Berpeganglah pada ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian, dan supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk selamanya." (Ulangan 4:40)
| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |
| Meditasi Antonio Kardinal Bacci |
Lumen Christi | Facebook
| Gabung Saluran/Channel WhatsApp RenunganPagi.ID
CARI RENUNGAN
Seri Liturgi: MENGENAL PELAYAN LITURGI (Bagian II)
KatKit (Katekese Sedikit) No. 202
Seri Liturgi
MENGENAL PELAYAN LITURGI
Bagian II
Syalom aleikhem.
Uskup, imam/presbiter, dan diakon adalah ketiga tingkat pelayan liturgi. Mereka diangkat dengan penerimaan Sakramen Tahbisan. Ketiganya adalah para pemimpin Gereja Katolik. Secara liturgis, uskup dapat melayani (menerimakan) ketujuh sakramen; dalam diri uskup ada kepenuhan tahbisan. Imam/presbiter dapat melayani lima sakramen, yaitu ketujuh sakramen minus Sakramen Penguatan dan Sakramen Tahbisan. Diakon dapat melayani dua sakramen: Sakramen Baptis dan Sakramen Perkawinan.
(Catatan: Sejatinya, uskup sekalipun tak bisa menerimakan ketujuh sakramen sebab Sakramen Perkawinan bukan diterimakan oleh klerus, melainkan oleh kedua mempelai secara timbal balik. Dalam Sakramen Perkawinan, klerus adalah “saksi resmi” dari Gereja yang secara gerejawi mengesahkan perkawinan.)
Ketiga pelayan liturgi: uskup, imam/presbiter, diakon adalah kaum klerus, yaitu orang-orang tertahbis. Selain pelayan tertahbis, dalam Kurban Misa, ada pula pelayan tak tertahbis, di antaranya: lektor dan akolit. Keduanya sangat istimewa sebab dulu-dulu keduanya adalah pelayan tertahbis, dalam tahbisan kecil (minor). Sekarang keduanya tidak ditahbiskan (ordinatio), melainkan di-“lantik” (installatio).
Lektor adalah pembaca Alkitab dalam liturgi, akolit adalah pelayan altar yang membantu diakon. Secara khusus lektor melayani Liturgi Sabda, akolit melayani Liturgi Ekaristi. Pada masa kini, para calon imam/presbiter harus melalui tahap menjadi lektor-akolit.
Rev. D. Y. Istimoer Bayu Ajie
Katekis Daring
Seri Liturgi
MENGENAL PELAYAN LITURGI
Bagian II
Syalom aleikhem.
Uskup, imam/presbiter, dan diakon adalah ketiga tingkat pelayan liturgi. Mereka diangkat dengan penerimaan Sakramen Tahbisan. Ketiganya adalah para pemimpin Gereja Katolik. Secara liturgis, uskup dapat melayani (menerimakan) ketujuh sakramen; dalam diri uskup ada kepenuhan tahbisan. Imam/presbiter dapat melayani lima sakramen, yaitu ketujuh sakramen minus Sakramen Penguatan dan Sakramen Tahbisan. Diakon dapat melayani dua sakramen: Sakramen Baptis dan Sakramen Perkawinan.
(Catatan: Sejatinya, uskup sekalipun tak bisa menerimakan ketujuh sakramen sebab Sakramen Perkawinan bukan diterimakan oleh klerus, melainkan oleh kedua mempelai secara timbal balik. Dalam Sakramen Perkawinan, klerus adalah “saksi resmi” dari Gereja yang secara gerejawi mengesahkan perkawinan.)
Ketiga pelayan liturgi: uskup, imam/presbiter, diakon adalah kaum klerus, yaitu orang-orang tertahbis. Selain pelayan tertahbis, dalam Kurban Misa, ada pula pelayan tak tertahbis, di antaranya: lektor dan akolit. Keduanya sangat istimewa sebab dulu-dulu keduanya adalah pelayan tertahbis, dalam tahbisan kecil (minor). Sekarang keduanya tidak ditahbiskan (ordinatio), melainkan di-“lantik” (installatio).
Lektor adalah pembaca Alkitab dalam liturgi, akolit adalah pelayan altar yang membantu diakon. Secara khusus lektor melayani Liturgi Sabda, akolit melayani Liturgi Ekaristi. Pada masa kini, para calon imam/presbiter harus melalui tahap menjadi lektor-akolit.
Rev. D. Y. Istimoer Bayu Ajie
Katekis Daring
Minggu, 03 Maret 2019 Hari Minggu Biasa VIII
Minggu, 03 Maret 2019
Hari Minggu Biasa VIII
Kasih itu murah hati karena ia membalas yang jahat dengan kemurahan hati yang limpah. (St. Gregorius Agung)
Antifon Pembuka (Mzm 18:19-20)
Tuhan menjadi sandaranku. Ia membawa aku keluar ke tempat lapang. Ia menyelamatkan aku karena Ia berkenan kepadaku.
Factus est Dominus protector meus, et eduxit me in latitudinem: salvum me fecit, quoniam voluit me.
Doa Pembuka
Ya Allah, melalui Yesus Kristus, Putra-Mu, Engkau memberi jaminan hidup kepada siapa pun yang mengutamakan terwujudnya Kerajaan-Mu dan kebenarannya. Kami mohon, semoga kehendak-Mu itu menjadi satu-satunya pegangan hidup kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau dan dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Putra Sirakh (27:4-7)
"Jangan memuji seseorang sebelum ia berbicara."
Kalau ayakan digoyang-goyangkan, maka sampahlah yang tinggal. Demikian pula keburukan manusia tinggal dalam bicaranya. Perapian menguji periuk belanga penjunan, tetapi ujian terhadap manusia terletak dalam bicaranya. Nilai ladang ditampakkan oleh buah pohon yang tumbuh di situ, demikian pula bicara orang menyatakaan isi hatinya.
L. Demikianlah sabda Tuhan.
Tuhan menjadi sandaranku. Ia membawa aku keluar ke tempat lapang. Ia menyelamatkan aku karena Ia berkenan kepadaku.
Factus est Dominus protector meus, et eduxit me in latitudinem: salvum me fecit, quoniam voluit me.
Doa Pembuka
Ya Allah, melalui Yesus Kristus, Putra-Mu, Engkau memberi jaminan hidup kepada siapa pun yang mengutamakan terwujudnya Kerajaan-Mu dan kebenarannya. Kami mohon, semoga kehendak-Mu itu menjadi satu-satunya pegangan hidup kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau dan dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Putra Sirakh (27:4-7)
"Jangan memuji seseorang sebelum ia berbicara."
Kalau ayakan digoyang-goyangkan, maka sampahlah yang tinggal. Demikian pula keburukan manusia tinggal dalam bicaranya. Perapian menguji periuk belanga penjunan, tetapi ujian terhadap manusia terletak dalam bicaranya. Nilai ladang ditampakkan oleh buah pohon yang tumbuh di situ, demikian pula bicara orang menyatakaan isi hatinya.
L. Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = f, 2/4, PS 829
Ref. Aku hendak memuji nama-Mu, ya Tuhan, selama-lamanya.
Ayat. (Mzm 92:2-3, 13-14, 15-16)
1. Sungguh baik menyanyikan syukur kepada Tuhan, dan menyanyikan
mazmur bagi nama-Mu, yang maha tinggi, memberitakan kasih setia-Mu di
waktu pagi dan kesetiaanMu di waktu malam.
2. Orang benar akan bertunas seperti pohon kurma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon; mereka yang ditanam di bait Tuhan akan bertunas di pelataran Allah kita.
3. Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar, untuk memberitakan bahwa Tuhan itu benar, bahwa Ia gunung batuku, dan tidak ada kecurangan pada-Nya.
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (1Kor 15:54-58)
2. Orang benar akan bertunas seperti pohon kurma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon; mereka yang ditanam di bait Tuhan akan bertunas di pelataran Allah kita.
3. Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar, untuk memberitakan bahwa Tuhan itu benar, bahwa Ia gunung batuku, dan tidak ada kecurangan pada-Nya.
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (1Kor 15:54-58)
"Ia telah memberi kita kemenangan berkat Yesus Kristus."
Saudara-saudara, sesudah hal-hal yang dapat binasa mengenakan yang tidak
dapat binasa, dan yang dapat mati mengenakan yang tidak dapat mati,
maka akan genaplah Firman Tuhan: ”Maut telah ditelan dalam kemenangan!
Hai maut, di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu? Sengat
maut adalah dosa, dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi syukur
kepada Allah, yang telah memberi kita kemenangan berkat Yesus Kristus,
Tuhan kita.” Karena itu, Saudara-saudaraku yang terkasih, berdirilah
teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab
kamu tahu bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak
sia-sia.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = g, 4/4, PS 963
Ref. Alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya.
Ayat. (Flp 2:15-16)
Kamu bercahaya seperti bintang-bintang bila kamu berpegang pada Sabda Kehidupan
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (6:39-45)
"Yang diucapkan mulut meluap dari hati."
Sekali peristiwa Yesus menyampaikan
perumpamaan ini kepada murid-murid-Nya, "Dapatkah seorang buta menuntun
orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lubang? Seorang murid
tidak melebihi gurunya, tetapi orang yang telah tamat pelajarannya akan
menjadi sama dengan gurunya. Mengapakah engkau melihat selumbar dalam
mata saudaramu, sedangkan balok dalam matamu sendiri tidak engkau
ketahui? Bagaimana mungkin engkau berkata kepada saudaramu, 'Saudara,
biarlah aku mengeluarkan selumbar dalam matamu', padahal balok yang
dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu
balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk
mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu. Tidak ada pohon baik yang
menghasilkan buah yang tidak baik. Dan juga tidak ada pohon tidak baik
yang menghasilkan buah baik. Sebab setiap pohon dikenal dari buahnya.
Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara, dan dari duri-duri
orang tidak memetik buah anggur. Orang yang baik mengeluarkan barang
yang baik dari perbendaharaan hati yang baik. Tetapi orang jahat
mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaan hati-Nya yang jahat.
Sebab yang diucapkan mulut meluap dari hati."
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus
Renungan
Seseorang dikagumi, diundang sebagai pembicara, dimintai nasihat dan diberi tugas tertentu karena dipandang memiliki kualitas diri yang bagus. Yakinlah, pikiran, hati, perilaku dan iman yang berkualitas adalah perpaduan sempurna yang akan menghasilkan hidup dan karya yang berkualitas.
Yesus sangat merindukan para murid yang berkualitas. Berkualitas berarti memiliki kemampuan yang bisa diandalkan sesuai dengan bidangnya. Seorang murid atau seorang Katolik yang berkualitas hendaknya setia dalam iman, memiliki pendirian, berprinsip yang bena, berpribadi utuh, memiliki kualitas hati yang mengampuni, menjad| pembawa damai dan senantiasa berbuah dalam kasih. Ada banyak kualitas diri yang mestinya kita miliki dalam hidup. Apa pun itu, Yesus mengajak kita agar menjadi seseorang di dunia ini dan hidup kita berbuah baik. Mengapa kualitas diri ini amat penting untuk hidup yang lebih baik? Karena kebaikan lahir dari pribadi yang hatinya baik dan tulus. Kebaikan akan menuntun orang pada kebaikan. Demikian juga kebenaran akan menuntun orang pada jalan kebenaran. Sebaliknya, kejahatan menuntun orang pada kejahatan. Ingat, gelap tidak bisa mengusir gelap, hanya terang yang bisa melakukannya. Benci tidak bisa mengusir benci, hanya kasih yang bisa melakukannya.
Refleksi dan pembatinan adalah sesuatu yang harus dilakukan setiap saat agar manusia selalu berjalan pada pencerahan. Refleksi atas pengalaman membuahkan kebijaksanaan. Alhasil, pengalaman menjadi guru yang terbaik. Refleksi atas kesalahan akan membuahkan kewaspadaan. Alhasil, kesalahan menjadi pijakan untuk bangkit dan memulai lagi. Jika kita terus berusaha untuk merefleksikan dan membatinkan setiap peristiwa hidup, betapa kita akan menjadi pribadi yang tangguh dalam hidup.
Yang sering terjadi dalam hidup adalah proses pendangkalan karena kayanya pengalaman. Aneh bukan? Inilah yang terjadi ketika manusia tidak berefleksi atas pengalaman yang ada atau peristiwa hidup yang dialaminya. Ia seperti si buta menuntun si buta. Lihatlah di sekitar kita. Ada banyak penyegaran rohani, buku-buku rohani, rumah ibadat, rumah retret, tempat ziarah dan para pemuka agama. Mestinya, semua itu semakin menjamin kualitas iman generasi zaman now. Namun, hasilnya ternyata tidaklah demikian. HaI-hal rohani bukan lagi membuat orang semakin saleh, rendah hati, beriman dan takut akan Tuhan.
Pesan firman Tuhan hari ini: Bijaklah dengan dirimu, hatimu: perilakumu dan imanmu. Pengalaman boleh banyak, jabatan boleh tinggi dan kegiatan boleh padat. Namun, jika buah atau dampaknya tidak dirasakan oleh orang lain, adakah sesuatu yang salah dengan Semua itu? Refleksikanlah! Pohon yang baik, pasti membuahkan Yang balk. Pribadi yang berkualitas pasti memiliki hidup yang berkualitas.[RUAH/Rm. Kartolo Malau, O.Carm.]
Yesus sangat merindukan para murid yang berkualitas. Berkualitas berarti memiliki kemampuan yang bisa diandalkan sesuai dengan bidangnya. Seorang murid atau seorang Katolik yang berkualitas hendaknya setia dalam iman, memiliki pendirian, berprinsip yang bena, berpribadi utuh, memiliki kualitas hati yang mengampuni, menjad| pembawa damai dan senantiasa berbuah dalam kasih. Ada banyak kualitas diri yang mestinya kita miliki dalam hidup. Apa pun itu, Yesus mengajak kita agar menjadi seseorang di dunia ini dan hidup kita berbuah baik. Mengapa kualitas diri ini amat penting untuk hidup yang lebih baik? Karena kebaikan lahir dari pribadi yang hatinya baik dan tulus. Kebaikan akan menuntun orang pada kebaikan. Demikian juga kebenaran akan menuntun orang pada jalan kebenaran. Sebaliknya, kejahatan menuntun orang pada kejahatan. Ingat, gelap tidak bisa mengusir gelap, hanya terang yang bisa melakukannya. Benci tidak bisa mengusir benci, hanya kasih yang bisa melakukannya.
Refleksi dan pembatinan adalah sesuatu yang harus dilakukan setiap saat agar manusia selalu berjalan pada pencerahan. Refleksi atas pengalaman membuahkan kebijaksanaan. Alhasil, pengalaman menjadi guru yang terbaik. Refleksi atas kesalahan akan membuahkan kewaspadaan. Alhasil, kesalahan menjadi pijakan untuk bangkit dan memulai lagi. Jika kita terus berusaha untuk merefleksikan dan membatinkan setiap peristiwa hidup, betapa kita akan menjadi pribadi yang tangguh dalam hidup.
Yang sering terjadi dalam hidup adalah proses pendangkalan karena kayanya pengalaman. Aneh bukan? Inilah yang terjadi ketika manusia tidak berefleksi atas pengalaman yang ada atau peristiwa hidup yang dialaminya. Ia seperti si buta menuntun si buta. Lihatlah di sekitar kita. Ada banyak penyegaran rohani, buku-buku rohani, rumah ibadat, rumah retret, tempat ziarah dan para pemuka agama. Mestinya, semua itu semakin menjamin kualitas iman generasi zaman now. Namun, hasilnya ternyata tidaklah demikian. HaI-hal rohani bukan lagi membuat orang semakin saleh, rendah hati, beriman dan takut akan Tuhan.
Pesan firman Tuhan hari ini: Bijaklah dengan dirimu, hatimu: perilakumu dan imanmu. Pengalaman boleh banyak, jabatan boleh tinggi dan kegiatan boleh padat. Namun, jika buah atau dampaknya tidak dirasakan oleh orang lain, adakah sesuatu yang salah dengan Semua itu? Refleksikanlah! Pohon yang baik, pasti membuahkan Yang balk. Pribadi yang berkualitas pasti memiliki hidup yang berkualitas.[RUAH/Rm. Kartolo Malau, O.Carm.]
Antifon Komuni (Mzm 13:6)
Aku mau menyanyi bagi Tuhan, karena Ia telah berbuat baik kepadaku. Aku mau bermazmur bagi nama Tuhan Yang Mahatinggi.
Seri Katekismus: KRISTUS SELEBRAN UTAMA
KatKit (Katekese Sedikit) No. 201
Seri Katekismus
KRISTUS SELEBRAN UTAMA
Syalom aleikhem.
Empat puluh hari lamanya, setelah kebangkitan-Nya dari alam maut, Sang Kristus menampakkan diri kepada para murid. Beliau makan dan minum bersama para murid serta mengajar mereka mengenai Kerajaan Allah. Penampakan demi penampakan itu menguatkan iman para murid akan kebangkitan Kristus.
Pada saat menampakkan diri, Kristus sudah mulia; tubuh-Nya adalah tubuh kemuliaan, tubuh kebangkitan. Namun, selama penampakan itu kemuliaan-Nya masih “terbatas” atau terselubung dalam sosok tubuh yang sama seperti manusia biasa (meski sekaligus amat berbeda seperti telah dijelaskan pada Seri Katekismus sebelumnya).
Dengan kenaikan-Nya ke surga, tubuh Kristus yang mulia itu benar-benar dan definitif (final) masuk ke dalam kemuliaan ilahi yang dilambangkan dengan awan-awan dan langit. Dalam Injil-injil dikisahkan bahwa Yesus Kristus yang telah bangkit itu naik ke surga disaksikan oleh para murid, lalu berangsur-angsur tubuh-Nya tak dapat terlihat lagi tertutup awan-awan. Sejak itu, kemuliaan Kristus benar-benar bersinar sebab Beliau ditinggikan di sebelah kanan Bapa. Peristiwa kenaikan-Nya ke surga, sebagaimana kebangkitan-Nya, bersifat historis dan transenden.
Pemuliaan definitif itu terkait erat dengan turun-Nya dari surga dalam penjelmaan-Nya sebagai manusia. Dengan menjadi manusia, Sang Kristus terikat pada kodrat sebagai manusia. Dengan kodrat manusiawi itu, Beliau tak dapat masuk ke dalam rumah Bapa yang kekal. Mengapa? Ya, karena kodrat manusia itu tidak kekal (sebelum kematian), sedangkan kodrat Allah itu kekal. Yang tidak kekal tak bisa masuk ke dalam kekekalan.
Namun, dengan wafat dan kebangkitan-Nya dari maut, Sang Kristus dapat masuk ke dalam rumah Bapa kekal, bahkan Beliau membukakan pintu rumah Bapa bagi manusia. Dan Beliaulah yang pertama masuk ke sana.
Di surga, di rumah Bapa itu, Sang Kristus melaksanakan imamat-Nya terus-menerus (artinya: kekal) sebab Beliaulah Imam Agung untuk selama-lamanya. Di sanalah, Sang Kristus menjadi pusat dan selebran utama liturgi yang menghormati Allah Sang Bapa sepanjang segala masa.
Ungkapan “sisi kanan Bapa” berarti kemuliaan dan kehormatan Allah. Dalam kemuliaan dan kehormatan itu, Sang Kristus yang sehakikat dengan Sang Bapa hidup sejak kekal sampai kekal. Maka dari itu, “duduk di sisi kanan Bapa” bermakna kekuasaan Sang Mesias yang tak akan berakhir.
** Ringkas-uraian atas Katekismus Gereja Katolik (KGK) No. 659 – 667
Rev. D. Y. Istimoer Bayu Ajie
Katekis Daring
Seri Katekismus
KRISTUS SELEBRAN UTAMA
Syalom aleikhem.
Empat puluh hari lamanya, setelah kebangkitan-Nya dari alam maut, Sang Kristus menampakkan diri kepada para murid. Beliau makan dan minum bersama para murid serta mengajar mereka mengenai Kerajaan Allah. Penampakan demi penampakan itu menguatkan iman para murid akan kebangkitan Kristus.
Pada saat menampakkan diri, Kristus sudah mulia; tubuh-Nya adalah tubuh kemuliaan, tubuh kebangkitan. Namun, selama penampakan itu kemuliaan-Nya masih “terbatas” atau terselubung dalam sosok tubuh yang sama seperti manusia biasa (meski sekaligus amat berbeda seperti telah dijelaskan pada Seri Katekismus sebelumnya).
Dengan kenaikan-Nya ke surga, tubuh Kristus yang mulia itu benar-benar dan definitif (final) masuk ke dalam kemuliaan ilahi yang dilambangkan dengan awan-awan dan langit. Dalam Injil-injil dikisahkan bahwa Yesus Kristus yang telah bangkit itu naik ke surga disaksikan oleh para murid, lalu berangsur-angsur tubuh-Nya tak dapat terlihat lagi tertutup awan-awan. Sejak itu, kemuliaan Kristus benar-benar bersinar sebab Beliau ditinggikan di sebelah kanan Bapa. Peristiwa kenaikan-Nya ke surga, sebagaimana kebangkitan-Nya, bersifat historis dan transenden.
Pemuliaan definitif itu terkait erat dengan turun-Nya dari surga dalam penjelmaan-Nya sebagai manusia. Dengan menjadi manusia, Sang Kristus terikat pada kodrat sebagai manusia. Dengan kodrat manusiawi itu, Beliau tak dapat masuk ke dalam rumah Bapa yang kekal. Mengapa? Ya, karena kodrat manusia itu tidak kekal (sebelum kematian), sedangkan kodrat Allah itu kekal. Yang tidak kekal tak bisa masuk ke dalam kekekalan.
Namun, dengan wafat dan kebangkitan-Nya dari maut, Sang Kristus dapat masuk ke dalam rumah Bapa kekal, bahkan Beliau membukakan pintu rumah Bapa bagi manusia. Dan Beliaulah yang pertama masuk ke sana.
Di surga, di rumah Bapa itu, Sang Kristus melaksanakan imamat-Nya terus-menerus (artinya: kekal) sebab Beliaulah Imam Agung untuk selama-lamanya. Di sanalah, Sang Kristus menjadi pusat dan selebran utama liturgi yang menghormati Allah Sang Bapa sepanjang segala masa.
Ungkapan “sisi kanan Bapa” berarti kemuliaan dan kehormatan Allah. Dalam kemuliaan dan kehormatan itu, Sang Kristus yang sehakikat dengan Sang Bapa hidup sejak kekal sampai kekal. Maka dari itu, “duduk di sisi kanan Bapa” bermakna kekuasaan Sang Mesias yang tak akan berakhir.
** Ringkas-uraian atas Katekismus Gereja Katolik (KGK) No. 659 – 667
Rev. D. Y. Istimoer Bayu Ajie
Katekis Daring
Sabtu, 02 Maret 2019 Hari Biasa Pekan VII
Sabtu, 02 Maret 2019
Hari Biasa Pekan VII
Liturgi bukanlah kenangan akan peristiwa masa lampau, tetapi kehadiran Misteri Paskah Kristus yang hidup, yang melampaui dan menyatukan semua waktu dan ruang. Bila sentralitas Kristus tidak muncul dalam perayaan, maka ia bukan liturgi Kristen, yang bergantung secara total kepada Tuhan dan ditopang oleh kehadiran kreatif-Nya. Allah bertindak melalui Kristus dan kita hanya bisa bertindak melalui Dia dan dalam Dia. Setiap hari keyakinan tersebut harus bertumbuh dalam diri kita, bahwa liturgi bukan “tindakan” saya dan kita, tetapi karya Allah di dalam dan bersama kita. (Paus Benediktus XVI, Audiensi Umum 3 Oktober 2012)
Antifon Pembuka (Mzm 103:13)
Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian Tuhan sayang kepada orang-orang takwa.
Doa Pembuka
Allah Bapa Yang Mahabaik, kami Kautempatkan di dunia ini, agar menjaga, menguasai, dan menyempurnakan dunia. Semoga kami selalu Kaulindungi terhadap kelaliman dan kejahatan. Bukalah mata hati dan budi kami, agar dapat melihat penderitaan sesama, supaya Engkau merajai hati kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Hari Biasa Pekan VII
Liturgi bukanlah kenangan akan peristiwa masa lampau, tetapi kehadiran Misteri Paskah Kristus yang hidup, yang melampaui dan menyatukan semua waktu dan ruang. Bila sentralitas Kristus tidak muncul dalam perayaan, maka ia bukan liturgi Kristen, yang bergantung secara total kepada Tuhan dan ditopang oleh kehadiran kreatif-Nya. Allah bertindak melalui Kristus dan kita hanya bisa bertindak melalui Dia dan dalam Dia. Setiap hari keyakinan tersebut harus bertumbuh dalam diri kita, bahwa liturgi bukan “tindakan” saya dan kita, tetapi karya Allah di dalam dan bersama kita. (Paus Benediktus XVI, Audiensi Umum 3 Oktober 2012)
Antifon Pembuka (Mzm 103:13)
Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian Tuhan sayang kepada orang-orang takwa.
Doa Pembuka
Allah Bapa Yang Mahabaik, kami Kautempatkan di dunia ini, agar menjaga, menguasai, dan menyempurnakan dunia. Semoga kami selalu Kaulindungi terhadap kelaliman dan kejahatan. Bukalah mata hati dan budi kami, agar dapat melihat penderitaan sesama, supaya Engkau merajai hati kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Putra Sirakh (17:1-15)
Manusia diciptakan Tuhan dari tanah, dan ke sana pula ia akan dikembalikan. Manusia dianugerahi Tuhan sejumlah hari dan jangka waktu, dan diberi-Nya kuasa atas segala sesuatu di bumi. Ia dilengkapi kekuatan yang serupa dengan kekuatan Allah sendiri, dan dijadikan Allah menurut gambar-Nya sendiri. Di dalam segala makhluk yang hidup Tuhan menanam rasa takut terhadap manusia, agar manusia merajai binatang dan unggas. Lidah, mata dan telinga dibentuk-Nya, dan manusia diberi-Nya hati untuk berpikir. Tuhan memenuhi manusia dengan pengetahuan yang arif, dan menunjukkan kepadanya apa yang baik dan apa yang jahat. Tuhan memasukkan mata-Nya sendiri di dalam hati manusia untuk menyatakan kepadanya keagungan karya Tuhan. Maka manusia harus memuji nama Tuhan yang kudus untuk mewartakan karya-Nya yang agung. Tuhan masih menambahkan pengetahuan lagi dengan memberi manusia hukum kehidupan menjadi milik pusaka. Perjanjian kekal diikat-Nya dengan mereka, dan segala hukum-Nya dipermaklumkan kepada mereka. Mata mereka telah melihat kemuliaan Tuhan yang agung, dan suara-Nya yang dahsyat telah didengar telinga mereka. Tuhan berkata kepada mereka, “Jauhilah setiap kelaliman.” Dan masing-masing diberi-Nya perintah mengenai sesamanya. Langkah laku manusia selalu terbentang di hadapan Tuhan, dan tak tersembunyi bagi mata-Nya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Kekal abadilah kasih setia Tuhan atas orang yang takwa kepada-Nya.
Ayat. (Mzm 102:16-18.19-21.29.22-23; R: 20b)
1. Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian Tuhan sayang kepada orang-orang yang takwa. Sebab Dia sendiri tahu dari apa kita dibuat, Dia sadar bahwa kita ini debu.
2. Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput; seperti bunga di padang demikianlah ia berkembang. Apabila angin melintasinya, maka lenyaplah ia, dan tempatnya pun tidak diketahui lagi.
3. Tetapi kekal abadilah kasih setia Tuhan atas orang-orang yang takwa kepada-Nya; sebagaimana kekal abadilah kebaikan-Nya atas anak cucu mereka, asal saja mereka tetap berpegang pada perjanjian-Nya.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Terpujilah Engkau, Bapa, Tuhan langit dan bumi, sebab misteri kerajaan Kaunyatakan kepada kaum sederhana.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (10:13-16)
Sekali peristiwa orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus supaya Ia menjamah mereka. Tetapi, murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Melihat itu, Yesus marah dan berkata kepada mereka, "Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku! Jangan menghalang-halangi mereka! Sebab orang-orang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu, "Sungguh, barangsiapa tidak menerima Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya." Kemudian Yesus memeluk anak-anak itu, meletakkan tangan ke atas mereka, dan memberkati mereka.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.
Renungan
Orang-orang yang dengan hati tulus datang kepada Yesus tidak akan pernah Dia tolak. Orang yang hatinya tulus dan bersahaja, seperti anak-anak, selalu terbuka pada Sabda dan mau melakukannya. Bila kita bisa mengerti karakter anak kecil dalam menyikapi kehidupan ini, maka kita bisa sangat mengerti kata-kata Yesus ini, bahwa bila kita tidak menyambut Kerajaan Allah, seperti anak kecil, yang antusias, riang gembira dan sederhana maka tidak akan masuk ke dalamnya. Karena apa? Orang yang selalu lesu, pesimis, sulit untuk menemukan ‘kehadiran’ Allah dalam hidupya. Bila kita menjalani hidup tanpa antusiasme, maka bisa dibayangkan hidup kita akan terasa ‘garing’ monoton, lewat begitu saja. Hampa dan tidak berbuah apa-apa.
Dalam setiap kehidupan sangat dibutuhkan sikap semangat dan antusias. Kedua sikap ini akan membawa kita kepada semangat seorang anak, yang selalu mau belajar dan gembira. Buah-buah kehidupan yang segar, baik dan berguna bagi sesama kita dihasilkan dari jiwa yang selalu segar dan semangat dalam menyikapi kehidupan ini, apapun yang terjadi.
Antifon Komuni (Mrk 10:16)
Barangsiapa tidak menerima Kerajaan Allah seperti anak-anak ini, tidak akan masuk kedalamnya.
RENUNGAN PAGI
Jumat, 01 Maret 2019 Hari Biasa Pekan VII
Jumat, 01 Maret 2019
Hari Biasa Pekan VII
Gereja menegaskan lagi prakteknya yang berdasarkan Kitab Suci, untuk tidak mengizinkan mereka yang bercerai, kemudian menikah lagi, menyambut Ekaristi Kudus. Mereka tidak dapat diijinkan, karena status dan kondisi hidup mereka berlawanan dengan persatuan cinta kasih antara Kristus dan Gereja, yang dilambangkan oleh Ekaristi dan merupakan buahnya. Selain itu masih ada alasan pastoral khusus lainnya. Seandainya mereka itu diperbolehkan menyambut Ekaristi, umat beriman akan terbawa dalam keadaan sesat dan bingung mengenai ajaran Gereja, bahwa pernikahan tidak dapat diceraikan. (Paus Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik Familiaris Consortio, 84)
Antifon Pembuka (Sir 6:5-6)
Tutur kata yang manis mendapat banyak sahabat, dan keramahan diperbanyak oleh lidah yang manis lembut. Mudah-mudahan banyak orang berdamai denganmu
Doa Pembuka
Hari Biasa Pekan VII
Gereja menegaskan lagi prakteknya yang berdasarkan Kitab Suci, untuk tidak mengizinkan mereka yang bercerai, kemudian menikah lagi, menyambut Ekaristi Kudus. Mereka tidak dapat diijinkan, karena status dan kondisi hidup mereka berlawanan dengan persatuan cinta kasih antara Kristus dan Gereja, yang dilambangkan oleh Ekaristi dan merupakan buahnya. Selain itu masih ada alasan pastoral khusus lainnya. Seandainya mereka itu diperbolehkan menyambut Ekaristi, umat beriman akan terbawa dalam keadaan sesat dan bingung mengenai ajaran Gereja, bahwa pernikahan tidak dapat diceraikan. (Paus Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik Familiaris Consortio, 84)
Antifon Pembuka (Sir 6:5-6)
Tutur kata yang manis mendapat banyak sahabat, dan keramahan diperbanyak oleh lidah yang manis lembut. Mudah-mudahan banyak orang berdamai denganmu
Doa Pembuka
Allah Bapa Yang Mahabaik, Engkaulah
sahabat dan pemimpin kami berkat Yesus utusan-Mu. Semoga kami
Kauperkenankan saling memberikan persahabatan dan kebijaksanaan, yang
kami terima dari pada-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu,
Tuhan kami,
yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa,
Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Putra Sirakh (6:5-17)
"Sahabat yang setia, tiada ternilai, dan harganya tiada terbayar."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Biarlah aku hidup menurut petunjuk perintah-perintah-Mu.
Ayat. (Mzm 119:12.16.18.27.34.35; R:35)
1. Terpujilah Engkau, ya Tuhan; ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.
2. Ketetapan-ketetapan-Mu akan menjadi sumber sukacitaku, firman-Mu tidak akan kulupakan.
3. Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban hukum-Mu.
4. Buatlah aku mengerti petunjuk titah-titah-Mu, supaya aku merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib.
5. Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang hukum-Mu; dengan segenap hati aku hendak memeliharanya.
6. Biarlah aku hidup menurut petunjuk perintah-perintah-Mu, sebab aku menyukainya.
Bait Pengantar Injil, do = g, 2/4, PS 952
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Sesudah ayat, Alleluya dilagukan dua kali
Ayat.
Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah kebenaran. Kuduskanlah kami dalam kebenaran. Alleluya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (10:1-12)
"Yang dipersatukan Allah, jangan diceraikan manusia."
Pada suatu hari Yesus berangkat ke daerah Yudea dan ke daerah seberang Sungai Yordan. Di situ orang banyak datang mengerumuni Dia, dan seperti biasa Yesus mengajar mereka. Maka datanglah orang-orang Farisi hendak mencobai Yesus. Mereka bertanya, “Bolehkah seorang suami menceraikan isterinya?” Tetapi Yesus menjawab kepada mereka, “Apa perintah Musa kepadamu?” Mereka menjawab, “Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai.” Lalu Yesus berkata kepada mereka, “Karena ketegaran hatimulah Musa menulis perintah untukmu. Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka pria dan wanita; karena itu pria meninggalkan ibu bapanya dan bersatu dengan isterinya. Keduanya lalu menjadi satu daging. Mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu apa yang dipersatukan Allah, janganlah diceraikan manusia.” Setelah mereka tiba di rumah, Para murid bertanya pula tentang hal itu kepada Yesus. Lalu Yesus berkata kepada mereka, “Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan wanita lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu. Dan jika isteri menceraikan suaminya lalu kawin dengan pria yang lain, ia berbuat zinah.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.
Renungan
Dalam hukum Taurat dikatakan jangan berzinah. Tetapi Yesus membuat lebih keras dengan mengatakan: "Mereka yang memandang dan menginginkan seorang perempuan sudah berzinah dalam hatinya." Hukum Taurat membolehkan cerai dengan alasan zinah. Tetapi Yesus mengatakan: "Setiap orang yang menceraikan istrinya kecuali karena zinah, ia menjadikan istrinya berzinah dan yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berzinah". Yesus dengan keras jug menyatakan hal yang sebenarnya. Musa tidak memberikan aturan yang melegalkan perceraian, tapi ia terpaksa mengambil jalan tengah karena didesak oleh kaum laki-laki yang berdosa, untuk membatasi dan membendung akibat-akibat negatif yang ditimbulkan oleh para suami yang tidak bertanggung jawab. Sejak awal manusia menyepelekan tata tertib yang ditetapkan oleh Allah (bdk. Kej 1:27; 2:24). Itulah sebabnya Yesus berbicara tentang ketegaran hati!
Tampak Yesus memperkeras apa yang
ditulis dalam hukum Taurat. Ia mau menekankan pentingnya kasih dan
kesatuan dalam perkawinan dan juga kesucian hati. Kalau kita ingin
menjadi murid Yesus dalam hal kasih perkawinan dan juga seksualitas,
maka kita harus hidup lebih baik dalam perkawinan dan berkeluarga. Apa yang bisa kita pelajari dari Injil hari ini? Pertama,
perceraian tidak pernah menjadi kehendak Allah. Sejak awal dunia Allah
menghendaki laki-laki dan perempuan menjadi satu kesatuan. Perceraian
hanya merupakan salah satu tanda ketegaran hati manusia! Katekismus Gereja Katolik, 1650 menyatakan: Karena itu, Gereja memegang teguh bahwa ia tidak dapat mengakui sah ikatan yang baru, kalau Perkawinan pertama itu sah. Kalau mereka yang bercerai itu kawin lagi secara sipil, mereka berada dalam satu situasi yang secara obyektif bertentangan dengan hukum Allah. Karena itu, mereka tidak boleh menerima komuni selama situasi ini masih berlanjut. Dengan alasan yang sama mereka juga tidak boleh melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam Gereja. Pemulihan melalui Sakramen Pengakuan hanya dapat diberikan kepada mereka yang menyesal, bahwa mereka telah mencemari tanda perjanjian dan kesetiaan kepada Kristus, dan mewajibkan diri supaya hidup dalam pantang yang benar."
Antifon Komuni (Sir 6:14a, 16a)
Sahabat setiawan merupakan perlindungan kokoh. Sahabat setiawan adalah obat kehidupan.
RENUNGAN PAGI
Seri Alkitab: INJIL MARKUS 3:22-25
KatKit (Katekese Sedikit) No. 200
Seri Alkitab
INJIL MARKUS 3:22-25
Syalom aleikhem.
Mrk. 3:22
Dan ahli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem berkata: “Ia kerasukan Beelzebul,” dan: “Dengan penghulu setan Ia mengusir setan.”
Et scribae, qui ab Hierosolymis descenderant, dicebant: “ Beelzebul habet ” et: “ In principe daemonum eicit daemonia ”.
Para ahli Taurat biasanya datang dari Yerusalem, pusat keagamaan Yahudi. Mereka inilah – tentu tak semua ahli Taurat, melainkan beberapa – yang mengklain bahwa Kristus kerasukan Beelzebul.
Siapakah Beelzebul? Dalam kepercayaan masa itu, Beelzebul adalah pemimpin semua roh jahat. Kita menyebut pemimpin segala roh jahat itu Iblis. Roh-roh jahat lain disebut setan. Beelzebul, dengan demikian, adalah nama alias si Iblis, pemimpin para setan. Nama ini terkait erat dengan nama ilah (dewa) yang disebut dalam Perjanjian Lama, yaitu Baal-Zebub (2Raj. 1:2-3). Dalam Perjanjian Lama, Baal-Zebub adalah ilah lain, berhala. Dalam perkembangan pemikiran rohani selanjutnya, Baal-Zebub – kemudian diucapkan Beelzebul –diidentikkan dengan Iblis.
Ungkapan “kerasukan Beelzebul” artinya kerasukan “setannya setan”. Setan tertinggilah yang menguasai Sang Kristus, demikian tuduhan dari para ahli Taurat. Tak cukup itu, mereka pun memvonis bahwa dengan kuasa Beelzebul itulah Kristus mengusir setan. “Penghulu setan” dalam ayat ini sama dengan Beelzebul alias Iblis.
Dalam kepercayaan jadul, setan dapat diusir dengan setan sebab setan punya sistem kepangkatan. Setan yang lebih tinggi pangkatnya akan dapat mengusir setan rendahan. Kalau si pengusir memakai kuasa Beelzebul, yaitu setan paling tinggi alias kepala seluruh setan, maka si pengusir dapat menangkal semua setan. Tak ada setan yang berani melawan bos besar setan, tentu saja. Para ahli kitab menuduh Kristus memakai kuasa si kepala setan.
Mrk. 3:23
Yesus memanggil mereka, lalu berkata kepada mereka dalam perumpamaan: “Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis?
Et convocatis eis, in parabolis dicebat illis: “ Quomodo potest Satanas Satanam eicere?
Ayat ini jawaban Kristus atas tuduhan para ahli kitab. “Mereka” pada ayat ini adalah para ahli kitab. Kata ini dapat juga ditafsirkan semua orang yang ada di situ, orang banyak termasuk para ahli kitab.
Tuhan Yesus menjawab tuduhan itu dengan perumpamaan “Iblis mengusir Iblis”. Apa artinya? Yang dimaksud di sini adalah “Iblis mengusir dirinya sendiri”. Ini pertanyaan retoris, yaitu pertanyaan yang tidak butuh jawaban sebab jawabannya sudah jelas: “Tak mungkin.” Tak mungkin Iblis mengusir dirinya sendiri. Dengan perumpamaan ini, Tuhan menegaskan bahwa Beliau mengusir Iblis bukan dengan kuasa Iblis, melainkan dengan kuasa Allah.
Mrk. 3:24-25
24 Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan, 25 dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan.
24 Et si regnum in se dividatur, non potest stare regnum illud; 25 et si domus in semetipsam dispertiatur, non poterit domus illa stare.
Argumentasi-Nya dilanjutkan pada ayat 24-25 yang menyatakan bahwa kerajaan dan rumah tangga yang terpecah pasti runtuh.
Rev. D. Y. Istimoer Bayu Ajie
Katekis Daring
Seri Alkitab
INJIL MARKUS 3:22-25
Syalom aleikhem.
Mrk. 3:22
Dan ahli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem berkata: “Ia kerasukan Beelzebul,” dan: “Dengan penghulu setan Ia mengusir setan.”
Et scribae, qui ab Hierosolymis descenderant, dicebant: “ Beelzebul habet ” et: “ In principe daemonum eicit daemonia ”.
Para ahli Taurat biasanya datang dari Yerusalem, pusat keagamaan Yahudi. Mereka inilah – tentu tak semua ahli Taurat, melainkan beberapa – yang mengklain bahwa Kristus kerasukan Beelzebul.
Siapakah Beelzebul? Dalam kepercayaan masa itu, Beelzebul adalah pemimpin semua roh jahat. Kita menyebut pemimpin segala roh jahat itu Iblis. Roh-roh jahat lain disebut setan. Beelzebul, dengan demikian, adalah nama alias si Iblis, pemimpin para setan. Nama ini terkait erat dengan nama ilah (dewa) yang disebut dalam Perjanjian Lama, yaitu Baal-Zebub (2Raj. 1:2-3). Dalam Perjanjian Lama, Baal-Zebub adalah ilah lain, berhala. Dalam perkembangan pemikiran rohani selanjutnya, Baal-Zebub – kemudian diucapkan Beelzebul –diidentikkan dengan Iblis.
Ungkapan “kerasukan Beelzebul” artinya kerasukan “setannya setan”. Setan tertinggilah yang menguasai Sang Kristus, demikian tuduhan dari para ahli Taurat. Tak cukup itu, mereka pun memvonis bahwa dengan kuasa Beelzebul itulah Kristus mengusir setan. “Penghulu setan” dalam ayat ini sama dengan Beelzebul alias Iblis.
Dalam kepercayaan jadul, setan dapat diusir dengan setan sebab setan punya sistem kepangkatan. Setan yang lebih tinggi pangkatnya akan dapat mengusir setan rendahan. Kalau si pengusir memakai kuasa Beelzebul, yaitu setan paling tinggi alias kepala seluruh setan, maka si pengusir dapat menangkal semua setan. Tak ada setan yang berani melawan bos besar setan, tentu saja. Para ahli kitab menuduh Kristus memakai kuasa si kepala setan.
Mrk. 3:23
Yesus memanggil mereka, lalu berkata kepada mereka dalam perumpamaan: “Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis?
Et convocatis eis, in parabolis dicebat illis: “ Quomodo potest Satanas Satanam eicere?
Ayat ini jawaban Kristus atas tuduhan para ahli kitab. “Mereka” pada ayat ini adalah para ahli kitab. Kata ini dapat juga ditafsirkan semua orang yang ada di situ, orang banyak termasuk para ahli kitab.
Tuhan Yesus menjawab tuduhan itu dengan perumpamaan “Iblis mengusir Iblis”. Apa artinya? Yang dimaksud di sini adalah “Iblis mengusir dirinya sendiri”. Ini pertanyaan retoris, yaitu pertanyaan yang tidak butuh jawaban sebab jawabannya sudah jelas: “Tak mungkin.” Tak mungkin Iblis mengusir dirinya sendiri. Dengan perumpamaan ini, Tuhan menegaskan bahwa Beliau mengusir Iblis bukan dengan kuasa Iblis, melainkan dengan kuasa Allah.
Mrk. 3:24-25
24 Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan, 25 dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan.
24 Et si regnum in se dividatur, non potest stare regnum illud; 25 et si domus in semetipsam dispertiatur, non poterit domus illa stare.
Argumentasi-Nya dilanjutkan pada ayat 24-25 yang menyatakan bahwa kerajaan dan rumah tangga yang terpecah pasti runtuh.
Rev. D. Y. Istimoer Bayu Ajie
Katekis Daring
Langganan:
Postingan (Atom)
terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati