Berpeganglah pada ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian, dan supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk selamanya." (Ulangan 4:40)
Syalom aleikhem. Tanpa menghitung Antifon Pembuka yang secara liturgis “semestinya” didaraskan oleh schola alias kor atau paduan suara, kata-kata pertama yang diucapkan dalam setiap Perayaan Ekaristi adalah “dalam nama”, lengkapnya “dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus”. Imam mengucapkannya, umat menjawab “amin”.
Perhatikan, tak dikatakan “nama-nama” (jamak), melainkan “nama” (tunggal). Bandingkan Inggrisnya: “in the name” yang singular; juga Latinnya “in nomine” yang tunggal pula. Dasar alkitabiahnya ada di Mat. 28:19, Tuhan Yesus bersabda mengenai pembaptisan yang harus dilakukan “dalam nama”. Kurban Misa pun “dalam nama”.
Pertama, “dalam nama” menggarisbawahi Credo: “aku percaya akan satu Allah”. Kalimat pertama dalam Misa adalah kalimat yang menyatakan keesaan Allah: “nama”, bukan “nama-nama”.
Kedua, keesaan Allah selalu dipahami dalam ketritunggalan-Nya. Lihat bahwa setelah “dalam nama” ada “Bapa dan Putra dan Roh Kudus”. Ketiganya adalah satu. Bapa dan Putra dan Roh Kudus adalah Allah yang esa yang mewahyukan diri dalam ketritunggalan.
Bapa adalah Allah, Putra adalah Firman Allah, Roh Kudus adalah Roh Allah. Tak mungkin Allah dan Firman-Nya dan Roh-Nya berpisah sedetik juga, esa dalam ketritunggalan. Itu mengapa Allah yang esa (unitas) dalam iman Kristen selalu Allah yang tritunggal (trinitas). Demikian isi ringkas padat kalimat pertama dalam Misa.
“Ketika engkau menerima-Nya, katakan kepada-Nya: Tuhan, aku berharap kepada-Mu, aku menyembah-Mu, aku mencintai-Mu, tambahkanlah imanku. Jadilah penopang dari kelemahanku: Engkau, yang tinggal tak berdaya dalam Ekaristi biarlah menjadi obat bagi kelemahan ciptaan-Mu.” — St. Josemaria Escriva
Antifon Pembuka (Ibr 12:1)
Marilah kita tanggalkan semua beban dosa, perintang kita dan berlomba dengan tekun sebagaimana diwajibkan.
Doa Pembuka
Allah Bapa yang Maharahim, Putra-Mu telah memberikan teladan untuk mengampuni dan mendoakan mereka yang telah menyalibkan-Nya. Semoga Yesus Kristus, Putra-Mu membebaskan kami pula dari segala bentuk kebencian dan hasrat untuk balas dendam sehingga kami mampu menjadi pembawa damai. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus,
hidup dan berkuasa, Allah sepanjang segala masa. Amin.
“Ketika engkau menerima-Nya, katakan kepada-Nya: Tuhan, aku berharap kepada-Mu, aku menyembah-Mu, aku mencintai-Mu, tambahkanlah imanku. Jadilah penopang dari kelemahanku: Engkau, yang tinggal tak berdaya dalam Ekaristi biarlah menjadi obat bagi kelemahan ciptaan-Mu.” — St. Josemaria Escriva
Bacaan dari Kitab Kedua Samuel (18:9-10.14b.24-25a.30-19:3)
"Daud meratapi kematian Absalom."
Waktu
melarikan diri, Absalom bertemu dengan anak buah Daud. Saat itu Absalom
sedang memacu bagalnya. Ketika bagal itu lewat di bawah jalinan
dahan-dahan pohon tarbantin yang besar, tersangkutlah rambut kepala
Absalom pada pohon tarbantin itu, sehingga ia tergantung antara langit
dan bumi, sedang bagal yang ditungganginya berlari terus. Seseorang
melihatnya, lalu memberitahu Yoab, katanya, "Aku melihat Absalom
tergantung pada pohon tarbantin." Lalu Yoab mengambil tiga lembing dalam
tangannya, dan ditikamnya ke dada Absalom! Waktu itu Daud sedang duduk
di antara kedua pintu gerbang sementara penjaga naik ke sotoh pintu
gerbang itu, di atas tembok. Ketika ia melayangkan pandangnya,
dilihatnyalah orang datang berlari, seorang diri saja. Berserulah
penjaga memberitahu raja. Lalu raja berkata kepada Ahimaas, "Pergilah ke
samping, berdirilah di situ." Ahimaas pergi ke samping dan berdiri di
situ. Kemudian tibalah orang Etiopia itu. Kata orang Etiopia itu,
"Tuanku Raja mendapat kabar yang baik, sebab Tuhan telah memberi
keadilan kepadamu pada hari ini! Tuhan melepaskan Tuanku dari tangan
semua orang yang bangkit menentang Tuanku." Tetapi bertanyalah Raja Daud
kepada orang Etiopia itu, "Selamatkanlah Absalom, orang muda itu?"
Jawab orang Etiopia itu, "Biarlah seperti orang muda itu musuh Tuanku
Raja dan semua orang yang bangkit menentang Tuanku untuk berbuat jahat."
Maka terkejutlah raja! Dengan sedih ia naik ke anjung pintu gerbang
lalu menangis. Dan beginilah perkataannya sambil berjalan, "Anakku
Absalom, anakku! Ah, anakku Absalom, sekiranya aku boleh mati
menggantikan engkau! Absalom, Absalom, anakku!" Lalu diberitahukan
oranglah kepada Yoab, "Ketahuilah, raja menangis dan berkabung karena
Absalom." Pada hari itulah kemenangan menjadi perkabungan bagi seluruh
tentara, sebab pada hari itu tentara mendengar orang berkata, "Raja
bersusah hati karena anaknya." Maka pada hari itu tentara Israel masuk
kota dengan diam-diam, seperti tentara yang kena malu karena melarikan
diri dari pertempuran. Demikianlah sabda Tuhan U. Syukur kepada Allah. Mazmur Tanggapan Ref. Sendengkanlah telinga-Mu, ya Tuhan, dan jawablah aku. Ayat. (Mzm 86:1-2.3-4.5-6) 1.
Sendengkanlah telinga-Mu, ya Tuhan dan jawablah aku, sebab sengsara dan
miskinlah aku. Peliharalah nyawaku, sebab aku ini orang yang Kaukasihi,
selamatkanlah hamba-Mu yang percaya kepada-Mu. 2. Engkau adalah
Allahku, kasihanilah aku, sebab kepada-Mulah aku berseru sepanjang hari.
Buatlah jiwa hamba-Mu bersukacita, sebab kepada-Mulah, ya Tuhan,
kuangkat jiwaku. 3. Tuhan, Engkau sungguh baik dan suka mengampuni,
kasih setia-Mu berlimpah bagi semua yang berseru kepada-Mu. Pasanglah
telinga kepada doaku, ya Tuhan, dan perhatikanlah suara permohonanku.
Yesus memikul kelemahan kita, dan menanggung penyakit kita. Orang
sakit merasa diri sangat tidak berdaya. Ia menggantungkan diri kepada
belas kasih orang lain. Ia percaya dengan sepenuh hati bahwa orang lain
akan menolongnya. Orang beriman menyerahkan diri sepenuhnya kepada kuasa
Tuhan. Ia yakin bahwa Tuhan mampu mengubah hidupnya menjadi lebih baik.
Keselamatan memang menuntut iman dan penyerahan yang besar.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (5:21-43)
"Hai anak, Aku berkata kepadamu: Bangunlah!
Sekali
peristiwa, sesudah Yesus menyeberang lagi dengan perahu, orang banyak
berbondong-bondong datang lalu mengerumuni Dia. Sedang Ia berada di tepi
danau, datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus.
Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan memohon
dengan sangat kepada-Nya: "Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati,
datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat
dan tetap hidup." Lalu pergilah Yesus dengan orang itu. Orang banyak
berbondong-bondong mengikuti Dia dan berdesak-desakan di dekat-Nya.
Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya
menderita pendarahan. Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai
tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama
sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk.
Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah
orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah
jubah-Nya. Sebab katanya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan
sembuh."Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa
badannya sudah sembuh dari penyakitnya. Pada ketika itu juga Yesus
mengetahui, bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya, lalu Ia
berpaling di tengah orang banyak dan bertanya: "Siapa yang menjamah
jubah-Ku?" Murid-murid-Nya menjawab: "Engkau melihat bagaimana
orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu, dan Engkau bertanya: Siapa
yang menjamah Aku?" Lalu Ia memandang sekeliling-Nya untuk melihat siapa
yang telah melakukan hal itu. Perempuan itu, yang menjadi takut dan
gemetar ketika mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya, tampil
dan tersungkur di depan Yesus dan dengan tulus memberitahukan segala
sesuatu kepada-Nya. Maka kata-Nya kepada perempuan itu: "Hai anak-Ku,
imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah
dari penyakitmu!" Ketika Yesus masih berbicara datanglah orang dari
keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata: "Anakmu sudah mati, apa
perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?" Tetapi Yesus tidak
menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat:
"Jangan takut, percaya saja!" Lalu Yesus tidak memperbolehkan
seorangpun ikut serta, kecuali Petrus, Yakobus dan Yohanes, saudara
Yakobus. Mereka tiba di rumah kepala rumah ibadat, dan di sana
dilihat-Nya orang-orang ribut, menangis dan meratap dengan suara
nyaring. Sesudah Ia masuk Ia berkata kepada orang-orang itu: "Mengapa
kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!" Tetapi
mereka menertawakan Dia. Maka diusir-Nya semua orang itu, lalu
dibawa-Nya ayah dan ibu anak itu dan mereka yang bersama-sama dengan Dia
masuk ke kamar anak itu. Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya:
"Talita kum," yang berarti: "Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!"
Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan, sebab umurnya
sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub. Dengan
sangat Ia berpesan kepada mereka, supaya jangan seorangpun mengetahui
hal itu, lalu Ia menyuruh mereka memberi anak itu makan. Inilah Injil Tuhan kita! U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan! Renungan
Iman
itu menyelamatkan! Wanita yang sakit pendarahan dan iman Yairus,
seorang kepala rumah ibadat telah membuktikan hal itu. Bahkan, Yesus
menandaskan bahwa jika kita memiliki iman sebesar biji sesawi, kita akan
mampu melakukan hal-hal yang besar. Daya iman itu sungguh mengagumkan.
Iman mampu melahirkan hal-hal yang seakan tak mungkin menurut
perhitungan manusiawi kita. Apakah kita sudah memiliki totalitas iman
yang sekualitas itu? Antifon Komuni (Ibr 12:2)
Yesuslah yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman itu menuju kesempurnaan.
Doa Malam
Tuhan, dengan
berbagai macam cara Engkau ingin meringankan beban penderitaan umat-Mu.
Ajarilah kami, ya Tuhan, untuk senantiasa membantu sesama kami yang
membutuhkan bantuan kami, tanpa memandang muka serta mempertimbangkan
untung rugi. Amin.
"Dalam rencana kita untuk dialog antaragama, kita dapat menghadapi beberapa risiko. Hanya ada satu kebenaran yang harus dicari, dicapai, dan diberitakan: itu adalah Yesus Kristus." - Kardinal Robert Sarah
Seri Katekismus PURGATORIUM: PENYUCIAN AKHIR Bagian I
Syalom aleikhem. Surga dan neraka sama-sama kekal. Di surga, manusia bahagia selama-lamanya, sebaliknya di neraka sengsara selama-lamanya. Bagaimana dengan purgatorium alias (api) penyucian? Siapa masuk ke sana?
Ketika seseorang meninggal dunia, ia langsung diadili dan tahu ke mana arahnya: surga atau neraka. Masuk neraka itu langsung, plung! Masuk surga dua “jenis”: ada yang langsung dan ada yang perlu penyucian lebih dulu. Masuk surga “jenis kedua” inilah yang disebut purgatorium.
Katekismus menulis, orang “yang mati dalam rahmat dan dalam persahabatan dengan Allah, namun belum disucikan sepenuhnya” sudah jelas masuk surga. Orang itu mati dalam kesetiaan pada kehendak Allah; kalaupun melakukan dosa besar, dosa itu sudah disesali dan ia sudah mohon ampun kepada Allah melalui Sakramen Pendamaian. Orang yang demikian boleh jadi juga punya dosa kecil. Orang macam ini masuk surga melalui purgatorium.
Paham mengenai purgatorium bertitik tolak dari dan terkait erat dengan paham mengenai surga. Simpelnya: ada dua “jenis” masuk surga: (1) langsung, (2) bertahap. Masuk surga secara bertahap disebut purgatorium. Orang yang masuk purgatorium masih harus menjalankan penyucian untuk memperoleh kekudusan yang perlu agar dapat sempurna masuk surga kekal.
Mengapa masih harus penyucian? Sebab, tiada dosa sekecil apapun diperkenankan ada di surga. Allah itu mahakudus, sumber segala kekudusan. Karena itu, dosa, meski kecil sekali, tak dapat ditoleransi ada di surga yang kudus. Dosa-dosa kecil dibersihkan (diampuni) di purgatorium yang disebut juga “penyucian akhir”.
Bukankah pengampunan dosa hanya berlaku ketika manusia hidup di dunia? Betul, untuk dosa-dosa besar memang demikian; salah satu yang terbesar adalah “menentang Roh Kudus” (Mat. 12:32). Namun, ada dosa-dosa (kecil) yang dapat diampuni pada “dunia yang akan datang”, yaitu dunia setelah kematian.
Alkitab menyatakan hal tersebut dengan jelas. Ada dosa yang dapat diampuni di dunia ini, ada pula dosa yang dapat di ampuni di dunia kelak, sesudah kematian. Berikut kutipannya (Mat. 12:32): “jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak.”
Jelasnya pernyataan Alkitab disempurnakan oleh Tradisi Suci, salah satunya yang disampaikan oleh Santo Gregorius Agung: “Kita harus percaya bahwa sebelum pengadilan masih ada api penyucian untuk dosa-dosa ringan tertentu.”
Terakhir, apa di purgatorium itu sengsara? Katekismus menyatakan purgatorium jelas berbeda dengan neraka. Kalaupun kata sengsara mau dikenakan, “sengsara” – dalam tanda petik – di purgatorium amat berbeda dengan sengsara di neraka. Gambarkan, “sengsara” di purgatorium sengsaranya orang rindu kekasih dan ingin jumpa tapi belum bisa karena belum tiba saatnya; sudah jelas akan bertemu, tapi masih menunggu waktu.
** Ikhtisar atas Katekismus Gereja Katolik (KGK) No. 1030-1031
Senin, 03 Februari 2020
Hari Biasa Pekan IV
Peringatan Fakultatif St. Blasius, Uskup dan Martir
“Siapa yang mempunyai talenta khusus harus mempergunakannya demi
keuntungan orang lain yang membutuhkannya” (Katekismus Gereja Katolik,
1937)
Antifon Pembuka (Mzm 3:4)
Ya Tuhan, Engkaulah perisai yang melindungi aku. Engkaulah kemuliaanku, yang mengangkat kepalaku.
Doa Pembuka
Allah Bapa Maharahim, semoga kami Kaukasihi dan semoga Roh-Mu membuka
hati kami, agar kami dapat mengimani Engkau dan Utusan-Mu yang
mendatangi kami, ialah Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama
dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah,
sepanjang segala masa. Amin. Raja
Daud mengerti dengan tepat, apa artinya bertobat! Pertobatan
membutuhkan silih. Dia membiarkan Simei bin Gera, orang Benyamin yang
tinggal di Behurim itu, mengutuki dirinya. Bahkan, sebenarnya Raja Daud
rela memberikan takhtanya kepada Absalom, si anak yang memberontak.
Bacaan dari Kitab Kedua Samuel (15:13-14.30; 16:5-13a)
"Daud melarikan diri dari Absalom, dan Simei mengutuk dia sesuai dengan perintah Tuhan."
Waktu itu Absalom, putera Daud memberontak. Maka datanglah seseorang
kepada Daud, katanya: “Hati orang Israel telah condong kepada Absalom.”
Kemudian berbicaralah Daud kepada semua pegawainya yang ada bersama-sama
dengan dia di Yerusalem, “Bersiaplah, marilah kita melarikan diri,
jangan sampai kita tidak dapat luput dari tangan Absalom. Pergilah
dengan segera, supaya ia tidak dapat lekas menyusul kita, dan
mendatangkan celaka atas kita serta memukul kota ini dengan mata
pedang!” Maka Daud mendaki bukit zaitun sambil menangis. Ia mengenakan
selubung kepala, dan mereka mendaki sambil menangis. Ketika Raja Daud
sampai ke Bahurim, keluarlah dari sana seorang dari kaum keluarga Saul;
ia bernama Simei bin Gera. Sambil mendekati raja, ia terus menerus
mengutuk. Daud dan semua pegawainya ia lempari dengan batu, walaupun
segenap tentara dan semua pahlawan berjalan di kiri kanannya. Beginilah
perkataan Simei pada waktu itu mengutuk, “Enyahlah, enyahlah, engkau
penumpah darah, orang dursila! Tuhan telah membalas kepadamu segala
darah keluarga Saul, yang engkau gantikan menjadi raja. Tuhan kini
menyerahkan kedudukan raja kepada anakmu Absalom. Sungguh, engkau
sekarang dirundung malang, karena engkau seorang penumpah darah.” Lalu
berkatalah Abisai, anak Zeruya, kepada raja, “Mengapa bangkai anjing ini
mengutuki Tuanku Raja?” Izinkanlah aku menyeberang dan memenggal
kepalanya.” Tetapi kata raja, “Tak usahlah campur tangan, hai anak
Zeruya! Biarlah ia mengutuk! Sebab apabila Tuhan bersabda kepadanya:
Kutukilah Daud, siapakah yang akan bertanya: mengapa engkau berbuat
demikian?” Kata Daud pula kepada Abisai dan kepada semua pegawainya,
“Sedangkan anak kandungku saja ingin mencabut nyawaku, apalagi si orang
Benyamin ini! Biarkanlah dia, dan biarlah ia mengutuk, sebab Tuhanlah
yang telah bersabda kepadanya demikian. Mungkin Tuhan akan memperhatikan
kesengsaraanku ini, dan Tuhan membalasku dengan sesuatu yang baik
sebagai ganti kutuk orang itu pada hari ini.” Demikianlah Daud
melanjutkan perjalanan bersama orang-orangnya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Bangkitlah, ya Tuhan, selamatkanlah aku.
Ayat. (Mzm 3:2-3.4-5.6-7)
1. Ya Tuhan, betapa banyak lawanku! Betapa banyak orang yang bangkit
menyerang aku; banyak orang berkata tentang aku, “Baginya tidak ada
pertolongan dari Allah.”
2. Tetapi, Tuhan, Engkaulah perisai yang melindungi aku, Engkaulah
kemuliaanku, Engkaulah yang mengangkat kepalaku! Dengan nyaring aku
berseru kepada Tuhan, dan Ia menjawab aku dari gunung-Nya yang kudus.
3. Maka, aku dapat membaringkan diri dan tertidur; dan kemudian bangun
lagi, sebab Tuhan menopang aku! Aku tidak takut kepada puluhan ribu
orang yang mengepung aku dari segala penjuru. Bangkitlah, ya Tuhan!
Tolonglah aku, ya Allahku!
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Seorang nabi besar telah muncul di tengah kita, dan Allah mengunjungi umat-Nya.
Babi tak lebih berharga dariapda manusia, seburuk apa pun keadaannya. Di
pekuburan Gerasa, Yesus mengusir legion (pasukan) roh jahat dan
mengizinkannya pindah ke dalam sekumpulan babi. Keputusan Yesus tepat,
walau Dia harus menanggung akibatnya: Yesus diusir keluar dari daerah
itu.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (5:1-20)
"Hai roh jahat, keluarlah dari orang ini!"
Sekali peristiwa, sampailah Yesus dan murid-murid-Nya di seberang Danau
Galilea, di daerah orang Gerasa. Baru saja Yesus turun dari perahu,
datanglah kepada-Nya seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan.
Orang itu diam di sana dan tidak ada lagi yang sanggup mengikatnya,
dengan rantai sekalipun! Sudah sering ia dibelenggu dan dirantai, tetapi
rantai itu diputuskannya dan belenggu itu dimusnahkannya, sehingga
tidak ada seorang pun yang cukup kuat untuk menjinakkannya. Siang malam
ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak
dan memukuli diri dengan batu. Ketika melihat Yesus dari jauh,
berlarilah ia mendapatkan-Nya. Ia lalu menyembah-Nya, dan dengan keras
ia berteriak, “Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah yang
Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!” Karena sebelumnya Yesus
mengatakan kepadanya, “Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!”
Kemudian Yesus bertanya kepada orang itu, “Siapa namamu?” Jawabnya,
“Namaku Legion, karena kami banyak.” Ia memohon dengan sangat supaya
Yesus jangan mengusir roh-roh itu keluar dari daerah itu. Adalah di
sana, di lereng bukit, sekawanan babi sedang mencari makan. Lalu roh-roh
itu meminta kepada Yesus, katanya, “Suruhlah kami pindah ke dalam
babi-babi itu, dan biarkanlah kami memasukinya!” Yesus mengabulkan
permintaan mereka. Lalu keluarlah roh-roh jahat itu, dan memasuki
babi-babi itu. Maka kawanan babi yang kira-kira dua ribu jumlahnya itu
terjun dari tepi jurang ke dalam danau dan mati lemas di dalamnya. Maka
larilah penjaga-penjaga babi itu! Mereka menceritakan hal itu di kota
dan di kampung-kampung sekitarnya. Lalu keluarlah orang untuk melihat
apa yang telah terjadi. Mereka datang kepada Yesus dan melihat orang
yang kerasukan itu duduk; orang yang tadinya kerasukan legion itu, kini
berpakaian dan sudah waras. Maka takutlah mereka. Orang-orang yang telah
melihat sendiri hal itu menceritakan apa yang telah terjadi atas orang
yang kerasukan setan itu, dan tentang babi-babi itu. Lalu mereka
mendesak Yesus supaya Ia meninggalkan daerah mereka. Pada waktu Yesus
naik lagi ke dalam perahu, orang yang tadinya kerasukan setan itu
meminta, supaya ia diperkenankan menyertai Yesus. Tetapi Yesus tidak
memperkenankannya. Yesus berkata kepada orang itu, “Pulanglah ke
rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada
mereka segala yang telah diperbuat Tuhan atasmu, dan ceritakan bagaimana
Ia telah mengasihani engkau!” Orang itu pun pergi, dan mulai
memberitakan di daerah Dekapolis segala yang telah diperbuat Yesus atas
dirinya, dan mereka semua menjadi heran.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Yesus menyembuhkan seorang yang kerasukan roh jahat. Setelah
disembuhkan, ia ingin mengikuti Yesus. Tetapi Yesus tidak
memperkenankannya, malah mengutusnya untuk pergi ke tengah kaum
keluarganya, dan kepada orang-orang sekampungnya. Ia diminta untuk
mewartakan karya kebaikan dan cinta Tuhan yang telah dialaminya. Kita
juga diutus untuk ambil bagian dalam hidup dan karya Yesus, dengan
menyampaikan kasih dan kebaikan Tuhan yang telah kita alami kepada siapa
saja yang kita jumpai dalam kehidupan kita.
Blasius adalah seorang Uskup Sebaste, Armenia (Turki). Ketika ia
memberkati umat seorang ibu bergegas datang kepadanya. Ia memohon Uskup
Blasius agar menyelamatkan anaknya yang hampir meninggal karena duri
ikan yang tertelan di tenggorokannya. Ia segera mendoakan anak itu dan
memberkatinya. Mukjizat pun terjadi. Nyawa anak itu dapat diselamatkan.
Pada hari ini kita dapat menerima "Berkat Santo Blasius". Caranya: Umat
menghampiri imam seperti pada acara komuni. Sambil memegang dua batang
lilin yang disilangkan pada leher umat. Kemudian imam berkata: "Semoga
dengan berkat doa Santo Blasius, Uskup dan Martir, Allah membebaskan
Saudara dari penyakit tenggorokan dan penyakit-penyakit lain. Dalam nama
Bapa (+) dan Putra dan Roh Kduus. Amin." Uskup Blasius dibunuh pada
tahun 316. Peringatannya dirayakan secara fakultatif pada 3 Februari.
Doa Malam
Allah Bapa yang Mahabaik, hari telah mulai malam. Tinggallah dalam
hatiku agar kegelapan malam ini tidak menggelapkan hatiku. Buatlah agar
hatiku senantiasa terang sehingga karya-Mu senantiasa dapat kuwartakan
lewat kata dan perbuatanku. Amin.
Mrk. 6:27 Raja segera menyuruh seorang pengawal dengan perintah supaya mengambil kepala Yohanes. Orang itu pergi dan memenggal kepala Yohanes di penjara.
et statim misso spiculatore rex praecepit afferri caput eius. Et abiens decollavit eum in carcere
Yang dimaksud “raja” adalah Herodes, sementara “pengawal” diterjemahkan dari istilah untuk menyebut algojo, yaitu orang yang melaksanakan hukuman mati. Setelah mendengar permintaan anak Herodias, Herodes langsung memberikan perintah kepada si algojo. Di penjara, kepala Yohanes dipenggal. Gugurlah dia.
Mrk. 6:28 Ia membawa kepala itu di sebuah talam dan memberikannya kepada gadis itu dan gadis itu memberikannya pula kepada ibunya.
et attulit caput eius in disco; et dedit illud puellae, et puella dedit illud matri suae.
Algojo membawa kepala Yohanes yang terpancung di atas semacam piring kepada Herodes. Herodes ke si gadis, lalu si gadis ke Herodias. Puaslah Herodias, dendamnya terbalaskan.
Mrk. 6:29 Ketika murid-murid Yohanes mendengar hal itu mereka datang dan mengambil mayatnya, lalu membaringkannya dalam kuburan.
Quo audito, discipuli eius venerunt et tulerunt corpus eius et posuerunt illud in monumento.
Waktu itu, Yohanes punya banyak murid, bahkan sebelum Tuhan Yesus punya murid. Beberapa murid Tuhan, sebelumnya adalah murid Yohanes. Murid-murid Yohanes mendengar kabar bahwa Yohanes telah dihukum mati. Mereka datang ke penjara, mungkin secara resmi meminta kepada Herodes, sebagaimana kelak jenazah Tuhan Yesus diminta kepada Pilatus, agar murid-murid itu diizinkan mengurus jenazah Yohanes. Mereka memakamkan Yohanes secara layak. Apakah kepalanya ikut dimakamkan? Kiranya ya.
Mrk. 6:30 Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan.
Et convenientes apostoli ad Iesum renuntiaverunt illi omnia, quae egerant et docuerant.
Ayat ini seperti bicara perihal lain secara tiba-tiba, padahal tidak. Perhatikan Mrk. 6:7-11, Tuhan Yesus mengutus murid-murid-Nya menjadi rasul (utusan). Kemudian, lihat Mrk. 6:12-13, murid-murid melaksanakan perintah Tuhan. Murid-murid yang diutus itu disebut “rasul”, artinya ‘utusan’.
Dalam Injil Markus, istilah “rasul” digunakan khusus untuk menyebut dua belas murid yang dipilih secara istimewa oleh Tuhan (Mrk. 3:13-19). Kata “murid” dalam Injil Markus bermakna umum, yaitu semua orang yang mengikuti Tuhan ke mana-mana menjadi pengikut-Nya. Di antara murid-murid, ada orang-orang yang dipilih khusus, jumlahnya dua belas orang, inilah “rasul-rasul” (Mrk. 3:14). Ada perbedaan penggunaan kata “rasul” dan “murid” dalam seluruh Injil Markus.
“Hanya dalam kebenaran-lah kasih bersinar terang, hanya dalam kebenaran
kasih dapat dihidupi secara otentik. Kebenaran adalah terang yang
memberi makna dan nilai kepada kasih.“ – Paus Benediktus XVI, Ensiklik
Caritas in Veritate
PEMBERKATAN LILIN DAN PERARAKAN
(Pemberkatan lilin dan perarakan tersedia dalam dua cara, dengan
perarakan atau perarakan masuk meriah, selengkapnya lihat Buku Misa
Minggu dan Hari Raya)
Antifon
Ecce Dominus noster cum virtute veniet, ut illuminet oculos servorum suorum, alleluia.
Tengoklah! Tuhan akan datang dengan kekuatan besar, akan bersinarlah mata semua orang yang mengabdi kepada-Nya, alleluya.
Behold, our Lord will come with power, to enlighten the eyes of his servants, alleluia.
Pengantar
Pesta Yesus dipersembahkan di kenisah
sudah sejak abad ke-5 dirayakan di kota Yerusalem (Ritus Timur), dan
sejak abad ke-6 diperluas ke seluruh Gereja Barat. Di Roma pesta ini
dirayakan dengan nada pertobatan, sedangkan di Perancis dengan
pemberkatan meriah dan perarakan lilin, sehingga sekarang masih dikenal
sebagai "Misa Terang". Sejak tahun 1960 perayaan ini ditetapkan sebagai
"Pesta Tuhan", sebelumnya dikenal dengan "Pesta Maria".
Pada hari ini kita memperingati
peristiwa mulia Kanak-kanak Yesus dipersembahkan kepada Allah oleh
orangtua-Nya pada hari ke-40 sesudah kelahiran-Nya, sesuai dengan
peraturan Hukum Taurat yang berlaku bagi setiap anak laki-laki sulung.
Dalam diri Anak itu, Simeon yang sudah tua mengenal Sang Mesias, yang
disebutnya "Terang yang menjadi pernyataan bagi bangsa-bangsa". Secara
tradisional pada hari ini diadakan Perarakan Lilin atau sedikitnya
Pemberkatan Lilin untuk menyambut dan menghormati Yesus yang "datang ke
kenisah-Nya sebagai Terang bagi bangsa-bangsa"
Doa Pemberkatan Lilin
KIDUNG PERARAKAN (atau Puji Syukur 478, Sekarang Tuhanku)
Kristuslah cahaya para bangsa dan kemuliaan bagi umat-Mu Israel.
Sekarang Tuhan, perkenankanlah hamba-Mu berpulang dalam damai sejahtera menurut sabda-Mu.
Kristuslah cahaya para bangsa dan kemuliaan bagi uamt-Mu Israel.
Sebab aku telah melihat keselamatan-Mu, ya Tuhan.
Kristuslah cahaya para bangsa dan kemuliaan bagi umat-Mu Israel.
Yang Kausediakan di hadapan para bangsa.
Kristuslah cahaya para bangsa dan kemuliaan bagi umat-Mu Israel.
atau
Lumen ad revelationem gentium, et gloriam plebis tuæ Israel.
Antifon Pembuka (Mzm 48:10-11)
Kami telah menerima kasih setia-Mu, ya Allah, dalam bait-Mu yang kudus.
Seperti nama-Mu, ya Allah, demikianlah kemasyhuran-Mu sampai ke ujung
bumi; tangan kanan-Mu penuh dengan keadilan.
Suscepimus Deus, misericordiam tuam in medio templi tui: secundum nomen
tuum Dues, ita et laus tua in fines terræ: iustitia plena est dextera
tua.
Mzm. Magnus Dominus, et laudablis nimis: in civitate Dei, in monte sancto eius. (Mzm 48:10-11, 2)
Pada Misa ini ada Madah Kemuliaan
Doa Pembuka
Allah Bapa yang Mahakuasa dan kekal, hari ini Putra Tunggal-Mu yang
telah menjadi manusia seperti kami, dipersembahkan kepada-Mu di kenisah.
Di hadapan hadirat-Mu yang agung kami mohon dengan rendah hati,
sucikanlah hati dan budi kami agar kami pun menjadi persembahan yang
pantas bagi-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami,
yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa,
Allah sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Nubuat Maleakhi (3:1-4)
"Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya."
Beginilah firman Tuhan semesta alam, “Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku,
supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Tuhan yang kamu cari itu
dengan mendadak akan masuk ke bait-Nya. Malaikat perjanjian yang kamu
kehendaki itu sesungguhnya, Ia datang. Siapakah yang dapat tetap berdiri
apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia laksana api tukang pemurni logam
dan seperti sabun tukang penatu. Ia akan duduk seperti orang yang
memurnikan perak; dan Ia mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka
seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang
mempersembahkan kurban yang benar kepada Tuhan. Maka persembahan Yehuda
dan Yerusalem akan menyenangkan hati Tuhan seperti pada hari-hari dahulu
kala, dan seperti tahun-tahun yang sudah-sudah.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = f, 3/4, PS 803
Ref. Bukalah pintu hatimu, sambutlah Raja Sang Kristus.
Ayat. (Mzm 24:7.8.9.10; R: 10b)
1. Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan bukalah dirimu
lebar-lebar, hai pintu-pintu abadi, supaya masuklah Raja Kemuliaan!
2. Siapakah itu Raja Kemuliaan? Tuhan, yang jaya dan perkasa, Tuhan yang perkasa dalam peperangan!
3. Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan bukalah dirimu
lebar-lebar, hai pintu-pintu abadi, supaya masuklah Raja Kemuliaan.
4. Siapakah itu Raja Kemuliaan? Tuhan semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan! Bacaan dari Surat kepada Orang Ibrani (2:14-18)
"Karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai."
Saudara-saudara, orang-orang yang dipercayakan Allah kepada Yesus adalah
anak-anak dari darah dan daging. Maka Yesus menjadi sama dengan mereka
dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia
memusnahkan Iblis yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan
demikian, Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam
perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. Sebab sesungguhnya, bukan
malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham. Itulah
sebabnya dalam segala hal Yesus harus disamakan dengan
saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Agung yang menaruh belas
kasihan, yang setia kepada Allah utnuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.
Karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat
menolong mereka yang dicobai.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = es, 4/4, PS 955
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Luk 2:32)
Dialah terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel. Alleluya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (2:22-40) (Singkat: 2:22-32)
"Mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu."
Ketika genap waktu pentahiran menurut hukum Taurat Musa, Maria dan Yusuf
membawa Anak Yesus ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan,
seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan, “Semua anak laki-laki sulung
harus dikuduskan bagi Allah.” Juga mereka datang untuk mempersembahkan
kurban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang
burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Waktu itu adalah di
Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh
hidupnya, yang menantikan penghiburan bagi Israel; Roh Kudus ada di
atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak
akan mati sebelum melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Atas
dorongan Roh Kudus, Simeon datang ke Bait Allah. Ketika Anak Yesus
dibawa masuk oleh orang tua-Nya, untuk melakukan kepada-Nya apa yang
ditentukan hukum Taurat, Simeon menyambut Anak itu dan menatang-Nya
sambil memuji Allah, katanya, “Sekarang Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini
pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah
melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di
hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi
bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.” [Yusuf
dan Maria amat heran akan segala sesuatu yang dikatakan tentang Anak
Yesus. Lalu Simeon memberkati mereka, dan berkata kepada Maria, ibu Anak
itu, “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau
membangkitkan banyak orang di Israel, dan untuk menjadi suatu tanda yang
menimbulkan perbantahan – dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri
-, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang. Ada juga di situ
seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer, namanya Hana. Ia
sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah menikah, ia hidup tujuh tahun
bersama suaminya, dan sekarang ia sudah janda, berumur delapan puluh
empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah, dan siang malam
beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Pada saat Anak Yesus
dipersembahkan di Bait Allah Hana pun datang ke Bait Allah, dan
bersyukur kepada Allah serta berbicara tentang Anak Yesus kepada semua
orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem. Setelah menyelesaikan
semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah Maria dan
Yusuf serta Anak Yesus ke kota kediamannya, yaitu Nazaret di Galilea.
Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih
karunia Allah ada pada-Nya.]
InilahI Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
“Begitu banyak umat terbaptis kehilangan identitas dan keanggotaannya :
mereka tidak tahu konten iman yang esensial atau mereka berpikir bahwa
mereka bisa menumbuhkan iman terpisah dari perantaraan Gerejawi. Dan
sementara banyak orang melihat dengan ragu pada kebenaran-kebenaran yang
diajarkan Gereja, yang lainnya mereduksi Kerajaan Allah menjadi suatu
nilai-nilai besar, yang tentu berhubungan dengan Injil, tapi tidak lagi
berhubungan dengan inti iman Kristen…Dalam konteks ini, bagaimana kita
menghidupi tanggung jawab yang dipercayakan kepada kita oleh Tuhan?” –
Paus Benediktus XVI
Renungan
Hari ini kita memperingati hari Yesus dipersembahkan di
kenisah di Yerusalem, tepat empat puluh hari setelah kelahiran-Nya, yang
juga bertepatan dengan waktu pentahiran. St. Yusuf dan Bunda Maria
membawa Yesus untuk dipersembahkan kepada Allah, agar memenuhi hukum
Taurat Musa, bahwa semua anak sulung, yaitu semua yang lahir terdahulu
dari kandungan, baik manusia maupun hewan, adalah milik Allah (lih. Kel
13:2,12-13). Persembahan ini menjadi kenangan yang hidup, akan bagaimana
Allah membebaskan bangsa Israel dari penjajahan Mesir. Yaitu saat Allah
membinasakan semua anak sulung dari bangsa Mesir, baik manusia maupun
hewan, sedangkan anak- anak sulung dari bangsa Israel diselamatkan-Nya
karena tanda darah kurban anak domba, yang dibubuhkan di ambang
pintu-pintu rumah mereka. Setelah peristiwa ini, bangsa Israel selalu
mempersembahkan anak binatang yang sulung sebagai kurban kepada Allah.
Sedangkan anak sulung mereka, mereka tebus dengan kurban, sebagai tanda
bahwa anak itu adalah milik Tuhan (Kel 13:15). Untuk maksud inilah St.
Yusuf dan Bunda Maria mempersembahkan sepasang burung tekukur dan dua
ekor anak merpati, yaitu ketentuan kurban tebusan bagi umat yang miskin.
Di kenisah itulah, St. Yusuf dan Bunda Maria bertemu dengan
Simeon dan Hana. Mereka menerima pernyataan dari Roh Kudus, sehingga
mereka mengenali bahwa Anak yang dalam pelukan Bunda Maria itu adalah
Mesias: keselamatan dari Allah, terang bagi bangsa-bangsa dan kemuliaan
bagi umat Israel (lih. Luk 2:29-32). St. Bernardus mengatakan dalam
salah satu khotbahnya tentang perayaan hari ini, yang sering ditandai
dengan prosesi, demikian, “Hari ini Perawan Maria membawa ke kenisah,
Sang Tuhan-nya kenisah….” St. Bernardus kemudian menyebutkan bahwa St.
Yusuf, Bunda Maria, Simeon dan Hana, adalah empat orang pertama yang
memulai prosesi sukacita, yang akan terus diperingati sampai ke ujung
bumi. Prosesi ini kemudian dilanjutkan oleh Gereja dengan tradisi
prosesi lilin yang melambangkan Kristus Sang Terang dunia. Kita membawa
lilin-lilin untuk diberkati dan digunakan pada saat berdoa, lambang yang
mengingatkan bahwa kitapun dipanggil untuk menjadi seperti Kristus yang
mempersembahkan diri-Nya kepada Allah Bapa. Gereja mengajak kita untuk
membawa Terang Kristus kepada dunia dan orang-orang di sekitar kita.
Hari ini, kita juga memperingati saat Bunda Maria
mempersembahkan Puteranya, dan mempersembahkan dirinya sendiri kepada
Allah. Bunda Maria memperbarui ketaatannya kepada Allah, “Terjadilah
padaku menurut perkataan-Mu” (Luk 1:38), sebagaimana dikatakannya kepada
malaikat yang menyampaikan Kabar Gembira dari Allah kepadanya. Maka,
hari ini kitapun diundang untuk memperbarui ketaatan kita kepada Allah.
Yaitu, agar kita dapat mengikuti teladan Bunda Maria, mau
mempersembahkan seluruh diri kita, pikiran dan karya kita, kepada Allah.
Sejujurnya, betapa sedikitlah yang dapat kita persembahkan kepada
Allah, sebab segala sesuatu yang ada pada kita, toh sebenarnya
juga dari Allah dan milik Allah. Persembahan sederhana Bunda Maria-
sepasang tekukur dan merpati- menjadi sungguh istimewa, sebab disatukan
dengan persembahan Kristus. Maka, mari kita juga mempersembahkan
persembahan kita, dan kita satukan dengan persembahan Kristus, agar
berkenan bagi Allah Bapa. Doa-doa, karya, bakat dan sejumlah berkat
Allah yang kita terima dari Allah, kita persembahkan kembali kepada
Allah, dan kita persatukan dengan kurban Kristus dalam Ekaristi kudus.
Maka apa yang nampaknya tidak berarti menjadi begitu bernilai, sebab
telah disatukan dengan kurban Kristus yang nilainya tiada terkira.
Semoga Allah Bapa berkenan menerima persembahan kita sebagaimana Ia
menerima persembahan St. Yusuf dan Bunda Maria.
Hari ini, mari kita berdoa bersama St. Alfonsus Liguori,
“Hari ini, O Bundaku, aku juga mengikuti teladanmu, hendak
mempersembahkan hatiku yang miskin kepada Allah… Persembahkanlah aku
sebagai milikmu juga kepada Allah Bapa dan kepada Yesus, dan berdoalah
kepada Bapa, supaya melalui jasa Kristus Putera-Nya, dan oleh doa-doamu,
Ia dapat menerimaku dan menjadikan aku sebagai milik-Nya sendiri….”
(Stefanus Tay - Ingrid Listiati www.katolisitas.org)
Antifon Komuni (Luk 2:30-31)
Mataku telah melihat keselamatan-Mu yang Kausediakan bagi segala bangsa.
Persembahan Yesus dalam kenisah Bdk. Luk 2:22-29. menunjukkan Dia
sebagai Anak sulung, yang dipersembahkan kepada Tuhan Bdk. Kel
13:12-13.. Dalam Simeon dan Anna terjadilah pertemuan - demikianlah
tradisi Bisantin menamakan pesta ini - seluruh pengharapan Israel dengan
Penebus-Nya. Yesus dikenal sebagai Mesias yang sudah lama
dinanti-nantikan, sebagai "cahaya bangsa-bangsa" dan "kemuliaan Israel",
tetapi juga sebagai "tanda pertentangan". Pedang dukacita, yang
diramalkan untuk Maria, menandakan "persembahan" yang lain, yang
sempurna dan yang satu-satunya, di salib, yang akan menganugerahkan
keselamatan, "yang Allah persiapkan untuk segala bangsa". --- Katekismus
Gereja Katolik, 529
Syalom aleikhem.
Apa kata pertama yang dilisankan umat dalam Perayaan Ekaristi? Benar, itulah “amin”. Kurban Misa dibuka dengan Tanda Salib yang diucapkan imam, lalu umat menjawab dengan amin.
Anda kiranya sudah paham, kata terakhir dalam Alkitab adalah amin (Why. 22:21). Kata ini juga bertebaran di sepanjang Alkitab, terutama pada bagian akhir doa-doa Perjanjian Baru.
Amin dalam bahasa Ibrani yang merupakan sumbernya, erat berhubungan dengan “iman” dalam bahasa yang sama. Amin dan iman punya akar kata yang sama yang bermakna ‘teguh, andal, setia’. Dengan demikian, menurut ajaran Gereja Katolik yang tersurat dalam Katekismus Gereja Katolik no. 1062, amin bermakna ganda: (1) kesetiaan Allah kepada kita, (2) kepercayaan kita kepada Allah.
Setiap kali “amin” muncul dari diri anda tiap-tiap Ekaristi, ingatlah bahwa ada dua makna: amin berarti Allah itu setia, amin berarti anda percaya. Maka kini kita tahu, amin tak hanya bermakna setuju sebagaimana dipahami kebanyakan orang.
Terakhir, Tuhan Yesus sendiri adalah “Sang Amin” (Why. 3:14). Karena itu, setiap kali berkata “amin”, secara rohani anda sedang menyebut “nama” Tuhan sendiri. Maka, tak usah sering ber-“amin-amin” di medsos, latah itu. Sering terlihat amin berhamburan tak terkendali di kolom komentar aneka media.
terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati