Minggu, 26 Agustus 2018
Hari Minggu Biasa XXI
Pernyataan pertama mengenai Ekaristi, memisahkan murid-murid-Nya dalam
dua kelompok, sebagaimana juga penyampaian mengenai sengsara-Nya
menimbulkan reaksi menolak pada mereka: "Perkataan ini keras, siapakah
sanggup mendengarkannya?" (Yoh 6:60). Ekaristi dan salib adalah
batu-batu sandungan. Keduanya membentuk misteri yang sama, yang tidak
berhenti menjadi sebab perpecahan. "Apakah kamu tidak mau pergi juga?"
(Yoh 6:67). Pertanyaan Tuhan ini bergema sepanjang masa; melalui
pertanyaan ini cinta-Nya mengundang kita, supaya mengakui bahwa hanya
Dialah memiliki "perkataan hidup kekal" (Yoh 6:68) dan bahwa siapa yang
menerima anugerah Ekaristi-Nya dengan penuh iman, menerima Dia sendiri.
(Katekismus Gereja Katolik, 1336)
Antifon Pembuka (Mzm 86:1-3)
Sendengkanlah telinga-Mu, ya Tuhan, dan dengarkanlah aku. Selamatkanlah
hamba-Mu, yang berharap kepada-Mu. Kasihanilah aku, ya Tuhan,
kepada-Mulah aku berseru sepanjang hari.
Turn your
ear, O Lord, and answer me; save the servant who trusts in you, my God.
Have mercy on me, O Lord, for I cry to you all the day long.
Inclina, Domine, aurem tuam ad me, et exaudi me: salvum fac servum tuum,
Deus meus, sperantem in te: miserere mihi, Domine, quoniam ad te
clamavi tota die.
Mzm. Lætifica animam servi tui: quoniam ad te, Domine, animam meam levavi. (Mzm 86:1-4)
Pengantar
Di Injil tertulis bahwa setelah Yesus mengajar orang banyak bahwa Ia adalah sang Roti Hidup, banyak dari mereka yang bersungut-sungut, dan kemudian “mengundurkan diri dan tidak lagi mengikuti Yesus” (Yoh 6:66). Mengapa? Sebab mereka menganggap ajaran Yesus sebagai “perkataan yang keras” (Yoh 6:60). Mereka tak bisa menerima bahwa Yesus menghendaki mereka makan tubuh-Nya dan minum darah-Nya agar dapat memiliki hidup yang kekal (lih. Yoh 6:54). Namun Yesus tidak mengubah ajaran-Nya, dan bahkan mempersilakan para murid-Nya—jika mereka tidak percaya akan ajaran-Nya ini—untuk juga pergi meninggalkan Dia. Yesus bertanya kepada keduabelas rasul-Nya, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Namun syukurlah, Rasul Petrus menjawab, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal… Engkau adalah Yang Kudus dari Allah” (Yoh 6:67-69). Jawaban Rasul Petrus ini menjadi jawaban kita umat Katolik, yang mengamini perkataan Tuhan Yesus ini, dengan terus memperingati, merayakan dan menerima-Nya dalam rupa Ekaristi kudus.
Namun kita ketahui bahwa sejak awal pengajaran Yesus ini memang tidak dengan mudah diterima oleh semua orang. Uskup Agung Fulton Sheen mengatakan bahwa pengkhianatan Yudas Iskariot sesungguhnya dimulai pada saat itu. Sebab tak lama dari saat Yesus bertanya kepada para rasul-Nya, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Yesus pun melanjutkan, “Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis.” Dan di ayat berikutnya tertulis, “Yang dimaksudkan-Nya ialah Yudas, anak Simon Iskariot; sebab dialah yang akan menyerahkan Yesus…” (Yoh 6:71). Artinya, Yesus sudah tahu bahwa Yudas Iskariot akan menyerahkan Dia, sebab Yudas termasuk bilangan dari mereka yang tidak percaya akan pengajaran yang baru saja disampaikan oleh Yesus tentang Roti Hidup itu. Dewasa ini, kita melihat bahwa ada banyak orang yang juga menyebut diri sebagai murid Kristus, tetapi tidak mengimani ajaran tentang Tuhan Yesus sebagai Roti Hidup sebagaimana yang diimani oleh kesebelas rasul, seperti dinyatakan oleh Rasul Petrus. Atau dalam arti yang lebih luas, ada banyak orang yang menentukan sendiri ajaran, menurut pemahaman sendiri. Sehingga meskipun menyebut diri Kristen, tetapi mereka menyetujui paham-paham yang secara mendasar tidak sesuai dengan ajaran Kristus, seperti yang belakangan ini marak diperdebatkan di sejumlah negara yang mayoritas penduduknya beragama Kristen. Mereka mulai melegalkan perkawinan sesama jenis, aborsi, euthanasia, memperbolehkan dan bahkan menganjurkan pemakaian alat-alat kontrasepsi, dan seterusnya. Gereja Katolik tidak menyetujui paham-paham semacam ini. Kini, semakin banyak gereja-gereja non-Katolik yang mulai menyetujui pandangan sekular dan mengubah ajaran Kristus. Hanya Gereja Katolik-lah yang tetap menyuarakan ajaran iman dan moral yang sama seperti yang diajarkan oleh Kristus dan dilaksanakan oleh Gereja sejak awal. Gereja Katolik tetap konsisten mewartakan Injil yang berpihak kepada kehidupan dan bukan kematian. Gereja Katolik tetap tak berubah dalam menyatakan kebenaran dan menjunjung tinggi kekudusan dan martabat manusia, dan bukan sebaliknya. Apa yang di masa lalu dinyatakan benar, sekarang pun tetap dinyatakan benar; demikian pula, yang dulu salah, kini tetap dinyatakan salah. Semoga hati nurani kita semakin diteguhkan untuk melihat betapa Gereja Katolik justru mengajarkan ajaran Kristus dalam kemurnian dan keutuhannya. (disarikan dari katolisitas.org)
Doa Pembuka
Allah Bapa yang mahamurah, dalam diri Yesus Kristus, Putra-Mu, Engkau
menganugerahkan kehidupan kekal kepada kami. Kami mohon tariklah diri
kami untuk selalu dekat dengan-Mu dan selalu rindu untuk tinggal
bersama-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami,
yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini
dan sepanjang masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Yosua (24:1-2a.15-17.18b)
"Kami akan beribadah kepada Tuhan, sebab Dialah Allah kita."
Menjelang wafatnya, Yosua mengumpulkan semua suku orang Israel di
Sikhem. Dipanggilnya para tua-tua, para kepala, para hakimnya dan para
pengatur pasukan Israel. Mereka berdiri di hadapan Allah. Maka
berkatalah Yosua kepada seluruh bangsa itu, "Jika kamu menganggap tidak
baik untuk beribadah kepada Tuhan, pilihlah pada hari ini kepada siapa
kamu akan beribadah: Kepada dewa-dewa yang kepadanya nenek moyangmu
beribadah di seberang Sungai Efrat, atau kepada dewa orang Amori yang
negerinya kamu diami ini? Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan
beribadah kepada Tuhan!" Maka bangsa itu menjawab, "Jauhlah dari pada
kami meninggalkan Tuhan untuk beribadah kepada allah lain! Sebab Tuhan,
Allah kita, Dialah yang telah menuntun kita dan nenek moyang kita dari
tanah Mesir, dari rumah perbudakan; Dialah yang telah melakukan
tanda-tanda mukjizat yang besar ini di depan mata kita sendiri, dan yang
telah melindungi kita sepanjang jalan yang kita tempuh, dan di antara
semua bangsa yang kita lalui. Kami pun akan beribadah kepada Tuhan,
sebab Dialah Allah kita."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah
Mazmur Tanggapan, do = g, 3/4, PS 857
Ref. Kecaplah betapa sedapnya Tuhan, kecaplah betapa sedapnya Tuhan.
Ayat. (Mzm 34:2-3.16-17.18-19.20-21.22-23)
1. Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu; puji-pujian kepada-Nya selalu
ada di dalam mulutku. Karena Tuhan jiwaku bermegah; biarlah orang-orang
yang rendah hati, mendengarnya dan bersuka cita.
2. Mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada
teriak mereka minta tolong; wajah Tuhan menentang orang-orang yang
berbuat jahat, untuk melenyapkan ingatan akan mereka dari muka bumi.
3. Apabila orang benar itu berseru-seru, Tuhan mendengarkan, dari segala
kesesakannya, mereka Ia lepaskan. Tuhan itu dekat kepada orang-orang
yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.
4. Kemalangan orang benar memang banyak, tetapi Tuhan melepaskan dia
dari semua itu; Ia melindungi segala tulangnya, dan tidak satu pun yang
patah.
5. Kemalangan akan mematikan orang fasik, dan siapa yang membenci orang
benar akan menanggung hukuman. Tuhan membebaskan jiwa hamba-hamba-Nya,
dan semua yang berlindung pada-Nya, tidak akan menanggung hukuman.
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Efesus (5:21-32)
"Rahasia ini sungguh besar! Yang kumaksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat."
Saudara-saudara, hendaklah kamu saling merendahkan diri dalam takut
kepada Kristus. Hai isteri, tunduklah kepada suamimu, seolah-olah kepada
Tuhan. Sebab suami adalah kepala isteri, sebagaimana Kristus adalah
kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana
jemaat tunduk kepada Kristus, demikian pulalah isteri hendaknya tunduk
kepada suami dalam segala sesuatu. Hai suami, kasihilah isterimu
sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri
bagi jemaat untuk menguduskannya, setelah menyucikannya dengan air dan
firman. Maksudnya ialah supaya dengan demikian Kristus menempatkan
jemaat di hadapan-Nya dalam keadaan cemerlang, tanpa cacat atau kerut
atau yang serupa itu, tetapi kudus dan tidak bercela. Demikian pula
suami harus mengasihi isterinya seperti tubuhnya sendiri, maka yang
mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang
membenci tubuhnya sendiri. Sebaliknya ia merawat dan mengasuhnya,
seperti Kristus terhadap jemaat, karena kita adalah anggota tubuh-Nya.
Karena itu, laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu
dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Rahasia ini
sungguh besar! Yang kumaksudkan ialah hubungan Kristus dengan jemaat.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 956
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Yoh 6:63b.68b)
Sabda-Mu ya Tuhan, adalah roh dan hidup. Sabda-Mu adalah hidup yang kekal.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (6:60-69)
"Tuhan kepada siapakah kami akan pergi? Sabda-Mu adalah sabda hidup yang kekal."
Setelah Yesus menyelesaikan ajaran-Nya tentang roti hidup, banyak dari
murid-murid-Nya berkata, “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup
mendengarkannya?” Yesus dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya
bersungut-sungut tentang hal itu, maka berkatalah Ia kepada mereka,
“Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu? Lalu bagaimanakah, jikalau
kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada?
Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna!
Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. Tetapi
di antaramu ada yang tidak percaya.” Sebab Yesus tahu dari semula,
siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. Lalu Ia
berkata, “Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorang pun
dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.”
Mulai dari waktu itu banyak murid Yesus mengundurkan diri dan tidak lagi
mengikuti Dia. Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya, “Apakah
kamu tidak mau pergi juga?” Jawab Simon Petrus kepada-Nya, “Tuhan,
kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup
yang kekal. Kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus
dari Allah.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
Renungan
Dalam Injil hari ini, banyak murid Yesus yang meninggalkan Dia, kembali ke kehidupan lama mereka. Mereka yang semula ikut menyertai Yesus ke mana pun Dia pergi, sekarang mengundurkan diri karena tidak bisa menerima perkataan Yesus. Mereka menginginkan Yesus seperti yang ada dalam konsep mereka. Ketika Yesus tidak lagi seperti yang mereka inginkan, mereka pergi meninggalkan-Nya.
Sering kali, dalam hidup beriman, kita pun seperti para murid yang meninggalkan Yesus. Ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan melalui Gereja, ketika kita merasa bahwa Sabda Yesus mendukung perbuatan kita, ketika kita merasakan manfaat dari status kekristenan kita, kita menjadi orang Katolik yang begitu bersemangat.
Namun, ketika kita merasa bahwa Gereja mulai turut campur dalam kehidupan pribadi kita, pelan-pelan kita mulai menjauh, bahkan mungkin mengundurkan diri. Ketika kita mengalami bahwa hal-hal yang kita senangi ternyata adalah hal-hal yang bertentangan, bahkan dilarang oleh ajaran Kristiani; atau ketika kita mengalami bahwa tuntutan ajaran Kristiani ternyata tidak semudah yang kita bayangkan sebelumnya, kita mulai mencoba mencari yang lain di luar Kristus. Apalagi ketika kekristenan kita justru mempersulit hidup dan karir kita, kita mulai berpikir untuk melepaskan status tersebut.
Ketika hal-hal kecil semacam itu sudah dengan mudahnya mengguncang iman kita, bagaimana mungkin kita mampu menerima dan bertahan ketika dihadapkan pada hal-hal besar? Bagaimana kita akan mampu memahami salib?
Ketika Yesus bertanya kepada para murid yang masih tetap tinggal, "Apakah kamu tidak mau pergi juga?", Dia juga bertanya hal yang sama kepada kita. Maka, saatnya kita mulai bertanya pada diri kita sendiri, " Mengapa aku masih di sini?" Apakah sekadar karena aku terlahir Katolik? Apakah karena berbagai fasilitas dan kemudahan yang kudapatkan? Apakah hanya untuk menjaga suasana damai dalam keluarga yang semuanya Katolik? Kalau masih semacam itu alasannya, barangkali akhirnya kita pun akan seperti para murid yang meninggalkan Yesus.
Kalau kita ingin bisa berkata seperti Petrus dan para rasul yang setia, "Tuan, kepada siapa kami akan pergi? Sabda-Mu adalah sabda hidup abadi!" maka kita perlu menghayati dan menghidupi Sabda Tuhan, serta mengenal Yesus lebih dalam dengan hati. . (RP. Agstinus Irtikandik Darmawanto, O.Carm)
Antifon Komuni (Mzm 104:13-15)
Bumi penuh buah karya-Mu, ya Tuhan. Engkau menganugerahkan roti dari dalam tanah dan anggur yang menggembirakan hati manusia.
The earth is replete with the fruits of your work, O Lord; you bring forth bread from the earth and wine to cheer the heart.
De fructu operum tuorum, Domine, satiabitur terra: ut educas panem de
terra, et vinum lætificet cor hominis: ut exhilaret faciem in oleo, et
panis cor hominis confirmet.