Berpeganglah pada ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian, dan supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk selamanya." (Ulangan 4:40)
Syalom aleikhem. Kalau sudah urusan berdoa spontan, orang Katolik sering ciut nyali. Lidah kelu, kata-kata seret, susunan kalimat berantakan, dsb. Takut orang Katolik berdoa spontan di depan orang lain seiman. Mungkin rendah hati, haha. Namun, boleh jadi karena tak punya kerangka pikir bagaimana berdoa.
Juga soal menutup doa. Kadang terjadi doa lancar, kemudian tiba-tiba terhenti karena si pendoa kebingungan bagaimana menutup doa dengan manis. Tak jarang si pendoa hening tak hanya sejenak pada akhir doa, lalu tergopoh-gopoh bilang amin atas doanya sendiri, dan doa dianggap selesai dengan Tanda Salib yang terengah-engah pula.
Penutup doa yang manis sebenarnya anda dengar setiap hari, atau setiap pekan bagi yang ikut Misa Minggu. Kita dapat belajar dari doa-doa imam, terutama Collecta (Doa Pembuka), mengenai cara menutup doa.
Pedoman Umum Misale Romawi no. 54 memberi tahu kita mengenai penutup panjang atau penutup trinitaris sebuah doa. Begini: Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang masa.
Itulah penutup doa pada Collecta. Ketika kita berdoa dengan mengarah kepada Allah Bapa, penutup cantik itu bisa digunakan. Ah terlalu panjang! Baiklah, pekan depan saya ajarkan versi singkat.
“Kristus adalah terang, pintu dan dasar-dasar seluruh Kitab Suci.” (St. Bonaventura)
Antifon pembuka (Mzm 37:30)
Mulut orang benar menuturkan kebijaksanaan, dan lidahnya mengatakan kebenaran.
Doa Pembuka
Allah
Bapa Yang Mahabijaksana, himpunlah kami bersatu dengan Putra-Mu dan
yakinkanlah kami, bahwa kebijaksanaan-Mulah yang akan menyelamatkan
dunia. Dengan pengantaraan
Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam
persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa.
Amin. Orang
yang benar-benar dipenuhi Tuhan tentu mengagumkan. Pada zaman Salomo,
kesejahteraan rakyat dianggap sebagai pertanda bahwa Tuhan hadir dan
raja bukan hanya tersohor karena kekayaannya tetapi juga karena
kebijaksanaannya.
Bacaan dari Kitab Pertama Raja-Raja (10:1-10)
"Ratu Syeba melihat segala hikmat Salomo."
Pada
suatu ketika, ratu negeri Syeba mendengar kabar tentang Salomo,
berhubung dengan nama Tuhan. Maka datanglah ia hendak menguji Salomo
dengan teka-teki. Ia datang ke Yerusalem dengan pasukan pengiring yang
sangat besar, dengan unta-unta yang membawa rempah-rempah, sangat banyak
emas dan batu permata yang mahal-mahal. Setelah ia sampai kepada
Salomo, dikatakannyalah segala apa yang ada dalam hatinya kepada Salomo.
Dan Salomo menjawab segala pertanyaan ratu itu; bagi raja tidak ada
yang tersembunyi, yang tidak dapat dijawabnya untuk ratu itu. Ketika
ratu negeri Syeba melihat segala hikmat Salomo dan rumah yang telah
didirikannya, makanan di mejanya dan cara duduk pegawai-pegawainya. Cara
pelayan-pelayan melayani dan berpakaian; minumannya, dan kurban
bakaran yang biasa dipersembahkannya di rumah Tuhan, maka tercenganglah
ratu itu. Dan ia berkata kepada raja, “Benar juga kabar yang kudengar
di negeriku tentang engkau dan tentang hikmatmu! Tetapi aku tidak
percaya akan perkataan-perkataan itu sampai aku datang dan melihatnya
dengan mataku sendiri; sungguh setengahnya pun belum diberitahukan
kepadaku. Dalam hal hikmat dan kemakmuran, engkau melebihi kabar yang
kudengar. Berbahagialah para isterimu! Berbahagialah para pegawaimu,
yang selalu melayani engkau dan menyaksikan hikmatmu! Terpujilah Tuhan,
Allahmu, yang telah berkenan kepadaku sedemikian, hingga Ia
mendudukkan engkau di atas takhta kerajaan Israel! Karena Tuhan
mengasihi orang Israel untuk selama-lamanya, maka Ia telah mengangkat
engkau menjadi raja untuk melakukan keadilan dan kebenaran.” Demikianlah sabda Tuhan U. Syukur kepada Allah. Mazmur Tanggapan Ref. Mulut orang benar menuturkan hikmat. Ayat. (Mzm 37:5-6.30-31.39-40) 1.
Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah pada-Nya, maka Ia akan
bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan
menampilkan hakmu seperti siang. 2. Mulut orang benar menuturkan
kebijaksanaan, dan lidahnya mengatakan kebenaran. Taurat Allah ada di
dalam hatinya, langkah-langkahnya tidaklah goyah. 3. Orang-orang
benar akan diselamatkan oleh Tuhan; Dialah tempat perlindungan mereka
pada waktu kesesakan; Tuhan menolong dan meluputkan mereka dari tangan
orang-orang fasik; Tuhan menyelamatkan mereka, sebab mereka berlindung
pada-Nya.
Sabda-Mu ya Tuhan, adalah kebenaran. Kuduskanlah kami dalam kebenaran. Alleluya. Apa
yang masuk dari luar tidak menaiskan, tetapi apa yang keluar dari dalam
hati manusia, itu yang menajiskan. Misalnya, pikiran jahat,
keserakahan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan dan
kebebalan. Hati adalah pusat kekayaan rohani manusia yang harus terus
diolah.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (7:14-23)
"Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya."
Pada
suatu hari, Yesus memanggil orang banyak dan berkata kepada mereka,
“Dengarkanlah Aku, dan camkanlah ini! Apa pun dari luar, yang masuk ke
dalam seseorang, tidak dapat menajiskan dia! Tetapi apa yang keluar dari
seseorang, itulah yang menajiskannya!” Barangsiapa bertelinga untuk
mendengar hendaklah ia mendengar! Sesudah itu Yesus masuk ke sebuah
rumah untuk menyingkir dari orang banyak. Maka murid-murid bertanya
kepada Yesus tentang arti perumpamaan itu. Yesus menjawab, “Apakah kamu
juga tidak dapat memahaminya? Camkanlah! Segala sesuatu yang dari luar
masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskan dia, karena tidak masuk
ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban!”
dengan demikian Yesus menyatakan semua makanan halal. Yesus berkata
lagi, “Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya! Sebab
dari dalam hati orang timbul segala pikiran jahat, perzinahan,
keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat,
kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan
menajiskan orang.” Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya. U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami. Renungan
Ratu
dari Syeba datang dan menyaksikan sendiri hikmat dan kebijaksanaan Raja
Salomo. Salomo sendiri dengan bijak menjawab segala pertanyaan yang
diajukan oleh sang ratu. Akhirnya, ratu mengakui bahwa segala hikmat
kebijaksanaan Salomo itu bersumber dari Allah sendiri. Sedangkan Yesus
mengungkapkan bahwa hikmat kebijaksanaan itu bersumber dari dalam, dari
hati yang baik dan tulus ikhlas. Itulah hati yang selalu membiarkan
Tuhan sendiri yang menuntun dan membimbing. Dan takut akan Allah adalah
awal hikmat kebijaksanaan. Bersediakah kita untuk belajar takut akan
Allah dalam hidup ini? Antifon Komuni (Mzm 37:5)
Serahkanlah nasibmu kepada Tuhan! Percayalah kepada-Nya dan Ia akan bertindak.
Doa Malam
Ya
Yesus, Engkau menghendaki agar aku membina diri dengan mengolah hati
dan budi dalam menghadapi kenyataan hidup yang tidak luput dari semangat
bersaing dan mencari kepuasan diri sendiri. Tuhan, ampunilah aku,
karena aku tidak luput dari semangat anak-anak dunia, bersaing demi
kepuasan diri semata. Amin.
Mrk. 6:37 Tetapi jawab-Nya: “Kamu harus memberi mereka makan!” Kata mereka kepada-Nya: “Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?”
Respondens autem ait illis: “ Date illis vos manducare ”. Et dicunt ei: “ Euntes emamus denariis ducentis panes et dabimus eis manducare? ”.
Syalom aleikhem. Jawaban Tuhan Yesus kepada para murid mengagetkan. Tuhan ingin para murid memberi makan orang sebanyak itu, alih-alih menyuruh orang-orang pergi beli makanan. Jumlah orang belum diketahui. Ayat 44 menyebut 5.000 ribu orang laki-laki; para perempuan dan anak yang pastinya juga ada di sana tak terhitung.
Pertanyaan retoris para murid adalah ungkapan keheranan atau ketakpercayaan terhadap perkataan Tuhan. Dengan pertanyaan itu, mereka mengungkapkan ketakmengertian. Bagaimana caranya orang sebanyak itu diberi makan sekaligus?
Dinar adalah uang Kekaisaran Romawi yang nilainya sama dengan upah kerja buruh seharian. Sekarang ini, upah sehari yang pantas, taruh, 100 ribu rupiah, bisa lebih. Dengan asumsi ini, 200 dinar setara 20 juta rupiah.
Nominal yang disebut oleh para murid bukan angka sebenarnya, melainkan angan-angan. Artinya, dengan ungkapan itu, para murid mau berkata: “Serius lo? Perlu banyak uang untuk memberi makan orang sebanyak ini.” Lagipula, apa ada warung menjual makanan untuk manusia sejumlah itu? Bagi para murid, perkataan Tuhan tadi suatu kemustahilan.
Roti, pada masa itu, adalah makanan pokok bagi orang Yahudi seperti nasi bagi masyarakat Indonesia. Roti yang dimaksud bukan sekadar jajanan pengganjal alias kudapan ringan.
Mrk. 6:38 Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!” Sesudah memeriksanya mereka berkata: “Lima roti dan dua ikan.”
Et dicit eis: “ Quot panes habetis? Ite, videte ”. Et cum cognovissent, dicunt: “ Quinque et duos pisces ”.
Tuhan menanggapi keheranan para murid dengan bertanya apakah mereka punya roti. Mereka menjawab bahwa punya lima roti. Disampaikan info tambahan: dua ikan juga ada. Tuhan tak bertanya mengenai ikan, namun para murid memberitahukan adanya ikan.
Mrk. 6:39-40 Lalu Ia menyuruh orang-orang itu, supaya semua duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau. * Maka duduklah mereka berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang
Et praecepit illis, ut accumbere facerent omnes secundum contubernia super viride fenum. * Et discubuerunt secundum areas per centenos et per quinquagenos.
Kedua ayat cukup jelas. Perintah Tuhan supaya orang-orang duduk di rumput segera ditaati. Kini semua orang sudah duduk dalam kelompok-kelompok.
Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di
tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada
diam di kemah-kemah orang fasik. -- Mzm 84:11
Antifon Pembuka (Mzm 84:5)
Berbahagialah orang yang diam di rumah-Mu, ya Tuhan, yang memuji-muji Engkau tanpa henti!
Doa Pembuka
Allah Bapa Mahamulia, semoga kami Kaupenuhi kebijaksanaan, bila
mendengarkan sabda Yesus Putra-Mu. Semoga kata dan karya kami
memancarkan kedamaian yang membahagiakan dunia. Sebab Dialah Tuhan,
Pengantara kami, yang bersama Dikau dan dalam persatuan Roh Kudus, hidup
dan berkuasa, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Pertama Raja-Raja (8:22-23.27-30)
"Engkau telah bersabda, "Nama-Ku akan tinggal di sana." Dengarkanlah permohonan umat-Mu Israel."
Pada hari pentahbisan rumah Allah, Raja Salomo berdiri di depan mezbah
Tuhan di hadapan segenap jemaah Israel. Ia menadahkan tangannya ke
langit, lalu berkata, “Ya Tuhan, Allah Israel! Tidak ada Allah seperti
Engkau di langit di atas, dan di bumi di bawah. Engkau memelihara
perjanjian dan kasih setia kepada hamba-hamba-Mu yang dengan segenap
hatinya hidup di hadapan-Mu. Benarkah Allah hendak diam di atas bumi?
Sedangkan langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit pun tidak
dapat memuat Engkau, apalagi rumah yang kudirikan ini! Karena itu
berpalinglah kepada doa dan permohonan hamba-Mu ini, ya Tuhan Allahku,
dengarkanlah seruan dan doa yang hamba panjatkan di hadapan-Mu pada hari
ini! Kiranya siang malam mata-Mu terbuka terhadap rumah ini, terhadap
tempat yang tentangnya Kaukatakan: ‘Nama-Ku akan tinggal di sana’.
Dengarkanlah doa yang hamba-Mu panjatkan di tempat ini. Dan dengarkanlah
permohonan hamba-Mu dan umat-Mu Israel, yang mereka panjatkan di tempat
ini; dengarkanlah dari tempat kediaman-Mu di surga; dan apabila Engkau
mendengarnya maka Engkau akan mengampuni.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Betapa menyenangkan kediaman-Mu, ya Tuhan semesta alam!
Ayat. (Mzm 84:3.4.5.10.11)
1. Jiwaku merana karena merindukan pelataran rumah Tuhan; jiwa dan ragaku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup.
2. Bahkan burung pipit mendapat tempat dan burung laying-layang mendapat
sebuah sarang, tempat mereka menaruh anak-anaknya, pada
mezbah-mezbah-Mu, ya Tuhan semesta alam, ya Rajaku dan Allahku!
3. Berbahagialah orang yang diam di rumah-Mu, yang memuji-muji Engkau
tanpa henti. Lihatlah kami, ya Allah, perisai kami, pandanglah wajah
orang yang Kauurapi.
4. Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu daripada seribu hari di
tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku daripada
diam di kemah-kemah orang fasik. Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Mzm 119:36a.29b)
Condongkanlah hatiku kepada perintah-Mu, ya Allah dan kurniakanlah hukum-Mu kepadaku.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (7:1-13)
"Kamu akan mengabaikan perintah Allah untuk berpegang pada adat istiadat manusia."
Pada suatu hari serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari
Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat beberapa murid Yesus
makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. Sebab
orang-orang Farisi – seperti orang-orang Yahudi lainnya – tidak makan
tanpa membasuh tangan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada
adat-istiadat nenek moyang. Dan kalau pulang dari pasar mereka juga
tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak
warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi
dan perkakas tembaga. Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli
Taurat itu bertanya kepada Yesus, “Mengapa murid-murid-Mu tidak mematuhi
adat-istiadat nenek moyang kita? Mengapa mereka makan dengan tangan
najis?” Jawab Yesus kepada mereka, “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu,
hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku
dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka
beribadat kepada-Ku, sebab ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah
manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat-istiadat
manusia.” Yesus berkata kepada mereka, “Sungguh pandai kamu
mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara
adat-istiadatmu sendiri. Karena Musa telah berkata: ‘Hormatilah ayahmu
dan ibumu!’ Dan: ‘Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati’.
Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapa atau ibunya: ‘Apa
yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah
digunakan untuk kurban, yaitu persembahan kepada Allah’, maka kamu
membiarkan dia untuk tidak lagi berbuat sesuatu pun bagi bapa atau
ibunya. Dengan demikian sabda Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi
adat-istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang
kamu lakukan!”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami. Renungan
Dalam hidup bersama dimana pun senantiasa ada tata tertib atau aturan
yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh mereka yang tergabung dalam
hidup bersama tersebut, entah itu di tingkat RT, desa, kelurahan,
kecamatan, kabupaten dst.. dan juga di lingkungan hidup beragama. Di
masing-masing suku dan bangsa sering juga masih hidup dengan kuat
tradisi sebagai peninggalan nenek moyang atau leluhur, yang pada umumnya
juga sangat berpengaruh dalam buku atau bangsa tersebut. Sebagai contoh
misalnya dalam hal penentuan hari dan jam pernikahan. Namun juga dalam
hal kebiasaan hidup yang lain juga masih marak, misalnya di beberapa
suku masih berlaku aturan `hutang nyawa harus membayar ganti rugi dengan
nyawa', antara lain di Indonesia hal ini kiranya masih berlaku di
lingkungan suku-suku di pedalamanan Papua. Sabda hari ini mengingatkan
kita semua, umat beriman, agar dalam cara hidup dan cara bertindak
dimana pun senantiasa lebih mengutamakan kehendak dan perintah Allah
daripada adat-istiadat manusia. Maka dengan ini kami mengajak dan
mengingatkan kita semua: hendaknya dalam dan dengan semangat iman kita
hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagai orang yang percaya
kepada Yesus Kristus kami harapkan kita lebih setia terhadap sabda dan
ajaran-Nya daripada aneka nasihat, saran dan petunjuk manusia. Secara
umum kami ingatkan; hendaknya dalam dan semangat cinta kasih kita
melaksanakan aneka tatanan dan aturan, karena hemat saya tatatan dan
aturan dibuat berdasarkan cintakasih demi cintakasih. "Maka berpalinglah kepada doa dan permohonan hamba-Mu ini, ya
TUHAN Allahku, dengarkanlah seruan dan doa yang hamba-Mu panjatkan di
hadapan-Mu pada hari ini! Kiranya mata-Mu terbuka terhadap rumah ini,
siang dan malam, terhadap tempat yang Kaukatakan: nama-Ku akan tinggal
di sana; dengarkanlah doa yang hamba-Mu panjatkan di tempat ini” (1Raj 8:28-29).
Kutipan ini kiranya mengingatkan kita semua, umat beragama atau beriman
untuk senantiasa “berpaling kepada Tuhan” dalam cara hidup dan cara
bertindak dimana pun dan kapan pun. Ingatlah dan sadari serta hayati
bahwa Tuhan telah menciptakan kita serta senantiasa menyertai perjalanan
hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Penyertaan-Nya
antara lain dapat kita temukan dalam aneka perhatian, sapaan dan
sentuhan saudara-saudari kita sebagai perwujudan kasih mereka kepada
kita. Maka hendaknya senantiasa memiliki sikap terbuka terhadap
saudara-saudari kita; dengan rendah hati menerima perhatian, sapaan dan
sentuhan mereka, serta kemudian kita tanggapi dengan penuh syukur dan
terima kasih. Kita juga diharapkan tidak pernah melupakan doa-doa harian
seraya menghaturkan pujian, syukur dan terima kasih maupun
permohonan-permohonan kepada Tuhan. “Dengarkanlah doa yang hamba-Mu panjatkan di tempat ini”.
Dimana pun dan kapan pun kita dapat berdoa sesuai dengan kesempatan dan
kemungkinan serta kebutuhan kita masing-masing, tidak hanya berdoa di
tempat-tempat doa saja. Secara khusus kami berharap kepada mereka yang
akan dan sedang melakukan perjalanan atau bepergian, hendaknya tidak
lupa berdoa mohon perlindungan dan pendampingan Tuhan dalam perjalanan
sehingga selamat sampai di tujuan. Dengan berdoa sebelum bepergian
berarti anda sekaligus akan dimotivasi untuk berhati-hati selama di
perjalanan. Berjalan dan bepergianlah dalam dan bersama Tuhan agar anda
selamat sampai tujuan atau sasaran. (arsip renungan Rm. Ign. Sumarya, SJ)
Antifon Komuni (Mzm 84:11)
Lebih baik satu hari di pelataran-Mu daripada seribu hari di tempat lain.
Syalom aleikhem. Sementara orang Katolik berpendapat bahwa pengakuan dosa dalam Sakramen Perdamaian tak diperlukan sebab tiap kali kita merayakan Misa sudah ada absolusi pada Pernyataan Tobat. Benarkah kita tak perlu menerima Sakramen Rekonsiliasi dan absolusi dalam Perayaan Ekaristi mencukupi? Apakah absolusi itu sama dengan absolusi dalam Sakramen Tobat?
Pedoman Umum Misale Romawi (PUMR) no. 51 menerangkan: “… seluruh umat menyatakan tobat dengan rumus pengakuan umum. Sesudah itu, imam memberikan absolusi. Tetapi, absolusi ini tidak memiliki kuasa pengampunan seperti absolusi dalam Sakramen Tobat.”
Jelas ‘kan, absolusi dalam Kurban Misa beda dengan absolusi dalam Sakramen Tobat. Ringkasnya, bedanya: absolusi dalam Sakramen Tobat melimpahkan kuasa pengampunan untuk dosa-dosa besar, sedang absolusi dalam Ekaristi memberikan pengampunan untuk dosa-dosa kecil.
Gereja Katolik mengajarkan ada beda antara dosa besar (berat) dan dosa kecil (ringan), lihat saja Katekismus Gereja Katolik (KGK) no.1852-1864. Dosa berat ialah dosa yang mempunyai materi berat (KGK no. 1857). Apa yang merupakan materi berat itu dijelaskan oleh Sepuluh Perintah (KGK no. 1858).
Absolusi dalam Misa menghapus dosa ringan saja. Selesaikan urusan dosa berat dalam Sakramen Tobat, jangan terlewat.
Senin 10 Februari 2020 Peringatan Wajib St. Skolastika, Perawan
Aku berpaling kepada Allahku, dan Ia mendengarkan doaku. (St. Skolastika)
Antifon Pembuka (Mzm 15:5-6)
Tuhan, Engkaulah milik pusaka dan warisanku, dalam tangan-Mulah nasibku.
Tanah permai akan menjadi bagianku, milik pusakaku menyenangkan hatiku.
Doa Pembuka
Ya Tuhan, semoga berkat teladan Santa Skolastika, yang kami peringati
hari ini, kami sanggup mengabdi Engkau dengan kasih yang tulus dan
berbahagia menikmati karunia kasih-Mu. Dengan pengantaraan Yesus
Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan
Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Pertama Raja-Raja (8:1-7.9-13)
"Imam-imam membawa tabut perjanjian ke tempat mahakudus dan datanglah awan memenuhi rumah Tuhan."
Setelah Rumah Allah selesai dibangun, Raja Salomo memerintahkan para
tua-tua Israel dan semua kepala suku, yakni para pemimpin keluarga
Israel, berkumpul di hadapannya di Yerusalem, untuk mengangkut tabut
perjanjian Tuhan dari kota Daud, yaitu Sion. Maka pada hari raya di
bulan Etanim, yakni bulan ketujuh, berkumpullah di hadapan Raja Salomo
semua orang Israel. Setelah semua tua-tua Israel datang, imam-imam
mengangkat tabut itu. Mereka mengangkut tabut Tuhan dan Kemah Pertemuan
serta segala barang kudus yang ada dalam kemah itu; Semuanya itu
diangkut oleh imam-imam dan orang-orang Lewi. Sedang Raja Salomo dan
segenap umat Israel yang sudah berkumpul di hadapannya, berdiri
bersama-sama dengan dia di depan tabut itu, dan mempersembahkan kambing
domba dan lembu sapi yang tidak terhitung dan tidak terbilang banyaknya.
Kemudian imam-imam membawa tabut perjanjian Tuhan itu ke tempatnya,
yakni di ruang belakang rumah itu, di tempat mahakudus, tepat di bawah
sayab kerub-kerub. Sebab kerub-kerub itu mengembangkan kedua sayapnya di
atas tempat tabut itu, sehingga kerub-kerub itu menudungi tabut serta
kayu-kayu pengusungan dari atas. Dalam tabut itu tidak ada apa-apa
selain dari kedua loh batu yang diletakkan Musa ke dalamnya di gunung
Horeb, yakni loh-loh batu bertuliskan perjanjian yang diadakan Tuhan
dengan orang-orang Israel pada waktu perjalanan mereka keluar dari tanah
Mesir. Ketika imam-imam keluar dari tempat kudus, turunlah awan
memenuhi rumah Tuhan, sehingga oleh karena awan itu, imam-imam tidak
tahan berdiri untuk menyelenggarakan kebaktian, sebab kemuliaan Tuhan
memenuhi rumah itu. Pada waktu itu berkatalah Salomo, “Tuhan telah
menetapkan matahari di langit, tetapi Ia memutuskan untuk diam dalam
kekelaman. Sekarang aku telah mendirikan rumah kediaman bagi-Mu, tempat
Engkau menetap selama-lamanya.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah. Mazmur Tanggapan
Ref. Bangunlah, ya Tuhan, dan pergilah ke tempat peristirahatan-Mu.
Ayat. (Mzm 132:6-7.8-10)
1. Dengarlah! Kami dengar tabut itu ada di Efrata, kami telah
mendapatinya di padang Yaar. “Mari kita pergi ke tempat kediaman-Nya,
dan sujud menyembah pada tumpuan kaki-Nya.”
2. Bangunlah, ya Tuhan, dan pergilah ke tempat peristirahatan-Mu, Engkau
serta tabut kekuasaan-Mu! Biarlah imam-imam-Mu berpakaian kebenaran,
dan biarlah bersorak-sorai orang-orang yang Kaukasihi! Demi Daud,
hamba-Mu, janganlah Engkau menolak orang yang Kauurapi!
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Mat 4:23)
Yesus mewartakan Kerajaan Allah, dan menyembuhkan semua orang sakit. Alleluya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (6:53-56)
"Semua orang yang menjamah Yesus, menjadi sembuh."
Pada suatu hari Yesus dan murud-murid-Nya mendarat di Genesaret dan
berlabuh di situ. Ketika mereka keluar dari perahu, orang segera
mengenal Yesus. Maka berlari-larilah mereka ke seluruh daerah itu dan
mulai mengusung orang-orang sakit di atas tilamnya kepada Yesus, di mana
saja kabarnya Ia berada. Ke mana pun Yesus pergi, - ke desa-desa, ke
kota-kota atau ke kampung-kampung, - orang meletakkan orang-orang sakit
di pasar dan memohon kepada-Nya, supaya mereka diperkenankan hanya
menjamah jumbai jubah-Nya saja. Dan semua orang yang menjamahnya menjadi
sembuh.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami. Renungan
Daya tarik pribadi Yesus membuat banyak orang mencari-Nya. Banyak orang mendapatkan `pelabuhan' atas penderitaannya dalam diri Yesus. Beban kehidupan yang kadang tak tertanggungkan, mereka bawa ke hadapan Yesus. Hal ini merupakan bagian dari pewahyuan diri-Nya bagi pergulatan hidup manusia, "Datanglah kepada-Ku, kalian semua yang lelah dan berbeban berat. Aku akan memberikan kelegaan kepadamu." Yesus hadir di tengah-tengah dunia dan menjadikan semuanya baik kembali. Semua yang sakit dan menderita mendapatkan kembali kesehatan mereka. Dia menjadikan dunia seperti suasana penciptaan awal. Kehadiran Yesus membawa kebaikan dalam dunia yang buruk.
Santa Skolastika yang kita peringati hari ini adalah adik kandung Santo Benediktus, pendiri Ordo Benediktin dan Abbas termasyur biara Monte Kasino. Semenjak mudanya Skolastika bercita-cita menjadi seorang biarawati agar lebih total menyerahkan hidupnya kepada Allah dalam doa dan tapa. Setelah menjadi seorang biarawati mengikuti jejak kakaknya, ia pun mendirikan sebuah biara tersendiri yang berdekatan dengan biara Monte Kasino. Banyak wanita lain yang mengikuti Skolastika dan tinggal di biara itu.
Kedua kakak beradik itu tetap saling mengunjungi dan meneguhkan. Skolastika mengunjungi Benediktus kakaknya untuk mendapatkan bimbingan rohani baik demi kemajuan hidup rohaninya sendiri maupun kemajuan hidup rohani suster-susternya. Benediktus pun mengunjungi Skolastika dan suster-susternya untuk memberi bimbingan rohani.
Menjelang ajalnya, Skolastika membujuk Benediktus kakaknya yang kebetulan datang pada saat itu agar menemani dia sambil menceritakan kehidupan orang-orang kudus yang sudah meninggal dunia. Tak lama kemudian, Skolastika meninggal dunia di hadapan kakaknya sendiri. Jenazahnya di kuburkan di Monte Kasino dalam kubur yang telah disiapkan oleh Benediktus.
Menyaksikan kesedihan para biarawan dan biarawati, Benediktus berkata: Janganlah menangis dan sedih! Yesus telah memanggil Skolastika dari tengah-tengah kita supaya ia menjadi pembantu dan pelindung bagi kita yang masih mengembara di dunia ini. Skolastika meninggal dunia pada tahun 543. (renunganpagi/imankatolik.or.id)
Antifon Komuni
Sungguh Aku berkata kepadamu,
kalian telah meninggalkan semuanya dan mengikuti Aku, kalian akan
menerima ganjaran seratus kali lipat dan hidup abadi.
Syalom aleikhem. Ada sementara orang berpendapat neraka itu tak ada sebab adanya neraka bertentangan dengan belas kasih ilahi dan ajaran bahwa Allah adalah kasih. Menurut mereka, kalau Allah mahakasih, tak mungkin ada neraka, suatu hukuman abadi. Apa benar neraka tak ada? Mari pelajari ajaran Gereja yang sejati.
Katekismus Gereja Katolik (KGK) no. 1035 dengan jelas menyatakan “ada neraka” dan “neraka berlangsung selama-lamanya”. Dua pokok kebenaran disebut: (1) neraka itu ada; (2) neraka itu kekal. Ajaran Gereja Katolik menyatakan, jiwa orang yang mati dalam keadaan dosa berat, langsung masuk neraka sesudah kematiannya, dan jiwa itu abadi di sana dalam siksa abadi alias – ini istilah – “api abadi”.
Apa yang membuat orang masuk neraka? KGK menyebutnya jelas: “mati dalam keadaan dosa berat”. Catat dua hal ini: (1) mati; (2) dosa berat. Gabungan keduanya membuat orang masuk neraka. Apa dosa berat saja tak membuat orang masuk neraka? Kalau dosa berat itu disesali dan si pelaku mohon ampun kepada Allah, tentulah kalau lalu ia mati, ia tak masuk neraka. Ingat baik-baik, mati dalam keadaan dosa berat adalah yang melemparkan orang ke neraka.
Mati dalam dosa berat berarti berpisah secara abadi dengan Allah. Dosa berat itu mematikan, artinya dosa berat membuat aliran hidup ilahi terhenti; orang terputus hubungannya dengan Allah, sumber hidup. Gambarkan, ibarat ada lampu pijar, dosa berat artinya kabel dari lampu yang menancap di stop kontak dicabut; matilah seketika lampu itu. Dosa berat ibarat “mencabut colokan dari aliran hidup ilahi”.
Gambaran Neraka
Paham kita mengenai neraka perlu diluruskan. Neraka bukan wujud “balas dendam ilahi” kepada manusia. Jangan dibayangkan Allah dengan sengaja mencipta tempat laknat khusus untuk orang-orang jahat yang melawan-Nya, lalu pada akhir zaman Allah marah kepada orang-orang itu dan balas dendam kepada mereka: “Modar kalian, Kumasukkan ke sini!” Hei, bukan! Salah gambaran itu.
Gambaran yang tepat: orang tak mau bersama dengan Allah. Dosa berat kepada Allah, terwujud dalam dosa berat kepada diri dan sesama, membuat orang terputus hubungannya dengan Allah. Jadi, dosa berat adalah “bunuh diri”, orang memutuskan sendiri aliran hidup ilahi kepada dirinya.
Kalau dalam keadaan dosa berat itu seseorang mati tanpa menyesali dosanya dan mohon ampun kepada Allah, maka ia mati dalam keadaan terpisah dari Allah. Orang itu berada dalam keadaan “pengucilan diri” dari persatuan dengan Allah. Gamblangnya, orang itu memilih sendiri untuk “tidak (lagi) bersama Allah”.
Paham tentang neraka harus bertolak dari gambaran itu, dan begitu pulalah Gereja Katolik mengajarkan. KGK no. 1033 mencatat terus terang bahwa neraka adalah “keadaan pengucilan diri secara definitif dari persekutuan dengan Allah dan dengan para kudus”. Gereja mengajarkan bahwa neraka bukan azab atau kutukan atau balas dendam ilahi, melainkan hasil tindakan manusia yang tak mau (lagi) bersama Allah.
** Uraian atas Katekismus Gereja Katolik (KGK) No. 1033-1035
terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati