Senin, 25 Desember 2017
Hari Raya Natal (Misa Siang)
Pesan
Natal menyadarkan kita akan kegelapan dunia yang tertutup, dan oleh
sebab itu menggambarkan realita yang kita lihat sehari-hari dengan
jelas. Namun ia juga memberitahu kita bahwa Allah tidak mengijinkan
dirinya untuk berada di luar. Ia menemukan tempat, bahkan bila itu
berarti masuk melalui kandang; ada orang-orang yang melihat terang-Nya
dan meneruskannya. Melalui sabda Injil, malaikat juga berbicara pada
kita, dan dalam liturgi suci terang Sang Penebus memasuki kehidupan
kita. Apakah kita gembala atau “orang bijak”—terang dan pesannya
memanggil kita untuk pergi keluar, meninggalkan lingkaran sempit hasrat
dan kepentingan kita, yakni keluar bertemu Tuhan dan menyembah Dia. Kita
menyembah Dia dengan membuka dunia kepada kebenaran, kebaikan, kepada
Kristus, kepada pelayanan terhadap mereka yang terpinggirkan dan yang di
dalam diri mereka, Ia menantikan kita. (Paus Benediktus XVI, 25
Desember 2007)
Antifon Pembuka (lih. Yes 9:6) Seorang Bayi telah lahir bagi kita, seorang
Putera telah diberikan kepada kita. Ia menyandang kekuasaan di
bahu-Nya, dana kan disebut Penasihat Agung.
A child is born for us, and a son is given to us;
his scepter of power rests upon his shoulder, and his name will be
called Messenger of great counsel.
Puer natus est nobis, et filius datus est nobis:
cuius imperium super humerum eius: et vocabitur nomen eius, magni
consilii Angelus.
Mzm. Cantate Dominum canticum novum: quia mirabilia fecit. (Graduale Romanum, 47) Doa Pembuka Ya Allah, secara mengagumkan Engkau menciptakan
manusia dengan martabat yang luhur, dan secara lebih mengagumkan lagi
Engkau membaruinya. Kami mohon perkenankanlah kami ikut serta dalam
keilahian Kristus yang sudah berkenan menjadi manusia seperti kami.
Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama dengan Dikau dalam
persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa.
Amin. Bacaan dari Kitab Yesaya (52:7-10)
"Bergembiralah, bersorak-sorailah bersama, hai reruntuhan Yerusalem! Sebab Tuhan telah menghibur umatnya."
O betapa indah kelihatan dari puncak bukit-bukit
kedatangan bentara yang mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar
baik; yang mengabarkan berita selamat dan berkata kepada Sion,
"Allahmu meraja!" Dengarlah suara orang-orang yang mengawal engkau:
Mereka bersorak-sorai serempak. Sebab dengan mata kepala sendiri mereka
melihat bagaimana Tuhan kembali ke Sion. Bergembiralah,
bersorak-sorailah bersama-sama, hai reruntuhan Yerusalem! Sebab Tuhan
telah menghibur umat-Nya. Ia telah menebus Yerusalem. Tuhan telah
menunjukkan tangan-Nya yang kudus di depan mata semua bangsa; maka
segala ujung bumi melihat keselamatan yang datang dari Allah kita.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = d, 3/4; 4/4, PS 806
Ref. Hendaklah langit bersuka cita, dan bumi bersorak-sorai dihadapan wajah Tuhan, kar'na Ia sudah datang.
Ayat. (Mzm 98:1.2-3b.3c-4.5-6; Ul:3c)
1. Nyanyikanlah lagu baru bagi Tuhan, sebab Ia telah
melakukan karya-karya yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan oleh
tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus.
2. Tuhan telah memperkenalkan keselamatan yang
datang dari pada-Nya, Ia telah menyatakan keadilan-Nya di antara para
bangsa. Ia ingat akan kasih dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel.
3. Segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang
datang dari Allah kita. Bersorak-sorailah bagi Tuhan, hai seluruh bumi,
bergembiralah dan bermazmurlah.
4. Bermazmurlah bagi Tuhan dengan kecapi, dengan
kecapi dan lagu merdu; dengan nafiri dan sangkakala yang nyaring
bersorak-sorailah di hadapan Raja, yakni Tuhan.
Bacaan dari Surat Kepada Orang Ibrani (1:1-6)
"Allah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya."
Saudara-saudara, pada zaman dahulu Allah berulangkali dan dalam pelbagai
cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan para nabi.
Tetapi pada zaman akhir ini Allah telah berbicara kepada kita dengan
perantaraan Anak-Nya. Anak-Nya itulah yang ditetapkan-Nya sebagai yang
berhak menerima segala yang ada. Oleh Dialah Allah menjadikan alam
semesta. Dialah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah. Dialah
yang menopang segala yang ada dengan sabda-Nya yang penuh kekuasaan. Dan
setelah berhasil mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan
Yang Mahabesar di tempat yang tinggi. Ia jauh lebih tinggi daripada
malaikat-malaikat sebagimana nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh
lebih indah daripada nama mereka. Karena kepada siapakah di antara
malaikat-malaikat itu Allah pernah berkata, "Anak-Kulah Engkau! Pada
hari ini Engkau telah Kuperanakkan" Atau pun: "Aku akan menjadi
Bapa-Nya, dan Ia menjadi Anak-Ku". Lagipula, ketika mengantar Anak-Nya
yang sulung ke dunia, Allah berkata, "Semua malaikat Allah harus
menyembah Dia."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah. Bait Pengantar Injil, do = d, 2/2, PS 953 Ref. Alleluya, alleluya Ayat:2/4 Hari ini cahaya gemilang turun ke dunia, dan fajar suci menyinari kita; marilah menyembah Tuhan, hai semua bangsa. Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (1:1-18)
"Firman telah menjadi manusia."
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama
dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama
dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak
ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam
Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu
bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.
Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes; ia datang
sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh
dia semua orang menjadi percaya. Ia bukan terang itu, tetapi ia harus
memberi kesaksian tentang terang itu. Terang yang sesungguhnya, yang
menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di
dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak
mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang
kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Tetapi semua orang yang
menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu
mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan
bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh
keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah. Firman itu telah
menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat
kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak
Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. Yohanes memberi
kesaksian tentang Dia dan berseru, katanya: "Inilah Dia, yang
kumaksudkan ketika aku berkata: Kemudian dari padaku akan datang Dia
yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku." Karena dari
kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih
karunia; sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia
dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus. Tidak seorangpun yang pernah
melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa,
Dialah yang menyatakan-Nya.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Tentu kita masih ingat bahwa menjelang Natal tahun lalu ada ungkapan yang mengatakan, "Kalau Tuhan beranak, bidannya siapa?" Kalimat tersebut telah membuat banyak orang merasa terganggu, sebab isi kalimat tersebut bernada bias dan diungkapkan demi tujuan tertentu. Karena ungkapan tersebut, banyak orang Kristen merasa tersinggung bahkan sebuah ormas mengadukan pencetus kalimat tersebut kepada polisi. Pengikut Kristus tak seharusnya terganggu dengan ungkapan-ungkapan semacam itu, sebab kalimat tersebut berasal dari ketidakpahaman seseorang akan keyakinan Kristen.
Kenyataan tersebut juga dihadapi oleh jemaat Kristen awali. Mereka mencoba memahami ekstitensi Kristus yang mereka imani sebagai Allah. Untuk kebutuhan itulah, Yohanes menulis Injil dan menjelaskan secara khusus dalam bagian pembuka (prolog) bahwa Yesus adalah benar-benar Allah yang menjadi manusia. Inilah misteri Natal yang kita rayakan pada hari ini, merayakan Allah yang menjadi manusia dan bukan merayakan "Tuhan yang beranak". Untuk menjelaskan misteri tersebut, Yohanes tak pernah menggunakan istilah "Allah melahirkan" apalagi "beranak" (yang bahkan menurut kamus bahasa Indonesia tak layak digunakan bagi manusia). Ia memakai terminologi "menjelma", atau "berinkarnasi" (menjadi daging/menjadi manusia, dan bukan reinkarnasi). Ungkapan ini tentu membuat kita dapat mengerti lebih baik, bahwa Allah yang Mahatinggi itu telah merendahkan Diri-Nya dan menjadi manusia sama seperti kita kecuali dalam hal dosa.
Lebih lanjut Yohanes menjelaskan bahwa Allah yang berinkarnasi ini adalah "Sabda" yang keluar dari Bapa. Dan bersama-Nya, Ia ikut menciptakan alam semesta pada awal dunia ini. Dalam perjalanan waktu dan demi misi khusus yakni menyelamatkan manusia dari dosa akhirnya Ia menjadi daging dalam rahim Maria dan kita menyebut-Nya "Allah Putra" sebab ia berasal dari Bapa dan berinkarnasi menjadi Putra Maria dan Yosef. Karena itu, tidak ada sesuatu yang absurd dan "tidak masuk akal" dengan kenyataan bahwa Allah menjadi manusia. Kemahakuasaan-Nya memungkinkan hal itu, bukan seperti kita yang terbatas dan sama sekali tak mahakuasa. Karena itu, ungkapan "Kalau Tuhan itu beranak, siapa bidannya" adalah ungkapan yang dangkal, tak berbobot, sesat dan sangat naif. Tak usah ambil pusing dengan ungkapan tersebut, sebab ada hal lain yang penting untuk direnungkan yakni, "Kalau Tuhan telah menjadi manusia, apa tanggapan kita?"
Selain bersyukur, tentu kita perlu dengan sepenuh hati menerima Sang Juruselamat yang telah merendahkan Diri-Nya demi kita, manusia berdosa ini. Tak cukup menerima saja, kita juga perlu hidup seturut martabat yang telah dianugerahkan-Nya kepada kita yakni sebagai anak-anak Allah dengan menolak segala bentuk pekerjaan kegelapan dan hidup dalam terang. Inilah sebenarnya pesan Natal yang seharusnya kita hayati. Hidup dalam terang karena penjelmaan-Nya menjadi manusia telah mengangkat martabat kita. Namun, harus kita akui bahwa seringkali pesan suci tersebut menguap dan hilang oleh kemeriahan Natal, kerlap-kerlip ornamen yang menghiasi gereja dan rumah, makanan dan minuman yang sedap serta pakaian baru yang berkilauan. Natal sering kehilangan semangatnya karena ia telah menjadi ajang bisnis yang menguntungkan para investor, pemilik perusahaan dan para "bos" yang kebanyakan tak pernah menginjakkan kaki di gereja untuk beribadah dan mengucap syukur.
Karena itu, mari kita hidupkan cahaya Natal yang sudah redup ini dengan selalu menyadari bahwa Allah telah menjadi manusia dan senantiasa mencintai kita. Bayi Yesus yang lahir hari ini adalah kado terindah-Nya bagi kita. (Rm. Roberto Hasudungan Sianturi, O.Carm / RUAH 2017).
Antifon Komuni (Bdk. 98 (97): 3)
Segala ujung bumi menyaksikan keselamatan yang dari Allah kita.
All the ends of the earth have seen the salvation of our God.
Viderunt omnes fines terræ salutare Dei nostri.