Minggu, 26 Maret 2017
Hari Minggu Prapaskah IV
Selama Masa Prapaskah, organ dan alat musik lainnya hanya boleh
dimainkan untuk menopang nyanyian, kecuali pada Minggu Laetare (Minggu
Prapaskah IV) dan hari raya serta pesta yang terjadi dalam masa ini.
(Pedoman Umum Misale Romawi, 313 D)
Antifon Pembuka (Yes 66:10-11)
Bersukacitalah bersama Yerusalem, dan berhimpunlah, kamu semua yang
mencintainya; bergembiralah dengan sukacita, hai kamu yang dulu
berdukacita, agar kamu bersorak-sorai dan dipuaskan dengan kelimpahan
penghiburanmu.
Lætare Ierusalem: et conventum facite omnes qui diligitis eam: gaudete
cum lætitia, qui in tristitia fuistis: ut exsultetis, et satiemini ab
uberibus consolationis vestræ.
Rejoice, Jerusalem, and all who love her. Be joyful, all who were in mourning; exult and be satisfied at her consoling breast.
Doa Pembuka
Ya Allah, dengan pengantaraan Sabda-Mu Engkau telah memulihkan hubungan
damai dengan umat manusia secara mengagumkan. Kami mohon, berilah agar
umat kristiani, dengan cinta bakti yang penuh semangat dan iman yang
hidup, bergegas menyongsong hari-hari raya yang akan datang. Dengan
pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan
Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, sepanjang segala
masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Pertama Samuel (16:1b.6-7.10-13a)
"Daud diurapi menjadi raja Israel."
Setelah Raja Saul ditolak, berfirmanlah Tuhan kepada Samuel, “Isilah
tabung tandukmu dengan minyak, dan pergilah. Aku mengutus engkau kepada
Isai, orang Betlehem itu, sebab di antara anak-anaknya telah Kupilih
seorang raja bagi-Ku.” Ketika anak-anak Isai itu masuk, dan ketika
melihat Eliab, Samuel berpikir, “Sungguh, di hadapan Tuhan sekarang
berdiri yang diurapi-Nya.” Tetapi berfirmanlah Tuhan kepada Samuel,
“Janganlah berpancang pada paras atau perawakan yang tinggi, sebab Aku
telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia
melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.” Demikianlah
Isai menyuruh ketujuh anaknya lewat di depan Samuel, tetapi Samuel
berkata kepada Isai, “Semuanya ini tidak dipilih Tuhan.” Lalu Samuel
berkata kepada Isai, “Inikah semua anakmu?” Jawab Isai, “Masih tinggal
yang bungsu, tetapi ia sedang menggembalakan kambing domba.” Kata Samuel
kepada Isai, “Suruhlah memanggil dia, sebab kita tidak akan duduk
makan, sebelum ia datang ke mari.” Kemudian disuruhnyalah menjemput dia.
Kulitnya kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok. Lalu Tuhan
berfirman, “Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia.” Samuel
mengambil tabung tanduknya yang berisi minyak itu, dan mengurapi Daud di
tengah saudara-saudaranya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = d, 3/2, 2/4, PS 849
Ref. Tuhanlah gembalaku, takkan kekurangan aku.
Ayat. (Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6, Ul: lih. 1)
1. Tuhan adalah gembalaku, aku tidak kekurangan: 'ku dibaringkan-Nya di
rumput yang hijau, di dekat air yang tenang. 'Ku dituntun-Nya di jalan
yang lurus demi nama-Nya yang kudus.
2. Sekalipun aku harus berjalan berjalan di lembah yang kelam, aku tidak
takut akan bahaya, sebab Engkau besertaku; sungguh tongkat
penggembalaan-Mu, itulah yang menghibur aku.
3. Kau siapkan hidangan bagiku dihadapan lawanku, Kauurapi kepalaku dengan minyak, dan pialaku melimpah.
4. Kerelaan yang dari Tuhan dan kemurahan ilahi, mengiringi langkahku
selalu, sepanjang umur hidupku, aku akan diam di rumah Tuhan, sekarang
dan senantiasa.
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Efesus (5:8-14)
"Bangkitlah dari antara orang mati, maka Kristus akan bercahaya atas kamu."
Saudara-saudara, memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang
kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak
terang. Karena terang hanya berbuahkan kebaikan, keadilan dan kebenaran.
Ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan. Janganlah turut mengambil bagian
dalam perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi
sebaliknya, telanjangilah perbuatan-perbuatan itu. Sebab menyebut saja
apa yang mereka buat di tempat-tempat yang tersembunyi sudah memalukan.
Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi
nampak, sebab semua yang nampak adalah terang. Itulah sebabnya
dikatakan, “Bangunlah, hai kamu yang tidur, dan bangkitlah dari antara
orang mati, maka Kristus akan bercahaya atas kamu.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Yoh 8:12b)
Akulah cahaya dunia; siapa yang mengikuti Aku akan hidup dalam cahaya abadi.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (9:1-41) (Singkat: Yoh 9:1.6-9.13-17.34-38).
"Orang buta itu pergi, membasuh diri, dan dapat melihat."
Sekali peristiwa, ketika Yesus sedang berjalan lewat, Ia melihat seorang
yang buta sejak lahir. Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya, “Rabi,
siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orangtuanya, sehingga
ia dilahirkan buta?” Jawab Yesus, “Bukan dia dan bukan juga
orangtuanya, tetapi karena pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam
dia. Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama
masih siang. Akan datang malam, di mana tak seorang pun dapat bekerja.
Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia.” Sesudah mengatakan
semua itu, Yesus meludah ke tanah, dan mengaduk ludahnya itu dengan
tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi dan berkata
kepadanya, “Pergilah, basuhlah dirimu di kolam Siloam.” Siloam artinya
“Yang Diutus”. Maka pergilah orang itu. Ia membasuh dirinya, lalu
kembali dengan matanya sudah melek. Maka tetangga-tetangganya, dan
mereka yang dahulu mengenalnya sebagai pengemis, berkata, “Bukankah dia
ini yang selalu mengemis?” Ada yang berkata, “Benar, dialah ini!” Ada
pula yang berkata, “Bukan, tetapi ia serupa dengan dia.” Orang itu
sendiri berkata, “Benar, akulah dia.” Kata mereka kepadanya, “Bagaimana
matamu menjadi melek?” Jawabnya, “Orang yang disebut Kristus itu
mengaduk tanah, mengoleskannya pada mataku, dan berkata kepadaku:
Pergilah ke Siloam dan basuhlah dirimu. Lalu aku pergi, dan setelah
membasuh diri, aku dapat melihat.” Lalu mereka berkata kepadanya, “Di
manakah Dia?” Jawabnya, “Aku tidak tahu.” Lalu mereka membawa orang yang
tadinya buta itu kepada orang-orang Farisi. Adapun hari waktu Yesus
mengaduk tanah dan memelekkan mata orang itu adalah hari Sabat. Karena
itu orang-orang Farisi pun bertanya kepadanya, bagaimana matanya menjadi
melek. Jawabnya, “Ia mengoleskan adukan tanah pada mataku, lalu aku
membasuh diriku, dan sekarang aku dapat melihat.” Maka kata sebagian
orang-orang Farisi itu, “Orang ini tidak datang dari Allah, sebab Ia
tidak memelihara hari Sabat.” Sebagian pula berkata, “Bagaimanakah
seorang berdosa dapat membuat mukjizat yang demikian?” Maka timbullah
pertentangan di antara mereka. Lalu kata mereka pula kepada orang yang
tadinya buta itu, “Dan engkau, karena Ia telah memelekkan matamu, apakah
katamu tentang Dia?” Jawabnya, “Ia seorang nabi!” Tetapi orang-orang
Yahudi itu tidak percaya, bahwa tadinya ia buta dan baru sekarang dapat
melihat. Maka mereka memanggil orangtuanya dan bertanya kepada mereka,
“Inikah anakmu yang kamu katakan lahir buta? Kalau begitu bagaimanakah
ia sekarang dapat melihat?” Jawab orang tua itu, “Yang kami tahu, dia
ini anak kami, dan ia memang lahir buta. Tetapi bagaimana ia sekarang
dapat melihat, kami tidak tahu; dan siapa yang memelekkan matanya, kami
juga tidak tahu. Tanyakanlah kepadanya sendiri,sebab ia sudah dewasa; ia
dapat berkata-kata untuk dirinya sendiri.” Orang tuanya berkata
demikian, karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi, sebab
orang-orang yahudi itu telah sepakat bahwa setiap orang yang mengakui
Yesus sebagai Mesias akan dikucilkan. Itulah sebabnya maka orang tua itu
berkata, “Ia telah dewasa, tanyakanlah kepadanya sendiri.” Lalu mereka
memanggil sekali lagi orang yang tadinya buta itu, dan berkata
kepadanya, “Katakanlah kebenaran di hadapan Allah: Kami tahu bahwa orang
itu orang berdosa.” Jawabnya, “Apakah Dia itu orang berdosa, aku tidak
tahu! Tetapi satu hal yang aku tahu, yaitu: Aku tadinya buta, dan
sekarang dapat melihat.” Kata mereka kepadanya, “Apakah yang
diperbuat-Nya kepadamu? Bagaimana Ia dapat memelekkan matamu?” Jawabnya,
“Telah kukatakan kepadamu, dan kamu tidak mendengarkannya. Mengapa kamu
hendak mendengarkannya lagi? Barangkali kamu mau menjadi murid-Nya
juga?” Sambil mengejek, orang-orang Farisi berkata kepadanya, “Engkau
saja murid orang itu, tetapi kami murid-murid Musa. Kami tahu bahwa
Allah telah berfirman kepada Musa, tetapi tentang Dia itu, kami tidak
tahu dari mana Ia datang.” Jawab orang itu kepada mereka, “Aneh juga
bahwa kamu tidak tahu dari mana Ia datang, padahal Ia telah memelekkan
mataku. Kita tahu bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa,
melainkan orang-orang yang saleh dan yang melakukan kehendak-Nya. Dari
dahulu sampai sekarang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang yang
memelekkan mata orang yang lahir buta. Jikalau orang itu tidak datang
dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa.” Jawab mereka, “Engkau ini
lahir sama sekali dalam dosa, dan engkau hendak mengajar kami?” Lalu
mereka mengusir dia ke luar. Yesus mendengar bahwa orang itu telah
diusir oleh orang-orang Farisi. Maka ketika bertemu dengan dia, Yesus
berkata, “Pecayakah engkau kepada Anak Manusia?” Jawabnya, “Siapakah
Dia, Tuhan, supaya aku percaya kepada-Nya.” Kata Yesus kepadanya,
“Engkau bukan saja melihat Dia! Dia yang sedang berbicara dengan engkau,
Dialah itu!” Kata orang itu, “Aku percaya, Tuhan!” lalu ia sujud
menyembah Yesus. Kata Yesus, “Aku datang ke dalam dunia untuk
menghakimi, supaya barangsiapa tidak melihat dapat melihat, dan supaya
yang dapat melihat menjadi buta.” Kata-kata itu didengar oleh beberapa
orang Farisi yang berada di situ, dan mereka berkata kepada Yesus,
“Apakah itu berarti bahwa kami juga buta?” jawab Yesus kepada mereka,
“Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa. Tetapi karena kamu berkata,
‘Kami melihat’, maka tetaplah dosamu.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Hari ini adalah Minggu Laetare, Minggu Sukacita, meskipun masih dalam masa Prapaskah. Karena itu, suasana Minggu Laetare agak berbeda, karena ada sedikit hiasan bunga dan iringan musik (instrumental). Dalam Injil hari ini kita mendengar warta sukacita dari kisah orang buta yang disembuhkan oleh Yesus. Kisah Injil hari ini sungguh menggambarkan perjalanan dari pertobatan menuju sukacita.
Injil yang diawali dengan kisah si buta yang disembuhkan pada hari ini sejatinya ingin menyatakan bahwa Yesus adalah Terang dunia. Ia datang sebagai terang "supaya pekerjaan-pekerjaan Allah dinyatakan di dalam dia", supaya hidup orang-orang merdeka ini menjadi manusia yang layak dan turut ambil bagian dalam karya keselamatan Allah. Kedatangan yesus sebagai Terang sejati membuat hidup dan apa yang hadir di sekitar kita menjadi jelas. Ternag itulah yang memberikan sukacita pada si buta yang selama hidupnya tak pernah melihat dengan jelas orangtua, saudara dan juga orang-orang serta kehidupan yang ada di sekitarnya. Kegelapan yang dirasakan membuat hidupnya menjadi peminta-minta, dicibir oleh orang-orang disekitarnya. Kegelapan itu mengasingkan dirinya dari masyarakat. Andaikata Yesus tidak datang, ia akan tetap hidup dalam kegelapan.
Yesus hadir dalam hidup kita tak sekadar menghapus kegelapan lahiriah seperti diderita si buta, tetapi juga kegelapan hati atau rohani. Hati yang sudah diterangi oleh Yesus dipenuhi dengan sukacita dan menggerakkan bibir untuk bersaksi. Inilah buah dari Terang sejati yang menyinari kegelapan hidup kita. Selama masa Prapaskah ini kita menantikan Snag Terang agar pada mahkota Paskah menyinari kita dengan cahaya-Nya. Paskah adalah puncak dari sukacita hidup Kristiani karena kita sudah dibebaskan dari kegelapan.
Hidup kita dewasa ini senantiasa terarah pada hal-hal yang "terang sang", bukan Sang Terang. Sebab itu, kita seringkali terjerambab dan jatuh dalam kegelapan. Ada banyak hal yang menggoda dalam rupa-rupa kenikmatan seksual, harta, jabatan, dan kuasa. Akibatnya, kita sering terang sang maka kita tak lagi mau peduli pada hidup rohani kita. Kita seringkali tanpa sadar menjadi orang buta dan menutup hati dan hidup kita rapat-rapat untuk seberkas cahaya. Kita tak lagi tertarik untuk pergi ke tempat-tempat terang, bahkan dalam kegelapan pun kita tak lagi gelisah dan khawatir. Inilah kegelapan hati yang sedang kita alami! Sampai kapan kita akan berdiam diri dan tak lagi berani menjadi saksi?
Sukacita itu sudah ada di depan mata dan akan segera datang. Arahkan hati pada Sang Terang agar kehangatan itu menyelimuti dan menerangi hidup kita. Dengan demikian, kita berani menjadi saksi Terang dalam kehidupan yang ada di sekeliling kita. (Rm. Yohanes Radik Suryawan, O.Carm)
Antifon Komuni (Bdk. Yoh 9:11)
Tuhan mengolesi mataku, lalu aku pergi dan aku membasuh muka, dan aku melihat, dan aku percaya kepada Allah.
The Lord anointed my eyes: I went, I washed, I saw and I believed in God.
Lutum fecit ex sputo Dominus, et linivit oculos meos: et abii, et lavi, et vidi, et credidi Deo. (Yoh 9:6,11,38)
RUAH