Minggu, 06 Maret 2016
Hari Minggu Prapaskah IV
Selama Masa Prapaskah, organ dan alat musik lainnya hanya boleh dimainkan untuk
menopang nyanyian, kecuali pada Minggu Laetare (Minggu Prapaskah IV) dan hari
raya serta pesta yang terjadi dalam masa ini. (Pedoman Umum Misale Romawi, 313
D)
Antifon Pembuka (Yes 66:10-11)
Bersukacitalah bersama Yerusalem, dan berhimpunlah, kamu semua yang
mencintainya; bergembiralah dengan sukacita, hai kamu yang dulu
berdukacita, agar kamu bersorak-sorai dan dipuaskan dengan kelimpahan
penghiburanmu.
Lætare Ierusalem: et conventum facite omnes qui diligitis eam: gaudete
cum lætitia, qui in tristitia fuistis: ut exsultetis, et satiemini ab
uberibus consolationis vestræ.
Doa Pagi
Ya Allah, dengan pengantaraan Sabda-Mu Engkau telah memulihkan hubungan
damai dengan umat manusia secara mengagumkan. Kami mohon, berilah agar
umat kristiani, dengan cinta bakti yang penuh semangat dan iman yang
hidup, bergegas menyongsong hari-hari raya yang akan datang. Dengan
pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan
Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang
segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Yosua (5:9a.10-12)
"Umat Allah memasuki tanah yang dijanjikan, dan merayakan Paskah."
Sekali peristiwa, setelah Yosua selesai menyunatkan seluruh bangsa,
berfirmanlah Tuhan kepada Yosua, “Hari ini telah Kuhapuskan cela Mesir
dari padamu.” Sementara berkemah di Gilgal, orang Israel itu merayakan
Paskah pada hari yang keempat belas bulan itu, pada waktu petang, di
dataran Yerikho. Lalu pada hari sesudah Paskah mereka makan hasil negeri
itu, yakni roti yang tidak beragi dan bertih gandum, pada hari itu
juga. Pada keesokan harinya, setelah mereka makan hasil negeri itu,
manna tidak turun lagi. Jadi orang Israel tidak beroleh manna lagi,
tetapi dalam tahun itu mereka makan yang dihasilkan tanah Kanaan.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = g, 3/4, PS 857
Ref. Kecaplah betapa sedapnya Tuhan. Kecaplah betapa sedapnya Tuhan.
Ayat. (Mzm 89:2-3.4-5.27.29; Ul:9a)
1. Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu; puji-pujian kepada-Nya selalu
ada di dalam mulutku. Karena Tuhan jiwaku bermegah; biarlah orang-orang
yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.
2. Muliakanlah Tuhan bersama dengan daku, marilah kita bersama-sama
memasyhurkan nama-Nya! Aku telah mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku,
dan melepaskan daku dari segala kegentaranku.
3. Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan
tidak akan malu tersipu-sipu. Orang yang tertindas ini berseru, dan
Tuhan mendengarkan; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya.
Bacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada umat di Korintus (5:17-21)
"Allah mendamaikan kita dengan diri-Nya lewat Kristus."
Saudara-saudara, barangsiapa ada dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru.
Yang lama telah berlalu, dan sungguh, yang baru sudah datang. Semuanya
ini datang dari Allah yang telah mendamaikan kita dengan diri-Nya
dengan perantaraan Kristus dan yang telah mempercayakan pelayanan
pendamaian itu kepada kami. Sebab Allah mendamaikan dunia dengan
diri-Nya lewat Kristus tanpa memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia
telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. Jadi kami ini
utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan
kami. Dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: Berilah dirimu
didamaikan dengan Allah. Kristus yang tidak mengenal dosa telah
dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan
oleh Allah.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Luk 15:18)
Baiklah aku kembali kepada bapaku dan berkata, "Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan bapa."
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (15:1-3.11-32)
"Adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali."
Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasa datang kepada Yesus
untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan
ahli-ahli Taurat, katanya, “Ia menerima orang-orang berdosa dan makan
bersama-sama dengan mereka.” Maka Yesus menyampaikan perumpamaan ini
kepada mereka, “Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. Kata yang
bungsu kepada ayahnya, ‘Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik
kita yang menjadi hakku’. Lalu ayahnya membagi-bagi harta kekayaan itu
di antara mereka. Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh
bagiannya itu, lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan
harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. Setelah dihabiskannya
harta miliknya, timbullah bencana kelaparan di negeri itu, dan ia pun
mulai melarat. Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri
itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babi. Lalu ia ingin
mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi
tidak seorang pun memberikannya kepadanya. Lalu ia menyadari keadaannya,
katanya, ‘Betapa banyak orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah
makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan
pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa
terhadap surga dan terhadap Bapa, aku tidak layak lagi disebut anak
Bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan Bapa.’ Maka bangkitlah
ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah
melihat dia, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu
berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Kata anak itu
kepadanya, ‘Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap Bapa,
aku tidak layak lagi disebut anak Bapa.’ Tetapi ayah itu berkata kepada
hamba-hambanya, “Lekaslah bawa kemari jubah yang terbaik, kenakanlah
kepadanya; pasanglah cincin pada jarinya, dan sepatu pada kakinya. Dan
ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan
dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali,
ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.
Tetapi anaknya yang sulung sedang berada di ladang. Ketika pulang dan
dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian.
Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti
semuanya itu. Jawab hamba itu, ‘Adikmu telah kembali, dan ayahmu telah
menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatkan kembali anak itu
dengan selamat.’ Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk.
Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. Tetapi ia menjawab
ayahnya, katanya, “Telah bertahun-tahun aku melayani Bapa, dan belum
pernah aku melanggar perintah Bapa, tetapi kepadaku belum pernah Bapa
memberikan seekor anak kambing pun untuk bersukacita dengan
sahabat-sahabatku. Tetapi baru saja datang anak Bapa yang telah
memboroskan harta kekayaan Bapa bersama dengan pelacur-pelacur, maka
Bapa menyembelih anak lembu tambun untuk dia.’ Kata ayahnya kepadanya,
‘Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku
adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu
telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat
kembali’.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
Renungan
Berefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
Dari perumpamaan ‘anak hilang’ tersebut ada tiga tokoh yang layak menjadi permenungan kita:
(1) anak bungsu yang berfoya-foya
(2) anak sulung yang merasa setia pada bapa dan
(3) bapa yang baik hati, penuh belas kasih. Maka kiranya masing-masing dari kita dapat bercermin pada tiga tokoh tersebut:
(1) Anak bungsu/yang hilang: mungkin kita seperti anak bungsu yang telah
berfoya-foya memuaskan diri dengan kekayaan yang telah kita miliki
misalnya untuk judi, pelacuran, mabuk-mabukan dst.., tetapi mungkin juga
telah menghamburkan/boros waktu atau tenaga untuk sesuatu yang kurang
berguna bagi kesehatan, keselamatan, kesejahteraan atau kebahagiaan
sejati hidup kita, marilah dengan besar hati kita mengaku dosa alias
bertobat. Tidak perlu malu-malu minta maaf kepada sesama maupun
mengakukan dosa secara pribadi kepada imam yang bertugas. Tidak ada kata
terlambat untuk bertobat.
(2) Anak sulung: rasanya kebanyakan dari kita merasa diri seperti ‘anak
sulung’ -> nampak dengan setia dan taat dalam bekerja maupun hidup
bersama, rajin, baik-baik saja, tetapi mungkin dalam hati sebenarnya
yang dicari adalah pujian untuk menyombongkan diri bahwa dirinya orang
yang baik dan hebat, tidak merasa dan tidak menghayati bahwa semuanya
itu dapat terjadi karena kasih karunia Allah melalui sesama kita,
orangtua, kakak-adik, sahabat dan kenalan atau rekan-rekan. Dengan kata
lain menjadi seperti ‘anak sulung’ adalah seperti orang Farisi yang tak
tahu terima kasih dan syukur dan pada umumnya mengasingkan diri alias
kurang pergaulan (hanya bergaul dengan orang-orang tertentu saja).
Perasaan dan penghayatan macam itulah yang menjadi akar kesombongan atau
dosa; orang sombong memang tidak mau ‘menyatu’ dengan teman-teman atau
sahabat-sahabat melainkan menyendiri, sebagaimana dalam perumpamaan
Injil hari ini ‘anak sulung’ diminta menggabungkan diri dalam pesta
pertobatan adiknya, saudaranya tidak memberi tanggapan, ngambeg, tidak
mau bergabung. Orang yang demikian memang sulit menyadari diri sebagai
yang berdosa, padahal ‘cara hidup atau cara bertindaknya’ telah menjadi
batu sandungan bagi sesamanya, dengan kata lain ia telah menyebabkan
orang lain berdosa (antara lain ngrasani atau ngrumpi). Cara hidup atau
cara bertindak ini pada umumnya terjadi pada orang dewasa, senior,
pemimpin atau atasan, pandai, berkedudukan, berpangkat, kaya dst…
(3) Bapa yang penuh belas kasih: bapa yang penuh belas kasih, dengan
gembira, hati dan tangan terbuka menyambut anaknya yang ‘hilang’ pulang
kembali memang merupakan gambaran dari Allah yang Mahapengasih dan Mahapengampun.
Sebagai umat beriman, orang yang beriman pada Yesus Kristus, kiranya
kita semua dipanggil untuk menjadi ‘gambar Allah Pengasih dan
Pengampun’., bukan hanya pada imam/pastor yang berada di dalam kamar
pengakuan saja. “Berkat kuasaMu juga, cinta mengalahkan kebencian, ampun
menaklukkan balas dendam, dan saling kasih mengenyahkan perselisihan”
(Bdk. Prefasi DSA VI) Kasih pengampunan merupakan cirikhas hidup iman
Kristiani, iman pada Yesus Kristus, maka marilah kita hayati dan
wartakan kasih pengampunan dalam hidup kita sehari-hari di manapun dan
kapanpun juga. (Arsip Renungan Rm. Ign. Sumarya, SJ)
LAMPIRAN BACAAN TAHUN A
Bacaan dari Kitab Pertama Samuel (16:1b.6-7.10-13a)
"Daud diurapi menjadi raja Israel."
Setelah Raja Saul ditolak, berfirmanlah Tuhan kepada Samuel, “Isilah
tabung tandukmu dengan minyak, dan pergilah. Aku mengutus engkau kepada
Isai, orang Betlehem itu, sebab di antara anak-anaknya telah Kupilih
seorang raja bagi-Ku.” Ketika anak-anak Isai itu masuk, dan ketika
melihat Eliab, Samuel berpikir, “Sungguh, di hadapan Tuhan sekarang
berdiri yang diurapi-Nya.” Tetapi berfirmanlah Tuhan kepada Samuel,
“Janganlah berpancang pada paras atau perawakan yang tinggi, sebab Aku
telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia
melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.” Demikianlah
Isai menyuruh ketujuh anaknya lewat di depan Samuel, tetapi Samuel
berkata kepada Isai, “Semuanya ini tidak dipilih Tuhan.” Lalu Samuel
berkata kepada Isai, “Inikah semua anakmu?” Jawab Isai, “Masih tinggal
yang bungsu, tetapi ia sedang menggembalakan kambing domba.” Kata Samuel
kepada Isai, “Suruhlah memanggil dia, sebab kita tidak akan duduk
makan, sebelum ia datang ke mari.” Kemudian disuruhnyalah menjemput dia.
Kulitnya kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok. Lalu Tuhan
berfirman, “Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia.” Samuel
mengambil tabung tanduknya yang berisi minyak itu, dan mengurapi Daud di
tengah saudara-saudaranya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = d, 3/2, 2/4, PS 849
Ref. Tuhanlah gembalaku, takkan kekurangan aku.
Ayat. (Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6, Ul: lih. 1)
1. Tuhan adalah gembalaku, aku tidak kekurangan: 'ku dibaringkan-Nya di
rumput yang hijau, di dekat air yang tenang. 'Ku dituntun-Nya di jalan
yang lurus demi nama-Nya yang kudus.
2. Sekalipun aku harus berjalan berjalan di lembah yang kelam, aku tidak
takut akan bahaya, sebab Engkau besertaku; sungguh tongkat
penggembalaan-Mu, itulah yang menghibur aku.
3. Kau siapkan hidangan bagiku dihadapan lawanku, Kauurapi kepalaku dengan minyak, dan pialaku melimpah.
4. Kerelaan yang dari Tuhan dan kemurahan ilahi, mengiringi langkahku
selalu, sepanjang umur hidupku, aku akan diam di rumah Tuhan, sekarang
dan senantiasa.
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Efesus (5:8-14)
"Bangkitlah dari antara orang mati, maka Kristus akan bercahaya atas kamu."
Saudara-saudara, memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang
kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak
terang. Karena terang hanya berbuahkan kebaikan, keadilan dan kebenaran.
Ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan. Janganlah turut mengambil bagian
dalam perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi
sebaliknya, telanjangilah perbuatan-perbuatan itu. Sebab menyebut saja
apa yang mereka buat di tempat-tempat yang tersembunyi sudah memalukan.
Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi
nampak, sebab semua yang nampak adalah terang. Itulah sebabnya
dikatakan, “Bangunlah, hai kamu yang tidur, dan bangkitlah dari antara
orang mati, maka Kristus akan bercahaya atas kamu.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Yoh 8:12b)
Akulah cahaya dunia; siapa yang mengikuti Aku akan hidup dalam cahaya abadi.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (9:1-41) (Singkat: Yoh 9:1.6-9.13-17.34-38).
"Orang buta itu pergi, membasuh diri, dan dapat melihat."
Sekali peristiwa, ketika Yesus sedang berjalan lewat, Ia melihat seorang
yang buta sejak lahir. Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya, “Rabi,
siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orangtuanya, sehingga
ia dilahirkan buta?” Jawab Yesus, “Bukan dia dan bukan juga
orangtuanya, tetapi karena pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam
dia. Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama
masih siang. Akan datang malam, di mana tak seorang pun dapat bekerja.
Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia.” Sesudah mengatakan
semua itu, Yesus meludah ke tanah, dan mengaduk ludahnya itu dengan
tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi dan berkata
kepadanya, “Pergilah, basuhlah dirimu di kolam Siloam.” Siloam artinya
“Yang Diutus”. Maka pergilah orang itu. Ia membasuh dirinya, lalu
kembali dengan matanya sudah melek. Maka tetangga-tetangganya, dan
mereka yang dahulu mengenalnya sebagai pengemis, berkata, “Bukankah dia
ini yang selalu mengemis?” Ada yang berkata, “Benar, dialah ini!” Ada
pula yang berkata, “Bukan, tetapi ia serupa dengan dia.” Orang itu
sendiri berkata, “Benar, akulah dia.” Kata mereka kepadanya, “Bagaimana
matamu menjadi melek?” Jawabnya, “Orang yang disebut Kristus itu
mengaduk tanah, mengoleskannya pada mataku, dan berkata kepadaku:
Pergilah ke Siloam dan basuhlah dirimu. Lalu aku pergi, dan setelah
membasuh diri, aku dapat melihat.” Lalu mereka berkata kepadanya, “Di
manakah Dia?” Jawabnya, “Aku tidak tahu.” Lalu mereka membawa orang yang
tadinya buta itu kepada orang-orang Farisi. Adapun hari waktu Yesus
mengaduk tanah dan memelekkan mata orang itu adalah hari Sabat. Karena
itu orang-orang Farisi pun bertanya kepadanya, bagaimana matanya menjadi
melek. Jawabnya, “Ia mengoleskan adukan tanah pada mataku, lalu aku
membasuh diriku, dan sekarang aku dapat melihat.” Maka kata sebagian
orang-orang Farisi itu, “Orang ini tidak datang dari Allah, sebab Ia
tidak memelihara hari Sabat.” Sebagian pula berkata, “Bagaimanakah
seorang berdosa dapat membuat mukjizat yang demikian?” Maka timbullah
pertentangan di antara mereka. Lalu kata mereka pula kepada orang yang
tadinya buta itu, “Dan engkau, karena Ia telah memelekkan matamu, apakah
katamu tentang Dia?” Jawabnya, “Ia seorang nabi!” Tetapi orang-orang
Yahudi itu tidak percaya, bahwa tadinya ia buta dan baru sekarang dapat
melihat. Maka mereka memanggil orangtuanya dan bertanya kepada mereka,
“Inikah anakmu yang kamu katakan lahir buta? Kalau begitu bagaimanakah
ia sekarang dapat melihat?” Jawab orang tua itu, “Yang kami tahu, dia
ini anak kami, dan ia memang lahir buta. Tetapi bagaimana ia sekarang
dapat melihat, kami tidak tahu; dan siapa yang memelekkan matanya, kami
juga tidak tahu. Tanyakanlah kepadanya sendiri,sebab ia sudah dewasa; ia
dapat berkata-kata untuk dirinya sendiri.” Orang tuanya berkata
demikian, karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi, sebab
orang-orang yahudi itu telah sepakat bahwa setiap orang yang mengakui
Yesus sebagai Mesias akan dikucilkan. Itulah sebabnya maka orang tua itu
berkata, “Ia telah dewasa, tanyakanlah kepadanya sendiri.” Lalu mereka
memanggil sekali lagi orang yang tadinya buta itu, dan berkata
kepadanya, “Katakanlah kebenaran di hadapan Allah: Kami tahu bahwa orang
itu orang berdosa.” Jawabnya, “Apakah Dia itu orang berdosa, aku tidak
tahu! Tetapi satu hal yang aku tahu, yaitu: Aku tadinya buta, dan
sekarang dapat melihat.” Kata mereka kepadanya, “Apakah yang
diperbuat-Nya kepadamu? Bagaimana Ia dapat memelekkan matamu?” Jawabnya,
“Telah kukatakan kepadamu, dan kamu tidak mendengarkannya. Mengapa kamu
hendak mendengarkannya lagi? Barangkali kamu mau menjadi murid-Nya
juga?” Sambil mengejek, orang-orang Farisi berkata kepadanya, “Engkau
saja murid orang itu, tetapi kami murid-murid Musa. Kami tahu bahwa
Allah telah berfirman kepada Musa, tetapi tentang Dia itu, kami tidak
tahu dari mana Ia datang.” Jawab orang itu kepada mereka, “Aneh juga
bahwa kamu tidak tahu dari mana Ia datang, padahal Ia telah memelekkan
mataku. Kita tahu bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa,
melainkan orang-orang yang saleh dan yang melakukan kehendak-Nya. Dari
dahulu sampai sekarang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang yang
memelekkan mata orang yang lahir buta. Jikalau orang itu tidak datang
dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa.” Jawab mereka, “Engkau ini
lahir sama sekali dalam dosa, dan engkau hendak mengajar kami?” Lalu
mereka mengusir dia ke luar. Yesus mendengar bahwa orang itu telah
diusir oleh orang-orang Farisi. Maka ketika bertemu dengan dia, Yesus
berkata, “Pecayakah engkau kepada Anak Manusia?” Jawabnya, “Siapakah
Dia, Tuhan, supaya aku percaya kepada-Nya.” Kata Yesus kepadanya,
“Engkau bukan saja melihat Dia! Dia yang sedang berbicara dengan engkau,
Dialah itu!” Kata orang itu, “Aku percaya, Tuhan!” lalu ia sujud
menyembah Yesus. Kata Yesus, “Aku datang ke dalam dunia untuk
menghakimi, supaya barangsiapa tidak melihat dapat melihat, dan supaya
yang dapat melihat menjadi buta.” Kata-kata itu didengar oleh beberapa
orang Farisi yang berada di situ, dan mereka berkata kepada Yesus,
“Apakah itu berarti bahwa kami juga buta?” jawab Yesus kepada mereka,
“Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa. Tetapi karena kamu berkata,
‘Kami melihat’, maka tetaplah dosamu.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!