada kalian, yaitu: Rahasia yang tersembunyi berabad-abad dan turun-temurun, kini dinyatakan kepada orang-orangnya yang kudus. Allah berkenan memberi tahu mereka betapa kaya dan mulianya rahasia itu di antara bangsa-bangsa lain, yakni: Kristus ada di antara kalian. Dialah harapan akan kemuliaan. Dialah yang kami beritakan dengan memperingatkan setiap orang dan mengajar mereka dengan segala hikmat untuk memimpin setiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus. Itulah yang kuusahakan dan kuperjuangkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya yang bekerja dengan kuat dalam diriku. Saudara-saudara, aku ingin agar kalian tahu, betapa beratnya perjuangan yang kulakukan bagi kalian, bagi mereka yang di Laodikia dan bagi semuanya yang belum mengenal aku secara pribadi. Semoga hati mereka terhibur dan mereka bersatu dalam kasih, sehingga mereka memperoleh segala kekayaan dan pengertian yang meyakinkan dan mengenal rahasia Allah, yaitu Kristus. Dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = d, 2/4, PS 842
Ref. Hanya pada Tuhanlah hatiku tenang.
Ayat. (Mzm 62:6-7.9)
1. Hanya pada Allah saja aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku. Hanya Dialah gunung batu dan keselamatanku; hanya Dialah kota bentengku, aku tidak akan goyah.
2. Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita.

Bait Pengantar Injil,
Ref. Alleluya
Ayat. (Yoh 10:17)
Domba-domba-Ku mendengar suara-Ku, sabda Tuhan. Aku mengenal mereka, dan mereka mengenal Aku.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (6:6-11)
  
"Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang pada hari Sabat."
    
Pada suatu hari Sabat Yesus masuk ke rumah ibadat, lalu mengajar. Di situ ada seorang yang mati tangan kanannya. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang pada hari Sabat, agar mereka mendapat alasan untuk menyalahkan Dia. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka. Ia berkata kepada orang yang mati tangan kanannya, “Bangunlah dan berdirilah di tengah!” Maka bangunlah orang itu dan berdiri di tengah. Lalu Yesus berkata kepada mereka, “Aku bertanya kepada kalian: Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat? Menyelamatkan orang atau membinasakannya?” Sesudah itu Ia memandang keliling kepada mereka semua, lalu berkata kepada orang sakit itu, “Ulurkanlah tanganmu!” Orang itu mengulurkan tangannya dan sembuhlah ia. Maka meluaplah amarah ahli-ahli Taurat dan orang Farisi. Lalu mereka berunding, apakah yang akan mereka lakukan terhadap Yesus.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

"Tidak ada manusia hidup seorang diri," kata sebuah pepatah. Kalau diperdalam, bisa dikatakan bahwa setiap orang membutuhkan kehadiran orang lain. Setiap orang selalu punya kebutuhan, tetapi tidak setiap orang selalu membutuhkan orang lain. Karena itu, sikap kita terhadap orang sekitar selalu dipengaruhi oleh kebutuhan. Ketika butuh, tingkat keramahan, kepedulian, dan kerendahan hati meningkat. Kalau tidak butuh, semuanya berjalan biasa-biasa saja.

Misalnya, lihatlah orang-orang yang ada di tempat umum. Apakah saling perhatian? Kalau terlalu umum, mari kita lihat kelompok kerja, belajar, kor, atau keluarga kita. Tidak jarang kalau sudah pegang gadget atau remote TV, dunia seperti milik sendiri. Kita tersinggung ketika orang melihat TV tetapi tidak sedetik pun menoleh kepada kita. Kita tersinggung ketika orang asyik tersenyum dan tertawa dengan gadgetnya tetapi tidak pernah tersenyum dengan kita yang ada di depannya. Salahkah? Tidak. Melanggar hukumkah? Tidak. Berarti, hidup bukanlah melulu perkara benar atau salah, melanggar hukum atau tidak, tetapi kita harus melihat sisi kepantasannya.

Pantaskah memperlakukan yang biasa saja, jika kita bisa berbuat lebih atau yang terbaik? Seniman Jerman J.W. von Goethe mengatakan, "Bila kita memperlakukan orang sebagaimana apa adanya, kita membuatnya lebih buruk daripada siapa dirinya; bila kita memperlakukannya seolah ia sudah mencapai potensinya, kita membuatnya menjadi siapa ia seharusnya." Perlakuan yang pantas dan lebih terhadap seseorang akan membuat ia menjadi dirinya yang seharusnya dan ia pantas untuk itu.

Yesus memperlakukan kita bukan sebagai pendosa atau orang lemah, meskipun kita pendosa dan lemah. Yesus tidak memperlakukan kita sesuai aturan hukum meskipun kita pantas dihukum, tetapi Ia memperlakukan kita sebagai orang yang pantas ditolong, diselamatkan dan mendapatkan perlakuan yang pantas. Inilah bukti cinta-Nya, jaminan bagi orang beriman dan pengharapan bagi semua orang beriman.

Di mata Tuhan, kita adalah segalanya. Benda dan aturan hanyalah sarana. Semoga Tuhan juga adalah segalanya bagi kita. (Kartolo/Cafe Rohani)

Antifon Komuni (Kol 1:25)

Dalam diriku aku melengkapi yang masih kurang dalam penderitaan Kristus untuk tubuh-Nya, yaitu Gereja.

Hari Minggu Biasa XXIII

Minggu, 6 September 2015
Hari Minggu Biasa XXIII
Hari Minggu Kitab Suci Nasional
  
Yes. 35:4-7a; Mzm. 146:7,8-9a,9bc-10; Yak. 2:1-5; Mrk. 7:31-37

"Sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: "Efata!", artinya: Terbukalah! Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik." (Mrk 7, 34-35)

Pada bagian akhir dari perayaan liturgi penerimaan sakramen baptis bayi dan pada salah satu tahap dari masa katekumenat untuk baptisan dewasa, terdapat ritus "Effata" (di beberapa tempat di Indonesia, ritus ini ditiadakan dan kendati dalam buku yang diterbitkan Nusa Indah dimuat tetapi dalam buku Puji Syukur tidak ada). Pada bagian ini, imam atau diakon yang menjadi pelayan baptis menjamah mulut dan telinga bayi/anak dengan menggunakan ibu jarinya sambil berdoa "Ya Tuhan, berilah agar anak ini bertumbuh dewasa. Dan sebagaimana dengan mengucapkan "Effata", Engkau telah membuka mulut dan telinga orang-orang bisu-tuli, maka sudilah membuka mulut dan telinga anak ini agar ia dapat mendengarkan sabda-Mu dan mengakui imannya demi keselamatan manusia serta kemuliaan-Mu." Jadi, maksud dari ritus ini adalah memohon kepada Tuhan agar anak yang dibaptis itu kelak bertumbuh dewasa, baik secara fisik tidak bisu dan tidak tuli, maupun terutama secara iman mampu mendengarkan sabda Tuhan dan mengakui serta mewartakan imannya demi keselamatannya dan kemuliaan Tuhan. Oleh karena itu, entah dulu pada saat dibaptis, pelayan baptis kita melaksanakan ritus "effata" atau tidak (seandainya tidak, baptis kita tetap sah), marilah kita mohon agar Tuhan sendiri membuka telinga dan mulut kita: supaya dengan telinga kita semakin tertarik dan peka untuk mendengarkan sabda-Nya (mumpung sedang BKS, baca/dengarkan dan renungkan KS !!!) dan dengan mulut kita mengakui serta mewartakan iman kita (ayo sharing dan berbagi pengalaman dalam pertamuan BKS !!!). Namun, sebagaimana ditegaskan St. Yakobus, kita tidak cukup hanya mengakui dan mewartakan iman kita tetapi juga harus mengamalkannya, misalnya dengan mengasihi, menghormati, menolong dan mendengarkan sesama. Bukankah, orang yang mampu mendengarkan sabda Tuhan dengan baik juga mampu mendengarkan sesama dengan baik pula? Begitu juga sebaliknya.

Doa: Ya Tuhan, sebagaimana dengan mengucapkan "Effata", Engkau telah membuka mulut dan telinga orang-orang bisu-tuli, maka sudilah membuka mulut dan telinga kami agar kami dapat mendengarkan sabda-Mu dan mengakui, mewartakan serta memberi kesaksian iman demi kemuliaan-Mu. Amin. -agawpr-

Minggu, 06 September 2015 Hari Minggu Biasa XXIII

Minggu, 06 September 2015
Hari Minggu Biasa XXIII

“Seseorang yang ingin mengasihi Allah tidak benar-benar mencintai-Nya jika orang tesebut memiliki tidak memiliki keinginan dan semangat untuk terus-menerus menderita bagi Dia.” – St. Aloysius Gonzaga
 
Antifon Pembuka (Mzm 119:137,124)

Engkau adil, ya Tuhan, dan hukum-hukum-Mu benar. Perlakukanlah hamba-Mu sesuai dengan kasih setia-Mu.

Iustus es Domine, et rectum iudicium tuum: fac cum servo tuo secundum misericordiam tuam.
Mzm. Beati immaculati in via: qui ambulant in lege Domini.

You are just, O Lord, and your judgment is right; treat your servant in accord with your merciful love.

Doa Pagi

Allah Bapa Yang Maharahim, bukalah mata dan telinga kami terhadap segala kebaikan yang telah Kaulaksanakan melalui Yesus Kristus, Putra-Mu, sehingga kami dapat bersaksi bahwa "Semua yang dibuat-Nya baik". Dengan demikian, semoga semakin banyak orang mengimani Putra-Mu itu. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Kitab Yesaya (35:4-7a)
  
"Telinga orang tuli akan dibuka, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai."
     
Katakanlah kepada orang-orang yang tawar hati, "Kuatkanlah hatimu, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan ganjaran. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!" Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai; sebab mata air memancar di padang gurun, dan sungai di padang belantara; tanah pasir yang hangat akan menjadi kolam, dan tanah gersang menjadi sumber-sumber air.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = d 2/4, PS 832
Ref. Betapa megah nama-Mu, Tuhan, di seluruh bumi.
Ayat. (Mzm 146:7.8-9a.9bc-10)
1. Tuhan menegakkan keadilan bagi orang yang diperas, dan memberi roti kepada orang-orang yang lapar. Tuhan membebaskan orang-orang yang terkurung.
2. Tuhan membuka mata orang buta, dan menegakkan orang yang tertunduk, Tuhan mengasihi orang-orang benar dan menjaga orang-orang asing.
3. Anak yatim dan janda ditegakkan-Nya kembali, tetapi jalan orang fasik dibengkokkan-Nya. Tuhan itu Raja untuk selama-lamanya, Allahmu, ya Sion, turun-menurun!
  
Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (2:1-5)
 
"Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi ahli waris Kerajaan?"
  
Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka. Sebab, jika ada orang yang memakai cincin emas dan pakaian indah masuk ke dalam kumpulanmu, dan masuk pula ke situ seorang miskin yang berpakaian buruk, dan kamu menghormati orang yang berpakaian indah itu serta berkata kepadanya, "Silahkan Tuan duduk di tempat yang baik ini!" sedang kepada orang yang miskin itu kamu berkata, 'Berdirilah saja di sana!' atau, 'Duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku' bukankah kamu telah membuat pembedaan dalam hatimu, dan bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat? Dengarkanlah, Saudara-saudara terkasih! Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman, dan ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada siapa saja yang mengasihi Dia?
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = d, 2/2, PS 953
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (Mat 4:23)
Yesus memberitakan Injil Kerajaan Allah dan menyembuhkan semua orang sakit.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (7:31-37)
 
"Yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berbicara."
     
Pada waktu itu Yesus meninggalkan daerah Tirus, dan lewat Sidon pergi ke Danau Galilea, di tengah-tengah daerah Dekapolis. Di situ orang membawa kepada-Nya seorang tuli dan gagap dan memohon supaya Yesus meletakkan tangan-Nya atas orang itu. Maka Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian. Kemudian Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu meludah dan meraba lidah orang itu. Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya, “Effata”’ artinya: Terbukalah! Maka terbukalah telinga orang itu, dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik. Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceritakannya kepada siapa pun juga. Tetapi makin dilarang-Nya mereka, makin luas mereka memberitakannya. Mereka takjub dan tercengang, dan berkata, “Ia menjadikan segala-galanya baik! Yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berbicara.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
 
Renungan

 
Seorang bruder yang telah puluhan tahun mengabdi di sebuah sekolah khusus untuk anak-anak penyandang tunawicara (bisu tuli), pernah menjelaskan kepada saya bahwa ketidakmampuan seorang anak dalam berbicara (bisu) disebabkan oleh ketidakmampuannya untuk mendengar (tuli). Bagaikan seorang pedagang yang baru bisa menawarkan barang dagangan kepada pembeli setelah ia “kulakan” (belanja barang; bhs. Jawa), seorang anak juga baru bisa berbicara setelah ia “kulakan” kata-kata dari orang-orang di sekelilingnya. Problemnya, anak-anak penyandang tunawicara tidak mampu “kulakan” kata-kata karena ada kelainan pada teinganya sehingga akhirnya mereka pun tidak mampu berbicara.

Penjelasan bruder teman saya itu agaknya sesuai dengan Injil yang kita renungkan pada hari Minggu ini (Mrk 7:31-37). Ketika orang banyak membawa kepada Yesus seorang yang tuli dan gagap (tunawicara), maka yang pertama-tama Yesus lakukan adalah menyembuhkan telinganya yang tuli dengan mengatakan, “Effata!” Artinya, “Terbukalah.” Setelah telinganya terbuka, orang itu mampu “kulakan” kata-kata sehingga orang itu pun mampu berbicara.

Dalam sebuah diskusi dengan beberapa teman imam, muncul sebuah keprihatinan, mengapa banyak orang Katolik setelah menerima Sakramen Krisma tetap tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik untuk bersaksi akan Kristus di tengah-tengah Gereja sebagai konsekuensi penerimaan Sakramen Krisma? Padahal, sebelum menerima Sakramen Krisma seseorang telah mengalami masa pembinaan yang cukup panjang.

Seperti yang terjadi pada orang-orang tunawicara, rupanya banyak orang Katolik tidak mampu bersaksi atau berbicara akan Kristus dan kasih-Nya karena mereka menderita tuli, namun bukan telinganya yang tuli tetapi hatinya. Banyak orang Katolik mampu dan bahkan sangat piawai berbicara tentang politik, ekonomi, teknologi dan sebagainya tetapi tidak mampu berbicara tentang imannya sendiri akan Kristus. Mengapa? Karena hati mereka tuli sehingga sangat wajar bila akhirnya mereka pun tidak mampu berbicara atau bersaksi tentang iman mereka akan Kristus.

Lalu bagaimana caranya agar kita mampu bersaksi atau berbicara tentang Kristus? Belajar dari Injil, ada dua hal yang harus kita lakukan: Pertama, kita harus menyembuhkan hati kita yang tuli. Kedua, setelah hati kita terbuka maka kita harus segera “kulakan” sebanyak-banyaknya pengetahuan akan Kristus dan selanjutnya diolah dalam hidup kita dan diwartakan.

Selain itu, apa pula yang harus kita lakukan untuk menyembuhkan ketulian hati kita? Pertama, kita harus bersikap rendah hati di hadapan Allah. Kedua, kita harus mengundang Yesus untuk menyerukan, “Effata” atau “Terbukalah” di dalam hati kita sehingga hati kita pun dapat disembuhkan dari ketuliannya dan menjadi semakin terbuka akan sabda Allah. Semua hal ini hanya dapat kita peroleh melalui hubungan batin yang mendalam dengan Tuhan di dalam doa dan keheningan. Tidak ada jalan lain selain mulai berdoa.

“Barangsiapa tidak membaca Kitab Suci ia tidak mengenal Kristus!” demikian perkataan St. Hieronimus yang telah berjasa menerjemahkan Kitab Suci dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Latin. Konstitusi dogmatik tentang Wahyu Ilahi juga menegaskan bahwa “dalam Kitab-Kitab Suci Bapa yang ada di surga penuh cinta kasih menjumpai para putra-Nya dan berwawancara dengan mereka!” (Dei Verbum, 21).

Karena itu, tidak ada cara lain bagi kita selain bergaul mesra dengan Kitab Suci. Pergaulan yang mesra dengan Kitab Suci diwujudkan dengan kesungguhan hati untuk membaca dan merenungkan firman Tuhan. Dengan cara ini, kita akan mampu bersaksi dan berbicara dengan lantang akan Kristus dan kasih-Nya kepada dunia.

Hari ini kita bersama-sama merayakan hari Minggu Kitab Suci Nasional. Mari kita bersama-sama membangun sebuah komitmen untuk semakin mencintai Kitab Suci dan selalu berusaha bergaul mesra dengan Kitab Suci. Caranya, dengan senantiasa membaca dan merenungkannya dengan penuh ketulusan hati. Semoga kita pun selalu terbebas dari ketulian hati dan selalu mampu berbicara dengan baik tentang Kristus dan kasih-Nya. [Wang Guangming/RUAH]

Antifon Komuni (Mzm 42:2-3; PS 425)

Bagaikan rusa merindukan air, demikianlah jiwaku merindukan Dikau, ya Allah. Jiwaku haus akan Allah, Allah yang hidup.

Like the deer that yearns for running streams, so my soul is yearning for you, my God; my soul is thirsting for God, the living God.

"Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat." (Luk 6,5)

Sabtu, 05 September 2015
Hari Biasa Pekan XXII 


Kol. 1:21-23; Mzm. 54:3-4,6,8; Luk. 6:1-5.
"Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat." (Luk 6,5)

Berdasarkan Misynah Syabbat 7:2 (Mishnah adalah kompilasi dari hukum Yahudi yang telah dibukukan dan merupakan hasil karya ahli-ahli Taurat dari generasi ke generasi), terdapat 39 hal yang dilarang atau tidak boleh dilakukan pada hari sabat, yaitu: 1) menabur, 2) membajak, 3) menuai, 4) mengikat berkas-berkas [gandum, dll], 5) mengirik, 6) menampi, 7) memilih, 8) menggiling, 9) mengayak, 10) membuat adonan, 11) membakar [roti, dll], 12) menggunting [bulu domba, dll], 13) mencuci pakaian, 14) memukul [kain dan sejenisnya], 15) mengecat [kain dan sejenisnya], 16) memintal, 17) menenun, 18) membuat sosok kain 2 rangkap, 19) menenun 2 lembar benang, 20) memisahkan 2 lembar benang, 21) mengikat, 22) melepaskan ikatan, 23) menjahit 2 potong kain, 24) merobek, 25) memasang perangkap, 26) menyembelih hewan, 27) menguliti hewan, 28) menggarami daging, 29) membalut kulit, 30) mengikis kulit, 31) menggunting kuku, 32) menulis 2 buah huruf, 33) menghapus 2 buah huruf, 34) membangun [rumah], 35) merobohkan [rumah], 36) memadamkan api, 37) menyalakan api, 38) memukul dengan palu, 39) membawa barang dari rumah ke tempat umum. Ada pula hasil studi lain yang membuat sintesa bahwa bahwa pada hari sabat, orang dilarang: 1) membawa beban dan menyiapkan makanan, 2) bepergian/melakukan perjalanan jauh, 3) mengobati/menyembuhkan, 4) menulis, 5) menyalakan api/lampu, 7) membuat simpul tali, 8) berperang/membela diri, 9) buang air besar. Tentu, kita bisa membayangkan betapa repotnya hidup dengan aturan seperti itu. Tidak hanya repot tetapi juga menjadi tidak manusiawi lagi. Itulah makanya, Yesus dengan tegas menyatakan diri-Nya sebagai tuan atas hari sabat. Sebagai tuan, berarti Ia mempunyai wewenang untuk mengubah dan memperbarui aturan sabat menjadi lebih manusiawi karena didasari cinta kasih dan diarahkan untuk membantu manusia semakin mencintai Tuhan dan sesama. Beata Teresa yang kita peringati hari ini, kiranya menjadi teladan bagi kita bagaimana hidup dalam kasih ini. 

Doa: Tuhan, Putera-Mu telah membebaskan kami dari berbagai macam belenggu. Berilah kami rahmat-Mu untuk menggunakan kebebasan kami atas dasar kasih dan untuk mewujudkan kasih kepada-Mu dan kepada sesama. Amin. -agawpr-

Sabtu, 05 September 2015 Hari Biasa Pekan XXII

Sabtu, 05 September 2015
Hari Biasa Pekan XXII

“Takut akan Allah membebaskan kita dari takut akan manusia. Ia membebaskan” (Paus Benediktus XVI)


Antifon Pembuka (Mzm 54:3-4)

Allah, selamatkanlah daku demi nama-Mu, tolonglah aku dengan kuasa-Mu. Dengarkanlah ya Allah, permohonanku, perhatikanlah kata-kata mulutku.
   
Doa Pagi


Allah Bapa Maharahim, perkenankanlah kami mengimani warta gembira Putra-Mu. Ajarilah kami selalu berpegang pada pengharapan yang telah Kautumbuhkan di dalam hati kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami yang hidup dan berkuasa bersama Bapa dan Roh Kudus, Allah sepanjang segala masa. Amin.

Perubahan hidup karena menerima Kristus bukan hanya pada saat dibaptis, tetapi juga terus menerus dihayati dalam kehidupan sehari-hari. Caranya, dengan tetap bertekun dalam iman, teguh dan tidak goyah.

Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Kolose (1:21-23)   
      
   
"Allah telah mendamaikan kalian agar kalian ditempatkan di hadapan-Nya dalam keadaan kudus dan tak bercela."
       
Saudara-saudara, kalian dahulu hidup jauh dari Allah, dan memusuhi Dia dalam hati serta pikiran seperti terbukti dalam perbuatanmu yang jahat. Oleh wafat Kristus sekarang kalian didamaikan Allah dalam tubuh jasmani Kristus agar kalian ditempatkan di hadapan-Nya dalam keadaan kudus, tak bercela dan tak bercacat. Sebab itu kalian harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak goncang. Janganlah kalian mau dijauhkan dari pengharapan Injil yang telah kalian dengar dan telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit; dan aku, Paulus, telah menjadi pelayannya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah
 
Mazmur Tanggapan
Ref. Allahlah penolongku.
Ayat. (Mzm 90:3-5a.12-13.14.17)
1. Ya Allah, selamatkanlah aku karena nama-Mu, berilah keadilan kepadaku karena keperkasaan-Mu! Ya Allah, dengarkanlah doaku, berilah telinga kepada ucapan mulutku!
2. Sesungguhnya, Allah adalah penolongku; Tuhanlah yang menopang aku. Dengan rela hati aku akan mempersembahkan kurban kepada-Mu. Aku akan bersyukur sebab baiklah nama-Mu, ya Tuhan.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Yoh 14:6)
Akulah jalan, kebenaran dan kehidupan, sabda Tuhan. Tiada orang sampai kepada Bapa, tanpa melalui Aku.
 
Yesus kembali menegaskan pentingnya kebersamaan dengan Allah dalam menghayati makna hari Sabat. Tata aturan Sabat yang begitu membelenggu pelaksanannya mesti ditinjau kembali untuk dikembalikan pada nilai asllinya, yaitu menghayati dan mensyukuri kehadiran Allah dalam hidup sehari-hari.
 
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (6:1-5)
   
"Mengapa kalian melakukan sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?"
    
Pada suatu hari Sabat Yesus dan murid-murid-Nya berjalan di ladang gandum. Para murid memetik bulir-bulir gandum, menggisarnya dengan tangan, lalu memakannya. Tetapi beberapa orang Farisi berkata, “Mengapa kalian melakukan sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?” Maka Yesus menjawab, “Tidakkah kalian baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan para pengikutnya lapar? Ia masuk ke dalam rumah Allah dan mengambil roti sajian. Roti itu dimakannya dan diberikannya kepada para pengikutnya. Padahal roti itu tidak boleh dimakan, kecuali oleh para imam.” Dan Yesus berkata lagi, “Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
 
Renungan
 
Memang hari sabat itu penting. Yesus juga tetap menghormatinya dan tidak menolak hari Sabat. Yang Ia tolak ialah bahwa atas nama hukum Sabat manusia boleh saja mati kelaparan. Cara pikir yang lebih mementingkan aturan daripada manusia itulah yang Yesus lawan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita perlu juga berlaku fleksibel pada keadaan khusus agar nilai suatu hukum itu benar-benar untuk keselamatan dan pembebasan manusia.
 
Antifon Komuni (Mzm 54:8)

Allahlah penolongku. Tuhanlah penopang hidupku.

Doa Malam
 
Tuhan Allah kami, hati kami gelisah bila kami melakukan perbuatan yang melanggar hukum-hukum-Mu. Kami mohon jauhkanlah kami dari tipu daya musuh jiwa yang mengacaukan pengertian kami akan hukum utama dalam hidup ini, yakni kasih kepada sesama dan kepada-Mu, kini dan sepanjang masa. Amin.
 
 
RUAH

"Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka?" (Luk 5:34)

Jumat, 04 September 2015
Hari Biasa Pekan XXII 
 
Kol. 1:15-20; Mzm. 100:2,3,4,5; Luk. 5:33-39.

"Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka?" (Luk 5:34)

Antar sabahat yang baik, biasanya ada solidaritas yang tinggi, tidak hanya pada tataran lahir tetapi juga batin: sehati - seperasaan, seia - sekata, senasib - sepenanggungan. Demikian inilah kita hendaknya hidup sebagai sabahat-sabahat Yesus. St. Paulus mengajak kita "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus" (Flp 2:5). St. Yakobus, dalam bacaan II Minggu kemarin, juga menegaskan agar kita seia-sekata dengan Yesus dan menjadikan sabda-Nya sebagai nafas hidup kita, "Hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan pendengar saja" (Yak 1:22). Sebagai konsekuensi dan buahnya, kita pun mengalami senasib dan sepanggungan dengan Yesus. Konsekuensi: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku" (Mat 16:24). Buah: "Kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya. Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru." (Rm 6:3-4). Marilah, dengan pertolongan rahmat-Nya, kita berusaha untuk menjadi sabahat-sabahat Yesus yang baik.

Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kami mampu hidup sebagai sahabat-sahabat yang baik bagi Yesus Kristus, Putera-Mu. Amin. -agawpr-

Jumat, 04 September 2015 Hari Biasa Pekan XXII

Jumat, 04 September 2015
Hari Biasa Pekan XXII (Jumat Pertama Dalam Bulan)

“Janganlah puas menjalani kehidupan Kristiani yang biasa-biasa saja. Berjalanlah dengan kebulatan tekad disepanjang jalan kekudusan” – Paus Fransiskus

Antifon Pembuka

Kristuslah kepala tubuh, yaitu Gereja. Dialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Dialah yang paling utama dalam segala sesuatu.

Doa Pagi

Allah Bapa yang kekal dan kuasa, Engkau tidak tampak dan tiada seorang pun yang pernah melihat Engkau. Berkenanlah menerima iman kami akan Yesus, yang menyampaikan sabda-Mu kepada kami dan bangunlah kami menjadi umat-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu yang hidup dan berkuasa bersama Bapa dalam persekutuan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa. Amin.

Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Kolose (1:15-20)
   
"Segala sesuatu diciptakan dengan perantaraan-Nya dan untuk Dia."
     
Saudara-saudara, Allah tidak kelihatan. Kristuslah gambar-Nya. Dialah yang pertama dari segala ciptaan. Sebab dalam Kristuslah telah diciptakan segala sesuatu, baik di surga maupun di bumi, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, baik singgasana maupun kerajaan, baik pemerintah maupun penguasa. Segala sesuatu diciptakan dengan perantaraan-Nya dan untuk Dia. Dia ada mendahului segala sesuatu dan segala sesuatu ada dalam Dia. Kristuslah kepala tubuh, yaitu Gereja. Dialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Dialah yang paling utama dalam segala sesuatu. Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam dalam Kristus, dan dengan perantaraan Kristus Allah mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya. Baik yang ada di bumi, maupun yang ada di surga, segalanya didamaikan oleh darah Kristus yang tersalib.
Demikianlah Sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan, do = g 2/4, PS 840
Ref. Bahagia kuterikat pada Yahwe. Harapanku pada Allah Tuhanku.
atau Datanglah ke hadapan Tuhan dengan sorak-sorai.
Ayat. (Mzm 100:2.3.4.5; Ul: lih.3c)
1. Beribadahlah kepada Tuhan dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!
2. Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah, Dialah yang menjadikan kita, dan punya Dialah kita; kita ini umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.
3. Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, masuklah ke pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya, dan pujilah nama-Nya!
4. Sebab Tuhan itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Yoh 8:12)
Aku ini cahaya dunia, sabda Tuhan. Yang mengikuti Aku, hidup dalam cahaya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (5:33-39)
 
"Apabila mempelai diambil, barulah sahabat-sahabat mempelai akan berpuasa."
 
Sekali peristiwa orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat berkata kepada Yesus, "Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang. Demikian pula murid-murid orang Farisi. Tetapi murid-murid-Mu makan dan minum." Yesus menjawab, "Dapatkah sahabat mempelai disuruh berpuasa, selagi mempelai itu bersama mereka? Tetapi akan datang waktunya mempelai diambil dari mereka; pada waktu itulah mereka akan berpuasa." Yesus mengatakan juga suatu perumpamaan kepada mereka, "Tiada seorang pun mengoyakkan secarik kain dari baju yang baru untuk ditambalkan pada baju yang tua. Sebab jika demikian, yang baru itu pun akan koyak. Apalagi kain penambal yang dikoyakkan dari baju baru tidak akan cocok pada baju yang tua. Demikian juga tiada seorang pun mengisikan anggur baru ke dalam kantong kulit yang tua. Sebab jika demikian, anggur baru itu akan mengoyakkan kantong tua itu, lalu anggur akan terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula. Dan tiada seorang pun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru, sebab ia akan berkata, 'Anggur yang tua lebih baik'."
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Ketika menulis surat kepada Jemaat di Kolose, Paulus berhadapan dengan suatu aliran yang biasa disebut gnostik, yang secara harafiah berarti kaum berilmu. Jalan pemikiran aliran ini amat rumit, misalnya keselamatan bagi mereka adalah pengetahuan intelektual. Karenanya, keselamatan hanya diperuntukkan bagi yang berilmu. Sementara menurut iman Kristiani, keselamatan adalah penebusan dan pengampunan dosa bagi semua orang. Bahwa keselamatan adalah "bagi setiap orang" inilah yang dengan sangat tegas dinyatakan oleh Paulus dalam Kol 1:28: "Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati, dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus." Pandangan kaum berilmu seperti itu dengan sendirinya menyangkut pokok iman Kristiani, yaitu tempat dan peran Kristus dalam keselamatan. Berikut ini beberapa contoh gagasan pokok, dengan mengesampingkan rumitnya pemikiran.

Pertama, Rasul Paulus menegaskan bahwa Yesus adalah "gambar Allah yang tidak kelihatan" (ay. 15). Selanjutnya ia mengatakan, "Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia" (ay. 19). Gagasan yang sama oleh Yohanes disampaikan dengan cara yang lain. Ketika menjawab orang-orang Yahudi yang menanyakan apakah Diri-Nya Mesias, Yesus menjawab, "Aku dan Bapa adalah satu" (10:30). Ketika Filipus minta agar Dia menunjukkan Bapa kepada para murid, Yesus berkata antara lain "....Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa .... bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku ..." (14:9-10). Kedua, Yesus diberi gelar sulung. Sulung adalah gelar kehormatan yang berarti yang paling dicintai (Bdk. Kel 4:22). Lebih daripada itu sulung juga merupakan gelar Mesias (Bdk. Mzm 89:28). Ketiga, Yesus juga disebut kepala tubuh (ay. 18), yaitu jemaat [Gereja]. Maksudnya melalui jemaatlah Yesus berkarya dan tanpa Yesus jemaat tidak berarti apa-apa. Selanjutnya, mengenai peranan Kristus bagi seluruh jagat raya dinyatakan, ".... oleh Dialah (=Kristus), Ia (=Allah) memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di surga ...." (ay. 19-20). Dengan demikian alam semesta dikembalikan ke hakikatnya yang semula, sebagaimana ditegaskan dalam kisah penciptaan, bahwa "semua itu baik" (Kej 1:4.10.12.18.21.25.31). Akhirnya tujuan semua itu adalah "...untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan bercacat di hadapan-Nya (ay. 22). Jelaslah Paulus membela kebenaran ajaran Kristiani melawan aliran yang menentangnya. Pembelaan ini bukan sekadar demi kebenaran konsep-konsep, melainkan agar para beriman yakin bahwa mereka dipanggil untuk hidup kudus, tak bercela, dan tak bercacat di hadapan Tuhan. (IS/Inspirasi Batin 2015)

Antifon Komuni (Kol 1:18)

Kristuslah kepala tubuh yaitu Gereja. Dialah yang sulung, yang pertama bangkit dari alam maut.

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy