Minggu, 05 Mei 2019
Hari Minggu Paskah III
“Berhati-hatilah, untuk melaksanakan satu perayaan Ekaristi. Sebab
terdapat satu Tubuh Tuhan kita, Yesus Kristus, dan satu piala Darah-Nya
yang membuat kita satu, dan satu altar, sama seperti terdapat satu Uskup
bersama dengan para imam dan diakon, sesama pelayan seperti saya.” (St.
Ignatius dari Antiokhia)
Antifon Pembuka (Mzm 65:1-2)
Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi, mazmurkanlah kemuliaan
nama-Nya, muliakanlah Dia dengan puji-pujian! Alleluya.
Iubilate Deo omnis terra, alleluia: psalmum dicite nomni eius, alleluia:
date gloriam laudi eius, alleluia, alleluia, alleluia. Dicite Deo, quam
terribilia sunt opera tua, Domine! in multitudine virtutis tuae
mentientur tibi inimici tui. Gloria Patri…(Mzm 65:1-3)
Doa Pembuka
Ya Allah, umat-Mu selalu
bersukacita karena semangatnya telah Engkau barui. Semoga kami yang hari
ini bergembira karena telah Engkau angkat menjadi anak-Mu menantikan
hari kebangkitan dengan harapan penuh syukur. Dengan pengantaraan Yesus
Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan
Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kisah Para Rasul (5:27b-32.40b-41)
"Kami dan Roh Kudus adalah saksi hal-hal ini."
Setelah ditangkap oleh pengawal Bait Allah, para rasul dihadapkan ke
Mahkamah Agama Yahudi. Imam Agung mulai menegur mereka, “Dengan keras
kami melarang kamu mengajar dalam nama Yesus. Namun ternyata kamu telah
memenuhi Yerusalem dengan ajaranmu, dan kamu hendak menanggungkan darah
Orang itu kepada kami.” Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab,
“Kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia. Allah nenek
moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu
salib dan kamu bunuh. Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri
dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Penyelamat, supaya Israel
dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa. Dan kami adalah saksi
dari segalanya itu: kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada
semua orang yang mentaati Dia.” Mereka lalu menyesah para rasul, dan
melarang mereka mengajar dalam nama Yesus. Sesudah itu mereka
dilepaskan. Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan
gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh
karena nama Yesus.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = f, 2/4, PS 829
Ref. Aku hendak memuji nama-Mu ya Tuhan, selama-lamanya.
Ayat. (Mzm 30:2.4.5-6.11.12a.13b; Ul: 2a)
1. Aku akan memuji Engkau, ya Tuhan, sebab Engkau telah menarik aku ke
atas, dan tidak membiarkan musuh-musuhku bersukacita atas diriku. Tuhan,
Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan daku
di antara mereka yang turun ke liang kubur.
2. Nyanyikanlah mazmur bagi Tuhan, hai orang-orang yang dikasihi
oleh-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus! Sebab
hanya sesaat Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang
malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai.
3. Dengarlah Tuhan, dan kasihanilah aku! Tuhan jadilah penolongku! Aku
yang meratap Kauubah menjadi orang yang menari-nari, Tuhan, Allahku,
untuk selama-lamanya aku mau menyanyikan syukur bagi-Mu.
Bacaan dari Kitab Wahyu (5:11-14)
"Anak Domba yang disembelih itu layak menerima kuasa dan kekayaan."
Aku, Yohanes, melihat dan mendengar suara banyak malaikat di sekeliling
takhta, makhluk-makhluk dan tua-tua di surga; jumlah mereka
berlaksa-laksa dan beribu-ribu laksa; dan aku mendengar suara nyaring
dari mereka, “Anak Domba yang disembelih itu layak menerima kuasa dan
kekayaan, hikmat dan kekuatan, hormat, kemuliaan, dan puji-pujian!” Dan
aku mendengar semua makhluk yang di surga dan yang di bumi, yang di
bawah bumi dan yang di laut, dan semua yang ada di dalamnya, berkata,
“Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, puji-pujian dan
hormat, kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!” Dan keempat
makhluk di surga itu berkata, “Amin!” Dan para tua-tua itu jatuh
tersungkur dan menyembah.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = g, 4/4, PS 963
Ref. Alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya.
Sesudah ayat, Alleluya dilagukan dua kali.
Ayat. Kristus, pencipta semesta alam telah bangkit. Ia mengasihani umat manusia.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes 21:1-19 (Singkat: 21:1-14)
"Yesus mengambil roti dan ikan serta memberikannya kepada para murid."
Sesudah bangkit dari antara orang mati, Yesus menampakkan diri kepada
murid-murid-Nya di pantai Danau Tiberias. Ia menampakkan diri sebagai
berikut: Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut
Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua
orang murid Yesus yang lain. Kata Simon Petrus kepada mereka, “Aku
pergi menangkap ikan.” Kata mereka kepadanya, “Kami pergi juga dengan
engkau.” Mereka berangkat, lalu naik ke perahu. Tetapi malam itu mereka
tidak menangkap apa-apa. Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di
pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu bahwa itu adalah Yesus.
Kata Yesus kepada mereka, "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk
pauk?" Jawab mereka, "Tidak ada!" Maka kata Yesus kepada mereka,
“Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.”
Lalu mereka menebarkannya, dan mereka tidak dapat menariknya lagi
karena banyaknya ikan. Maka murid yang dikasihi Yesus berkata kepada
Petrus, “Itu Tuhan!” Ketika Petrus mendengar bahwa itu adalah Tuhan,
maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun
ke dalam danau. Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena
mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja; dan
mereka menghela jala yang penuh ikan itu. Ketika tiba di darat, mereka
melihat api arang, dan di atasnya ada ikan serta roti. Kata Yesus
kepada mereka, “Bawalah beberapa ikan yang baru kamu tangkap itu!”
Simon Petrus naik ke perahu, lalu menghela jala itu ke darat, penuh
ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya; dan sungguhpun
sebanyak itu ikannya, jala tidak koyak. Kata Yesus kepada mereka,
“Marilah dan sarapanlah!” Tidak ada di antara murid-murid itu yang
berani bertanya kepada-Nya, “Siapakah Engkau?” Sebab mereka tahu bahwa
Ia adalah Tuhan. Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya
kepada mereka; demikian juga ikan itu. Itulah ketiga kalinya Yesus
menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah Ia bangkit dari antara
orang mati.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Di dalam perahu Simon, Yesus duduk dan mengajar: duduk merupakan
gestur yang melambangkan otoritas seseorang yang mengajar. Dengan kata
lain, hanya dalam perahu St. Petrus lah kita menemukan Yesus yang terus
berbicara melalui penerus para rasul. Otoritas yang dimiliki para rasul
dan penerusnya tidak berasal dari diri mereka sendiri, melainkan berasal
dari Allah. Hanya di dalam bahtera Petrus, kita akan menemukan
pengajaran Yesus yang sejati. Hanya di dalam bahtera Petrus, yang tidak
lain adalah Gereja Katolik, kita dapat dibawa kepada perjumpaan dengan
Yesus yang sejati.
Ia berkata kepada Simon: “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan
tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.” … “Jangan takut, mulai dari
sekarang engkau akan menjala manusia.”
Perkataan Yesus kepada Simon ini juga merupakan pertanda akan sifat
Gereja yang katolik atau universal. St. Agustinus menafsirkan bahwa
“tempat yang dalam” berarti Injil harus diwartakan ke bangsa-bangsa yang
jauh. Hal ini juga berhubungan dengan perkataan Yesus tentang penjala
manusia: bahwa semua manusia harus bersatu ke dalam keluarga Allah, ke
dalam Gereja Katolik.
Sekalipun demikian, harus diingat bahwa kata Katolik, yang berarti
keseluruhan, atau kepenuhan, juga memiliki arti kepenuhan kebenaran dan
rahmat yang menyelamatkan:
Gereja disebut Katolik atau universal karena ia telah
tersebar di seluruh dunia, dari satu ujung dunia ke ujung lainnya. Ia
disebut Katolik karena ia mengajarkan secara penuh dan tanpa gagal semua
ajaran yang harus dibawa kepada pengetahuan manusia, entah itu
berhubungan dengan perkara yang kelihatan dan tidak kelihatan, dengan
realitas-realitas surgawi dan duniawi. Alasan lain untuk nama Katolik
ialah karena ia membawa semua kelompok manusia dalam ketaatan religius,
penguasa dan warga negara, orang terpelajar dan tuna aksara (St. Sirilus
dari Yerusalem, Catechetical 18)
“Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak
menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan
jala juga.”
Seseorang yang mengandalkan kekuatan sendiri, tidak akan berhasil
berbuat apa-apa. Kita tahu bahwa melalui ketaatan Petrus terhadap
perkataan Tuhan, ia berhasil mendapat banyak ikan. Keberhasilan Petrus
tidak dapat kita pisahkan dari kesediaan untuk membiarkan dirinya
dibimbing oleh Allah: dengan kata lain, segala usaha yang dilakukan
manusia untuk membangun Gereja, pertama dan terutama merupakan karya
Allah. Hal yang sama dapat kita lihat dalam peristiwa Pentakosta:
sebelum menerima Roh Kudus, para rasul bukanlah orang yang berani
mewartakan Injil, namun ketika Roh Kudus turun atas mereka, mereka
mengalami perubahan dan menjadi berani mewartakan Injil.
St. Ambrosius mengaitkan peristiwa panggilan Petrus dengan kejadian
lain di Injil Matius, yang sama-sama bebicara tentang perahu. Dalam
Injil Lukas, banyaknya tangkapan ikan hampir membuat jala koyak dan
perahu tersebut tenggelam, sedangkan dalam Injil Matius 8:23-27, “angin
ribut yang hebat dan gelombang-gelombang besar” lah yang melanda perahu
tersebut dan membuat para murid merasa bahwa mereka akan binasa.
Ayat tersebut menjadi pertanda akan kekudusan dan kesatuan Gereja.
St. Agustinus menafsirkan bahwa banyaknya ikan yang hampir
menenggelamkan perahu dan mengoyak jala ini merupakan tanda bahwa akan
adanya perpecahan: kesesatan dan skisma akan menjadi bagian dari sejarah
Gereja. Ini artinya sebagai penjala manusia, akan ada orang-orang yang
sekalipun telah berada di dalam Gereja, namun mereka tidak hidup seturut
ajaran dan hukum Allah. Dalam Gereja yang kudus ternyata ada para
pendosa. Dalam Gereja yang satu, ternyata perpecahan dapat terjadi di
antara para anggotanya, dan karenanya kesatuan tetap menjadi tugas kita
bersama.
Yesus sudah mengetahui akan hal ini, oleh karena itulah Dia berdoa
bagi kesatuan para muridnya: “… supaya mereka semua menjadi satu, sama
seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar
mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang
telah mengutus Aku.” (Yoh 17:21)
Peristiwa ini secara implisit menggambarkan masa depan Gereja:
bahtera yang dikemudikan St. Petrus dan penerusnya, yang mengarungi
lautan waktu, tidak akan terlepas dari berbagai macam cobaan dan
penganiayaan, yang berasal dari luar dan dalam. Akan ada situasi ketika
kita merasa bahwa Tuhan tampak tertidur dan perahu hampir tenggelam;
akan ada situasi yang mungkin membuat kita ingin berseru seperti para
murid: Tuhan tolong, kita binasa! Namun Tuhan sudah berjanji kepada
Petrus bahwa alam maut tidak akan menguasai Gereja-Nya (Mat 16:18-20),
ini berarti bahwa sekalipun ada banyak dosa yang dilakukan putra-putri
Gereja, yang menodai wajah Gereja, sekalipun terdapat perpecahan di
antara umat beriman, namun Gereja Kristus tetaplah satu dan berdiri
kokoh. Gereja Kristus tetaplah suci karena kekudusan Gereja tidak
bergantung kepada kekudusan para anggotanya, melainkan bergantung
kekudusan Allah.
Mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya.
Ternyata, dalam mengarungi lautan sejarah, Petrus dan penerusnya
tidaklah sendirian. Ia memiliki teman-teman yang “datang membantunya”.
Bila kita mempelajari sejarah Gereja, kita melihat bahwa dalam periode
tertentu ketika Gereja menemui berbagai kesulitan, selalu ada
orang-orang kudus yang tampil ke atas panggung sejarah untuk membangun
Gereja, membaruinya, dan melindunginya dari perpecahan: mulai dari St.
Petrus dan Paulus, St. Ambrosius dan Agustinus, St. Dominikus dan
Fransiskus, St. Ignatius dari Loyola dan Yohanes dari Avila, St. Karolus
Boromeus dan Filipus Neri, hingga St. Yohanes Paulus II dan Paus
Benediktus XVI. (Sumber: https://luxveritatis7.wordpress.com/2016/10/24/gereja-yang-satu-kudus-katolik-dan-apostolik-st-petrus/)
Antifon Komuni (Bdk. Luk 24:35)
Para murid mengenali Tuhan Yesus ketika Ia memecah-mecahkan roti, alleluya.