Minggu, 24 Maret 2019
Hari Minggu Prapaskah III
Allah sangat menghargai pertobatan sehingga sekecil apa pun pertobatan di dunia, asalkan itu murni, menyebabkan Dia melupakan segala jenis dosa. (St. Fransiskus de Sales)
Antifon Pembuka (Bdk. Mzm 25:15-16)
Mataku tetap terarah
kepada Tuhan, sebab Ia mengeluarkan kakiku dari jerat. Berpalinglah
kepadaku dan kasihanilah aku, sebab sebatang kara dan celakalah aku.
Oculi
mei semper ad Dominum, quia ipse evellet de laqueo pedes meos: respice
in me, et miserere mei, quoniam unicus et pauper sum ego.
Doa Pembuka
Allah Bapa kami yang Maharahim, Engkau tahu apa yang ada dalam hati
manusia. Engkau menyelami hati kami sedalam-dalamnya. Engkau tahu
usaha-usaha dan kegagalan-kegagalan kami. Maka Engkaulah Allah yang
benar-benar sabar. Kami mohon, buatlah kami percaya bahwa Engkau kuasa
menghapus dosa-dosa kami dan curahkanlah kiranya Roh Kudus kepada kami. Dengan
pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami yang bersama dengan
Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang
segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Keluaran (3:1-8a.13-15)
"Allah telah mengutus aku kepadamu."
Di tanah Midian Musa biasa menggembalakan kambing
domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali peristiwa Musa menggiring
kawanannya ke seberang padang gurun, dan tiba di gunung Allah, yakni
Gunung Horeb. Lalu malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya dalam nyala
api yang keluar dari semak duri. Musa melihat-lihat, dan tampaklah:
Semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. Musa berkata, “Baiklah
aku menyimpang ke sana, dan menyelidiki penglihatan yang hebat itu.
Mengapa semak duri itu tidak terbakar?” Ketika dilihat Tuhan bahwa Musa
menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah
semak duri itu kepadanya, “Musa, Musa!” Musa menjawab, “Ya Allah!” Lalu
Allah berfirman, “Janganlah mendekat! Tanggalkanlah kasut dari kakimu,
sebab tempat dimana engkau berdiri itu adalah tanah kudus.” Allah
berfirman lagi, “Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan
Allah Yakub.” Musa lalu menutupi mukanya, sebab ia takut memandang
Allah. Lalu Tuhan berfirman, “Aku telah memperhatikan dengan sungguh
kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan
mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka. Ya, Aku
mengetahui penderitaan mereka. Sebab itu Aku telah turun untuk
melepaskan mereka dari tangan orang Mesir.” Ketika Allah mengutus Musa
untuk membawa umat Israel keluar dari Mesir, Musa berkata kepada Allah,
“Tetapi apabila aku menemui orang Israel, dan berkata kepada mereka,
‘Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu’, dan mereka bertanya
kepadaku, ‘Siapakah nama-Nya’, apakah yang harus kukatakan kepada
mereka?” Firman Allah kepada Musa, “Aku adalah ‘Sang Aku’.” Lalu Allah
melanjutkan, “Katakanlah kepada orang Israel itu, ‘Sang Aku’ telah
mengutus aku kepadamu.” Firman Allah pula kepada Musa, “Katakanlah ini
kepada orang Israel, ‘Tuhan, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah
Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu’. Itulah nama-Ku
untuk selama-lamanya, dan itulah sebutan-Ku turun temurun.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, la = d, 2/4, PS 814
Ref. Pada Tuhan ada kasih setia dan penebusan berlimpah.
Ayat. (Mzm 103:1-4.6-7.8.11)
1. Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap
batinku! Pujilah Tuhan, hai jiwaku, janganlah lupa akan segala
kebaikan-Nya.
2. Dialah yang mengampuni segala kesalahanmu, dan menyembuhkan segala
penyakitmu! Dialah yang menebus hidupmu dari liang kubur, dan memahkotai
engkau dengan kasih setia dan rahmat!
3. Tuhan menjalankan keadilan dan hukum bagi semua orang yang diperas.
Ia telah memperkenalkan jalan-jalan-Nya kepada Musa, dan memaklumkan
perbuatan-perbuatan-Nya kepada orang Israel.
4. Tuhan adalah pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah
kasih setia. Setinggi langit dari bumi, demikianlah besarnya kasih setia
Tuhan atas orang-orang yang takwa kepada-Nya.
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus (10:1-6.10-12)
"Kehidupan bangsa Israel di padang gurun telah dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita."
Saudara-saudara, aku mau supaya kamu mengetahui, bahwa nenek moyang kita
semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah
melintasi laut. Jadi untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah
dibaptis dalam awan dan dalam laut. Mereka semua makan makanan rohani
yang sama, dan minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari
batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah
Kristus. Tetapi, sungguh pun demikian, Allah tidak berkenan kepada
sebagian terbesar dari mereka. Maka mereka ditewaskan di padang gurun.
Semua itu telah terjadi sebagai contoh bagi kita; maksudnya untuk
memperingatkan kita, supaya kita jangan menginginkan hal-hal yang jahat
seperti yang telah mereka perbuat. Demikian pula, janganlah
bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari
mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut. Semua itu telah
menimpa mereka sebagai contoh bagi kita; semua itu dituliskan untuk
menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada zaman akhir yang kini telah
tiba. Sebab itu siapa yang menyangka bahwa dirinya teguh berdiri,
hati-hatilah supaya jangan jatuh!
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal
Ayat. Bertobatlah, sabda Tuhan, karena Kerajaan Surga sudah dekat.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (13:1-9)
"Jikalau kamu semua tidak bertobat, kamu pun akan binasa dengan cara demikian."
Sekali peristiwa datanglah beberapa orang kepada Yesus dan membawa
kabar tentang orang-orang Galilea, yang dibunuh Pilatus dan darahnya
dicampurkan dengan darah kurban yang mereka persembahkan. Maka
berkatalah Yesus kepada mereka, “Sangkamu orang-orang Galilea itu lebih
besar dosanya daripada semua orang Galilea yang lain, karena mereka
mengalami nasib demikian? Tidak, kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu
tidak bertobat, kamu semua pun akan binasa dengan cara demikian. Atau
sangkamu kedelapan belas orang yang mati ditimpa menara dekat Siloam,
lebih besar kesalahannya daripada semua orang lain yang diam di
Yerusalem? Tidak, kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat,
kamu semua pun akan binasa dengan cara demikian.” Kemudian Yesus
mengatakan perumpamaan ini, “Ada seorang mempunyai sebatang pohon ara,
yang tumbuh di kebun anggurnya. Ia datang mencari buah pada pohon itu,
tetapi tidak menemukannya. Maka berkatalah ia kepada pengurus kebun
anggur itu, ‘Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara
ini, namun tidak pernah menemukannya. Sebab itu tebanglah pohon ini!
Untuk apa pohon ini hidup di tanah ini dengan percuma!’ Pengurus kebun
itu menjawab, ‘Tuan, biarkanlah dia tumbuh selama setahun ini lagi. Aku
akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya.
Mungkin tahun depan akan berbuah. Jika tidak, tebanglah!’”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
SUNGGUH mengenaskan kematian saudara-saudara kami di Galilea. Sudah cara matinya tidak layak, darahnya dicampur pula dengan darah kurban persembahan. Apa salah dan dosa mereka sehingga kematian mereka sungguh mengenaskan? Demikian kira-kira pikiran yang ada dalam diri orang-orang yang datang kepada Yesus untuk melaporkan kematian orang-orang Galilea. Cara kematian seseorang dikaitkan langsung dengan dosa.. Semakin banyak dosa, semakin mengenaskan cara kematian seseorang. Karena itu tidak heran, sering kali beredar cerita-cerita seram yang mengiringi kematian seseorang yang dianggap penuh dosa selama hidupnya.
Yesus menolak cara pikir orang-orang yang datang kepada-Nya. Ia meminta pendengar-Nya untuk berpikir lebih dalam apa yang menyebabkan hidup manusia begitu mengenaskan. ”Sangkamu orangorang Galilea itu lebih besar dosanya daripada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib demikian? Tidak, kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua pun akan binasa dengan cara demikian," kata Yesus. Bagi Yesus, yang mengenaskan bukanlah bagaimana seseorang mengalami kematian yang menyedihkan, tetapi yang mengenaskan adalah orang yang tidak mau bertobat. Mengapa?
Orang yang tidak mau bertobat pada dasarnya adalah seperti orang yang tahu sedang mengalami kesulitan tetapi tidak mau keluar dari kesulitan tersebut. Jika ada pepatah, "Sudah jatuh tertimpa tangga," maka orang yang tidak bertobat sepertinya memang menikmati kejatuhan tersebut. Jika ada yang mau menolongnya, mungkin bukan ucapan terima kasih yang keluar dari mulutnya, tetapi kata-kata sinis dan penolakan. Ia tidak mau berkembang meski ada potensi dalam dirinya dan ada kesempatan untuk memulai hidup dengan lebih baik. Ia terluka tetapi tidak mau disembuhkan. la menderita tetapi lebih memilih hidup dalam penderitaan. Yesus menggambarkan situasi orang yang mengenaskan dengan mengatakan, ”Terang telah datang namun, manusia memilih kegelapan karena perbuatan-perbuatan mereka jahat” (Yoh 3:19). Bagaimana mungkin orang berada dalam gelap tetapi menolak terang yang datang kepadanya? Sungguh mengenaskan hidup yang demikian.
Sadar akan betapa tidak menyenangkan mengalami hidup yang mengenaskan, tentu membangkitkan dalam diri untuk tidak mengalaminya. Ya, siapa saja yang berakal sehat tentu tidak ingin mengalaminya. Tetapi, keinginan terkadang berbeda dengan kenyataan. Tahu dan sadar belum menjamin seseorang untuk tidak melakukannya. Kita melakukannya saat kita menunda-nuda waktu dan kesempatan untuk melakukan tobat dengan alasan masih ada waktu, masih ada kesempatan. Bukankah Allah selalu setia untuk menunggu dan membuka tangan-Nya untuk pertobatan kita?
Memang benar Allah setia untuk menunggu pertobatan kita seperti kata pengurus kebun dalam perumpamaan yang diberikan Yesus, "Tuan, biarkanlah dia tumbuh selama setahun lagi. Aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya. Mungkin tahun depan akan berbuah." Akan tetapi, bukankah menunda-nunda itu sendiri sesungguhnya adalah tanda-tanda bahwa kita sudah memutuskan untuk hidup dalam situasi yang mengenaskan?
Menunda-nuda itu kadang memang nikmat, tetapi sesungguhnya memasukkan dirinya dalam situasi mengenaskan. (Rm. Barnabas Krispinus Ginting, O.Carm)
LAMPIRAN BACAAN UNTUK TAHUN A:
Bacaan dari Kitab Keluaran (17:3-7)
"Berikanlah air kepada kami, supaya kami dapat minum."
Sekali peristiwa, setelah bangsa Israel melewati padang gurun Sin, dan
berkemah di Rafidim, kehausanlah mereka di sana. Maka
bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa dan berkata, “Mengapa pula
engkau memimpin kami keluar dari Mesir untuk membunuh kami, anak-anak
dan ternak kami dengan kehausan?” Lalu berseru-serulah Musa kepada
Tuhan, katanya, “Apakah yang akan kulakukan kepada bangsa ini? Sebentar
lagi mereka akan melempari aku dengan batu!” Maka berfirmanlah Tuhan
kepada Musa, “Berjalanlah di depan bangsa itu, dan bawalah serta
beberapa orang dari antara para tua-tua Israel; bawalah juga tongkatmu
yang kaupakai memukul Sungai Nil, dan pergilah. Maka Aku akan berdiri di
depanmu di atas gunung batu di Horeb; pukullah gunung batu itu, dan
dari dalamnya akan keluar air, sehingga bangsa itu dapat minum.
Demikianlah diperbuat Musa di depan mata tua-tua Israel. Maka dinamailah
tempat itu Masa dan Meriba, oleh karena orang Israel telah bertengkar,
dan oleh karena mereka telah mencobai Tuhan dengan mengatakan, “Adakah
Tuhan di tengah-tengah kita atau tidak?”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = es, 4/4, PS 854
Ref. Singkirkanlah penghalang Sabda-Mu, cairkanlah hatiku yang beku, dan bimbinglah kami di jalan-Mu.
Ayat. (Mzm 95:1-2,6-7,8-9)
1. Marilah kita bernyanyi-nyanyi bagi Tuhan bersorak-sorai bagi Gunung
Batu keselamatan kita. Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan lagu
syukur, bersorak-sorailah bagi-Nya dengan nyanyian mazmur.
2. Masuklah, mari kita sujud menyembah, berlutut di hadapan Tuhan yang
menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita; kita ini umat gembalaan-Nya
serta kawanan domba-Nya.
3. Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara-Nya, janganlah bertegar
hati seperti di Meriba, seperti waktu berada di Masa di padang gurun,
ketika nenek moyangmu mencobai dan menguji Aku, padahal mereka melihat
perbuatan-Ku.
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma (5:1-2.5-8)
"Kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita."
Saudara-saudara, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam
damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. Oleh
Dia kita juga beroleh jalan masuk ke dalam kasih karunia Allah. Di
dalam kasih karunia itu kita berdiri dan bermegah dalam pengharapan akan
menerima kemuliaan Allah. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena
kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang
telah dikaruniakan kepada kita. Karena waktu kita masih lemah, Kristus
telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan
oleh Allah. Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar
tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati. Tetapi
Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati
untuk kita, ketika kita masih berdosa.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Yoh 4:42.15)
Tuhan, Engkau benar-benar Juruselamat dunia. Berilah aku air hidup, supaya aku tidak haus lagi.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (4:5-42) (Singkat: 4:5-15,19b-26,39a,40-42)
"Mata air yang memancar sampai ke hidup yang kekal."
Sekali peristiwa sampailah Yesus ke sebuah kota di Samaria, yang bernama
Sikhar, dekat tanah yang dahulu diberikan Yakub kepada anaknya, Yusuf.
Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena
itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas. Maka
datanglah perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya,
“Berilah Aku minum!” Sebab murid-murid Yesus telah pergi membeli
makanan. Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya, “Masakan Engkau,
seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?” Maklumlah orang
Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria. Jawab Yesus kepadanya,
“Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapa Dia yang berkata
kepadamu ‘Berilah Aku minum’, niscaya engkau telah meminta kepada-Nya,
dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup.” Kata perempuan itu
kepada-Nya, “Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam;
dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? Adakah Engkau lebih besar
daripada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan ia
sendiri telah minum dari dalamnya, ia beserta anak-anak dan ternaknya?”
Jawab Yesus kepadanya, “Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi!”
Tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya ia tidak akan
haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya
akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus menerus memancar
sampai ke hidup yang kekal.” Kata perempuan itu kepada-Nya, “Tuhan,
berilah aku air itu, supaya aku tidak haus, dan tidak usah datang lagi
ke sini untuk menimba.” Kata Yesus kepadanya, “Pergilah, panggillah
suamimu dan datanglah ke sini.” Kata perempuan itu, “Aku tidak mempunyai
suami.” Kata Yesus kepadanya, “Tepat katamu bahwa engkau tidak
mempunyai suami, sebab engkau sudah mempunyai lima suami, dan yang
sekarang ada padamu pun bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata
benar.” Kata perempuan itu kepada Yesus, “Tuhan, nyata sekarang padaku,
bahwa Engkau seorang nabi. Nenek moyang kami menyembah di atas gunung
ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah.”
Kata Yesus kepadanya, “Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan
tiba bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga
di Yerusalem. Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, tetapi kami
menyembah yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi.
Tetapi saatnya akan datang, dan sudah tiba sekarang, bahwa para
penyembah yang benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran, sebab
Bapa menghendaki penyembah-penyembah yang demikian. Allah itu Roh, dan
barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam Roh dan kebenaran.”
Jawab perempuan itu, “Aku tahu, bahwa Mesias yang disebut juga Kristus
akan datang; apabila datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada
kami.” Kata Yesus kepadanya, “Akulah Dia, yang sedang bercakap-cakap
dengan engkau!” Pada waktu itu datanglah murid-murid Yesus, dan mereka
heran bahwa Yesus sedang bercakap-cakap dengan seorang perempuan. Tetapi
tidak seorang pun berkata, “Apa yang Engkau kehendaki?” Atau: “Apa yang
Engkau percakapkan dengan dia?” Sementara itu perempuan tadi
meninggalkan tempayannya di situ, lalu pergi ke kota dan berkata kepada
orang-orang yang di situ. Mari lihat! Di sana ada seorang yang
mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia
itu Kristus?” Maka mereka pun meninggalkan kota, lalu datang kepada
Yesus. Sementara itu murid-murid mengajak Yesus, katanya, “Rabi,
makanlah!” Akan tetapi Yesus berkata kepada mereka, “Pada-Ku ada makanan
yang tidak kamu kenal.” Maka murid-murid itu berkata seorang kepada
yang lain, “Adakah orang yang telah membawa sesuatu kepada-Nya untuk
dimakan?” Kata Yesus kepada mereka, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak
Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Bukankah kamu
mengatakan “Empat bulan lagi tibalah musim menuai?” Tetapi Aku berkata
kepadamu: Lihatlah sekelilingmu, dan pandanglah ladang-ladang yang sudah
menguning dan matang untuk dituai. Sekarang juga penuai telah menerima
upahnya, dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga
penabur dan penuai sama-sama bersukacita. Sebab dalam hal ini benarlah
peribahasa ‘Yang seorang menabur dan yang lain menuai’. Aku mengutus
kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan. Orang-orang lain
berusaha, dan kamu datang memetik hasil usaha mereka.” Banyak orang
Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada Yesus karena
perkataan perempuan itu, yang bersaksi, “Ia mengatakan kepadaku segala
sesuatu yang telah kuperbuat.” Ketika orang-orang Samaria itu sampai
kepada Yesus, mereka meminta kepada-Nya, supaya Yesus tinggal pada
mereka, dan Yesus pun tinggal di situ dua hari lamanya. Dan lebih banyak
lagi orang yang menjadi percaya karena perkataan Yesus, dan mereka
berkata kepada perempuan itu, “Kami percaya, tetapi bukan lagi karena
apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami
tahu, bahwa Dia benar-benar Juruselamat dunia.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Paus Benediktus XVI dalam pesan surat gembala Prapaskah kepausan 2011 menuliskan “Hari Minggu Ketiga menampilkan bagi kita di dalam liturginya Yesus yang mengajukan permintaan kepada Wanita Samaria: “Berilah Aku minum” (Yoh, 4:7). Sabda Tuhan itu mengungkapkan bela-rasa Allah terhadap manusia, baik laki-laki maupun perempuan, dan mampu membangkitkan di dalam hati kita kerinduan akan anugerah “mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal” (Yoh. 4:14). Inilah anugerah Roh Kudus yang akan mengubah orang-orang kristiani menjadi “penyembah-penyembah yang sejati”, yang mampu berdoa kepada Bapa “dalam roh dan kebenaran” (Yoh. 4:23). Hanya air inilah yang mampu memadamkan kehausan kita akan kebaikan, kebenaran dan keindahan, Hanya air inilah, yang dianugerahkan Putra kepada kita, dapat menyirami gurun gersang jiwa kita “yang tidak akan bisa tenang sebelum menemukan Allah”, sebagaimana kata-kata kesohor St. Agustinus itu mengungkapkannya.” Mari, kita bersama-sama menimba Sabda Allah bersama-sama, sehingga kita dapat disegarkan kembali oleh Air Kehidupan dan minum tanpa henti dari Sumber Air Kehidupan.
Air hidup adalah rahmat Allah, terutama adalah rahmat pengudusan (sanctifying grace)
atau juga Roh Kudus atau juga Kristus sendiri. Kita mengingat apa yang
dikatakan oleh Yesus bahwa barangsiapa yang haus, baiklah ia datang
kepada Yesus dan minum. Dan barang siapa percaya kepada Yesus, maka
dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup (lih. Yoh 7:37-38).
Aliran air ini adalah Roh Kudus, yang tercurah kepada umat Allah setelah
Yesus menderita, wafat, bangkit dan naik ke Sorga (misteri Paskah).
Bagaimana umat Allah dapat menerima aliran Air Hidup ini? Katekismus
Gereja Katolik (KGK, 694) menuliskan:
Air. Dalam upacara Pembaptisan air adalah lambang
tindakan Roh Kudus, karena sesudah menyerukan Roh Kudus, air menjadi
tanda sakramental yang berdaya guna bagi kelahiran kembali. Seperti pada
kelahiran kita yang pertama kita tumbuh dalam air ketuban, maka air
Pembaptisan adalah tanda bahwa kelahiran kita untuk kehidupan ilahi,
dianugerahkan kepada kita dalam Roh Kudus. “Dibaptis dalam satu Roh”,
kita juga “diberi minum dari satu Roh” (1 Kor 12:13). Jadi Roh dalam
pribadi-Nya adalah air yang menghidupkan, yang mengalir (Bdk. Yob 19:34;
1 Yoh 5:8.) dari Kristus yang disalibkan dan yang memberi kita
kehidupan abadi (Bdk. Yoh 4:10-14; 7:38; Kel 17:1-6; Yes 55:1; Za 14:8; 1
Kor 10:4; Why 21:6; 22:17.) (renunganpagi)