| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Seri Alkitab INJIL MARKUS 6:51-56


Seri Alkitab
INJIL MARKUS 6:51-56

Mrk. 6:51-52
Lalu Ia naik ke perahu mendapatkan mereka, dan angin pun redalah. Mereka sangat tercengang dan bingung, * sebab sesudah peristiwa roti itu mereka belum juga mengerti, dan hati mereka tetap degil.

Et ascendit ad illos in navem, et cessavit ventus. Et valde nimis intra se stupebant; * non enim intellexerant de panibus, sed erat cor illorum obcaecatum.

Syalom aleikhem.
Begitu Tuhan Yesus naik ke perahu, angin yang tadinya mendorong-dorong perahu berhenti menerpa. Mati angin. Keadaan itu membuat para murid terheran-heran. Baru saja Sang Guru berjalan di atas air tanpa tenggelam, sekarang angin sakal terdiam tanpa daya.

Ungkapan “tercengang dan bingung” menyiratkan keadaan bagai orang hilang akal alias linglung, tak sadar akan apa yang terjadi, tak benar-benar paham. Para murid tak tahu harus bicara dan berbuat apa karena tak mampu memahami sepenuhnya apa yang disaksikan baru saja. Terkandung rasa takut dan kagum sekaligus pada mereka.

Apa arti degil? Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) membantu: ‘tidak mau menuruti nasihat orang; keras kepala; kepala batu’. Dalam hal ini, arti kepala batu ini yang cocok. Dalam bahasa Yunani, frasa yang diterjemahkan “hati mereka tetap degil” berbunyi ‘jantung mereka masih dikeraskan’. Ini kiasan menggambarkan ketakpahaman. Para murid masih tak paham siapa sejatinya Yesus dari Nazaret.

Mukjizat roti bagi 5.000 orang lebih, berjalan di atas air, redanya angin sakal tak membuat para murid mengerti bahwa Tuhan Yesus adalah Putra Allah. Hati mereka tetap saja tertutup, pikiran mereka masih saja tumpul.

Mrk. 6:53-55
Setibanya di seberang Yesus dan murid-murid-Nya mendarat di Genesaret dan berlabuh di situ. * Ketika mereka keluar dari perahu, orang segera mengenal Yesus. * Maka berlari-larilah mereka ke seluruh daerah itu dan mulai mengusung orang-orang sakit di atas tilamnya kepada Yesus, di mana saja kabarnya Ia berada.

Et cum transfretassent in terram, pervenerunt Gennesaret et applicuerunt. * Cumque egressi essent de navi, continuo cognoverunt eum * et percurrentes universam regionem illam coeperunt in grabatis eos, qui se male habebant, circumferre, ubi audiebant eum esse.

Tempat pendaratan berbeda dari tujuan awal, Betsaida. Kini mereka berlabuh di Genesaret. Tampaknya angin sakal membuat arah perahu meleset. Genesaret itu kampung di barat daya Kapernaum. Namanya menjadi nama alias Danau Galilea. Tersurat pada ayat 54, penduduk Genesaret sudah mengenal Tuhan Yesus. Dan, kejadian seperti yang sudah-sudah berulang. Di mana ada Tuhan Yesus, di situ orang datang. Lihat penggambarannya pada ayat 56 di bawah.

Mrk. 6:56
Ke mana pun Ia pergi, ke desa-desa, ke kota-kota, atau ke kampung-kampung, orang meletakkan orang-orang sakit di pasar dan memohon kepada-Nya, supaya mereka diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja. Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh.

Et quocumque introibat in vicos aut in civitates vel in villas, in plateis ponebant infirmos; et deprecabantur eum, ut vel fimbriam vestimenti eius tangerent; et, quotquot tangebant eum, salvi fiebant.

Rev. D. Y. Istimoer Bayu Ajie
Katekis Daring

Sabtu, 22 Februari 2020 Pesta Takhta St. Petrus, Rasul

Sabtu, 22 Februari 2020
Pesta Takhta St. Petrus, Rasul

“Dari seluruh dunia hanya seorang, yaitu Petrus telah dipilih untuk mengetuai panggilan para bangsa, semua rasul dan para Bapa Gereja” (St. Leo Agung)
 

Antifon Pembuka (Luk 22:32)

Tuhan bersabda kepada Simon Petrus, "Aku sudah berdoa bagimu, hai Simon supaya imanmu jangan luntur dan supaya engkau setelah bertobat meneguhkan saudara-saudaramu."

The Lord says to Simon Peter: I have prayed for you that your faith may not fail, and, once you have turned back, strengthen your brothers. 
  
Pada Misa ini ada Madah Kemuliaan 
  
Doa Pembuka

Allah Bapa Mahakuasa, Engkau telah mendirikan Gereja-Mu di atas wadas, dan mendasari iman kami dengan pengakuan iman para rasul. Kami mohon, selamatkanlah kami dan jangan sampai Gereja-Mu digoncangkan oleh kekuatan apa pun. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Surat Pertama Rasul Petrus (5:1-4)
  
  
"Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu."
   
Saudara-saudara yang terkasih, sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak, aku menasihati para penatua di antara kamu: Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan terpaksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu. Maka, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah
 
Mazmur Tanggapan, do = d, 3/2, 2,4, PS 849/646
Ref. Tuhanlah gembalaku, tak'kan kekurangan aku
Ayat. (Mzm 23:1-3.3b-4.5.6; Ul: 1)
1. Tuhan adalah gembalaku, aku tidak kekurangan: 'ku dibaringkan-Nya di rumput yang hijau, di dekat air yang tenang. 'Ku dituntun-Nya di jalan yang lurus demi nama-Nya yang kudus.
2. Sekalipun aku harus berjalan di lembah yang kelam, aku tidak takut akan bahaya, sebab Engkau besertaku; sungguh tongkat penggembalaan-Mu, itulah yang menghibur aku.
3. Kausiapkan hidangan bagiku di hadapan lawanku. Kauurapi kepalaku dengan minyak dan pialaku melimpah.
4. Kerelaan yang dari Tuhan dan kemurahan ilahi, mengiringi langkahku selalu sepanjang umur hidupku. Aku akan diam di rumah Tuhan sekarang dan senantiasa.

Bait Pengantar Injil, PS 959
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Mat 16:18)
Engkau adalah Petrus, di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku, dan alam maut tidak akan menguasainya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (16:13-19)
   
"Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini akan Kudirikan Gereja-Ku."
  
Sekali peristiwa Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi. Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Jawab mereka, “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” Lalu Yesus bertanya kepada mereka, “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Simon Petrus, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus kepadanya, “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus, sebab bukan manusia yang mengatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di surga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini akan Kudirikan Gereja-Ku, dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga, dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di surga.”
Demikianlah Injil Tuhan.
U.Terpujilah Kristus.

Renungan

Banyak orang ingin menjadi orang nomor satu. Mereka ingin menjadi pemimpin dan menduduki takhta kekuasaan tertinggi. Mereka ingin menjadi tuan, bukan menjadi hamba. Mereka ingin dilayani, bukan melayani. Karena itu, tidaklah heran bila hingga zaman ini banyak orang saling berebut takhta kekuasaan.

Lalu siapakah orang nomor satu menurut Yesus? Mereka adalah orang yang menjadi besar dengan cara menjadi kecil. Orang yang mau menjadi terkemuka dengan cara mau melayani sesamanya. Lewat Sabda-Nya hari ini, Yesus mau membantu kita untuk memahami tugas pelayanan Petrus sebagai pemimpin Gereja, Paus Pertama.

Hari ini Gereja merayakan Pesta Takhta Santo Petrus. Gereja merayakan masa kepemimpinan Rasul Petrus. Apa yang membedakan antara takhta yang diduduki oleh Rasul Petrus dan takhta yang banyak diperebutkan oleh banyak orang pada zaman ini? Perbedaannya ialah Petrus memperoleh takhta kepemimpinan sebagai anugerah, pemberian Tuhan semata.

Tuhan memberikan anugerah ini karena pengakuan imannya kepada Yesus bahwa Dia adalah Mesias, Anak Allah yang hidup (Mat 16:16). Itulah sebabnya, kepadanya dinyatakan secara resmi dan agung oleh Yesus, bahwa namanya adalah Petrus atau batu karang; dan di atas batu karang inilah Yesus mau mendirikan Gereja-Nya dan mempercayakan kunci Kerajaan Surga kepadanya (ay. 18-19).

Sebagai pemimpin Gereja, Rasul Petrus telah memberikan keteladanan bagaimana menjadi seorang pemimpin. Ia telah memperlihatkan dirinya sebagai seorang pemimpin yang rendah hati. Ia memimpin jemaatnya dengan tidak mencari keuntungan bagi diri sendiri, melainkan dengan sukarela mengabdikan dirinya seturut kehendak Allah (1Ptr 5:1-4).

Kelemahan dan kekurangan yang ada dalam diri Petrus tidak menghalangi dia untuk semakin kuat dalam iman. Keterbukaan kepada kehendak Allah telah menyingkapkan pintu kasih dan rahmat Allah kepadanya. Pintu kasih dan rahmat itu mengantar dia untuk mengenal apa yang menjadi kehendak Allah pada dirinya.

Semoga kita bisa menjadi orang nomor satu di hadapan Yesus, seperti Rasul Petrus. Semoga kerelaan hati, dan pengabdian diri Rasul Petrus menjadi inspirasi bagi kita dalam menghayati iman dan melayani sesama. (Rm. Harsantyoko, O.Carm/Cafe Rohani)

Antifon Komuni (Bdk. Mat 16:16,18)

Petrus berkata kepada Yesus: Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup.
Dan Yesus menjawab: Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku.

Peter said to Jesus: You are the Christ, the Son of the living God. And Jesus replied: You are Peter, and upon this rock I will build my Church.
 
 
 
 

Seri Liturgi: ALASAN UTAMA BERSYUKUR

KATKIT (Katekese Sedikit) No. 334

Seri Liturgi
ALASAN UTAMA BERSYUKUR

Syalom aleikhem.
Tahukah anda, apakah yang dimaksud “Ekaristi”? Kata “Ekaristi” itu transliterasi (‘penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain’) eukharistia (Yunani) yang berarti ‘mengucap syukur’ kepada Allah. Dalam Ekaristi, ringkasnya, kita bersyukur kepada Allah karena kita telah diberi Putra-Nya yang tunggal, yaitu Tuhan Yesus Kristus.

Alasan bersyukur yang utama dan pertama dalam Ekaristi adalah “karena Tuhan Yesus”.

Tuhan Yesus dilahirkan di Betlehem. Dalam bahasa Ibrani, nama kota itu bermakna ‘rumah roti’. Kalau Betlehem rumah roti, maka Tuhan Yesus adalah roti sebagaimana disabdakan-Nya dalam Yoh. 6:51: “Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.”

Nas itu sejalan dengan bagian tengah doa Bapa Kami yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan: “Berilah kami rezeki pada hari ini.” Terjemahan ini agak mengaburkan istilah roti di sana. Terjemahan Latin berbunyi: “Panem nostrum quotidianum da nobis hodie” yang harafiahnya: ‘Berilah kami roti pada hari ini’.

Bagian sentral Bapa Kami menyebut jelas “roti”. Apa yang dimaksud sesungguhnya? Itulah yang difirmankan dalam Yoh. 6:51 di atas. Roti itu Sang Kristus, alasan utama bersyukur dalam Ekaristi.

Rev. D. Y. Istimoer Bayu Ajie
Katekis Daring

Jumat, 21 Februari 2020 Hari Biasa Pekan VI

Jumat, 21 Februari 2020
Hari Biasa Pekan VI
 
“Aku tidak mau mengabdi Tuhan setengah-setengah” (St. Petrus Damianus)
 
Antifon Pembuka (Mzm 112:1)

Berbahagialah orang yang takwa kepada Tuhan, yang sangat suka akan segala perintah-Nya.

Doa Pembuka

Allah Bapa Mahakuasa, kami bersyukur atas cinta kasih-Mu kepada kami. Bantulah kami untuk mewujudkan iman dengan makin mengasihi sesama. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
 
Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (2:14-24.26) 
 
"Sebagaimana tubuh tanpa roh itu mati, demikian pula iman tanpa perbuatan." 
  
Saudara-saudaraku, apakah gunanya kalau seseorang mengatakan bahwa ia beriman, tetapi tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? Misalnya saja seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari. Kalau seorang di antara kalian berkata kepadanya, “Selamat jalan! Kenakanlah kain panas, dan makanlah sampai kenyang!” Tetapi tidak memberi apa yang diperlukan tubuhnya; apakah gunanya itu? Demikian pula halnya dengan iman. Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya mati. Tetapi mungkin ada orang berkata, “Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan:; aku akan menjawab dia, “Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.” Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah. Itu baik! Tetapi setan-setan pun percaya akan hal itu dan karenanya mereka gemetar. Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? Kalian lihat, bahwa iman bekerja sama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh karena perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. Dengan jalan demikian genaplah ayat yang mengatakan, “Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Karena itulah Abraham disebut ‘Sahabat Allah’. Jadi kalian lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman. Sebab sebagaimana tubuh tanpa roh itu mati, demikian pula iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Berbahagialah orang yang suka akan perintah Tuhan.
Ayat. (Mzm 112:1-2.3-4.5-6; R:1)
1. Berbahagialah orang yang takwa pada Tuhan, yang sangat suka akan segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; keturunan orang benar akan diberkati.
2. Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap dikenang selama-lamanya. Bagi orang benar ia bercahaya laksana lampu di dalam gelap, ia pengasih dan penyayang serta berlaku adil.
3. Orang baik menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, ia melakukan segala urusan dengan semestinya. Orang jujur tidak pernah goyah, ia akan dikenang selama-lamanya.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya.
Ayat. (Yoh 15:15b) 
Kalian Kusebut sahabat-sahabat, sebab kepada kalian Kusampaikan apa saja yang Kudengar dari Bapa. Alleluya.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:34-9:1)
  
"Barangsiapa kehilangan nyawa demi Aku dan Injil, akan menyelamatkan nyawanya." 
  
Pada suatu ketika Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya, dan berkata kepada mereka, “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, harus menyangkal diri, memikul salibnya, dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkan nyawanya. Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia, tetapi kehilangan nyawanya? Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Kalau seseorang malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, maka Anak Manusia pun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus.” Kata Yesus lagi kepada mereka, “Aku berkata kepadamu: Sungguh, di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat kerajaan Allah datang dengan kuasa.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
 
Renungan

  

Ajakan Yesus menyangkal diri, memikul salib dan mengikuti Dia adalah cara bagaimana kita tetap bertahan dalam pelayanan meskipun tidak dihargai. Dengan demikian, kita tetap mengorbankan seluruh diri kita yaitu waktu, tenaga, pikiran, hati dan bahkan nyawa kita sendiri. Bentuk pelayanan yang seperti inilah yang bisa dikatakan pelayanan yang sungguh-sungguh murah hati dan tidak memperhitungkan perasaan dan kepentingan pribadi karena sebuah pelayanan yang murah hati tidak pernah menghitung-hitung untung dan rugi atau suka dan tidak suka.
  
St. Ambrosius berkata: kesombongan telah mengubah malaikat menjadi setan; kerendahan hati menghantar orang biasa menjadi orang kudus, santo atau santa. Kesombongan mendorong kita untuk melawan Perintah Allah; kerendahan hati mendesak kita untuk mengikuti kehendakNya. Orang sombong ingin dipuji; orang rendah hati berusaha menyembunyikan kebaikan yang dilakukan.”

Penyangkalan diri atau berani mengatakan “tidak” membutuhkan suatu pendasaran kuat, yaitu iman. Inilah salah satu ujian bagi kedalaman iman seseorang. Tidak jarang orang berpengaruh dan tergoda untuk membuat suatu perbuatan yang merugikan iman. Tidak jarang orang berbuat dosa karena tidak berani mengatakan “tidak” pada dirinya. Bahkan, tidak jarang seorang Katolik pergi meninggalkan Gereja, karena tidak berani mengatakan “tidak” pada pengaruh orang lain. 
   
Antifon Komuni (Markus 8:36)
 
Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi kehilangan nyawanya?" 

Murid Kristus harus mempertahankan iman dan harus hidup darinya, harus mengakuinya, harus memberi kesaksian dengan berani dan melanjutkannya; Semua orang harus “siap-sedia mengakui Kristus di muka orang-orang, dan mengikuti-Nya menempuh jalan salib di tengah penganiayaan, yang selalu saja menimpa Gereja” (Lumen Gentium 42, Bdk. Dignitatis Humanae 14). Pengabdian dan kesaksian untuk iman sungguh perlu bagi keselamatan: “Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di surga. Tetapi barang siapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di surga” (Mat 10:32-33). (Katekismus Gereja Katolik, 1816) 
 
 
 
  
   
RENUNGAN PAGI

Seri Katekismus: ARTI LITURGI

KATKIT (Katekese Sedikit) No. 333

Seri Katekismus
ARTI LITURGI

Syalom aleikhem.
Kita masuk Katekismus Gereja Katolik (KGK) Bagian II: “Perayaan Misteri Kristen”.

Dalam iman Gereja Kristen yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik (dikenal dengan nama singkat “Gereja Katolik”), sebagaimana tertera dalam kredonya, Allah yang esa adalah Allah Tritunggal Mahakudus. Allah mengawali karya agung di tengah umat Perjanjian Lama, lalu membentuk umat Perjanjian Baru (Gereja). Karya agung Allah dipuncaki oleh Kristus dengan Paskah-Nya: sengsara-wafat, kebangkitan, dan kenaikan ke surga.

Peristiwa-peristiwa itu disebut dengan istilah “misteri Paskah”. Gereja merayakan misteri Paskah di dalam liturgi. Untuk apa? KGK no. 1068 menerangkan: (1) umat hidup dari misteri Paskah, (2) umat memberi kesaksian tentangnya kepada dunia. Ringkasnya, liturgi dirayakan untuk “memberi makan umat Allah” supaya “umat dapat bersaksi di dunia”.

Di dalam liturgi pula, misteri Paskah dirayakan dan diwartakan. Dirayakan, sebab misteri itu penting sekali bagi keselamatan dunia. Diwartakan, sebab misteri itu harus dikenal oleh dunia, terutama oleh umat Allah Perjanjian Baru.

Arti Liturgi

Kata “liturgi” dalam sejarah awalnya adalah kata sehari-hari. Kata itu berarti ‘karya publik’, dapat disejajarkan dalam bahasa kita: ‘kerja bakti’; juga berarti ‘pelayanan dari rakyat dan untuk rakyat’. Lalu, kata itu diambil alih oleh iman Kristen untuk menandai bahwa umat ikut ambil bagian dalam “karya Allah”. Akhirnya, secara khusus, liturgi digunakan untuk menyebut “perayaan ibadat”, meski juga mencakup “pewartaan” dan “pelayanan kasih”.

Dengan demikian, liturgi digunakan untuk menyebut: (1) penyembahan, (2) pewartaan, (3) pelayanan kasih. Pertama-tama liturgi adalah karya Kristus sebagai imam, nabi, dan raja; jadi bukan karya umat manusia.

Di dalam liturgi, umat manusia dikuduskan oleh Kristus Sang Imam. Pengudusan dilakukan dengan tanda-tanda jasmaniah: mencakup gerak, benda, dsb. Contoh: Hosti Suci diubah oleh Roh Kudus menjadi Tubuh Kristus karena doa imam dengan gerak tertentu dan ada hosti sebagai benda yang dikonsekrasikan.

Liturgi: Puncak dan Sumber

Liturgi tak mencakup seluruh kehidupan Gereja Katolik. Ada segi lain yang mendahului adanya liturgi, yaitu penginjilan, iman, dan pertobatan. Orang harus mengenal Injil lebih dulu, baru beriman dan bertobat menuju hidup baru dalam Roh Kudus.

Meski tak mencakup seluruh segi kehidupan Gereja, liturgi itu puncak yang dituju oleh kegiatan Gereja dan menjadi sumbernya. Puncak, karena segala kegiatan Gereja pada akhirnya bermuara pada liturgi, dipersembahkan dalam liturgi. Sumber, karena segala kegiatan Gereja pada gilirannya menimba kekuatan dari liturgi.

** Ringkasan atas Katekismus Gereja Katolik No. 1066-1075

Rev. D. Y. Istimoer Bayu Ajie
Katekis Daring

Kamis, 20 Februari 2020 Hari Biasa Pekan VI

Kamis, 20 Februari 2020
Hari Biasa Pekan VI
   
“Hendaklah lidahmu hanya mengatakan apa yang benar, dan hendaklah hukum Allah selalu ada di dalam hatimu” (St. Ambrosius)
  

Antifon Pembuka (Kej 9:9.11.13)
  
Aku mengadakan perjanjian dengan kalian dan keturunanmu. Sejak kini segala yang hidup takkan dilenyapkan air bah, dan takkan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi. Busur-Ku akan Kutempatkan di awan sebagai tanda perjanjian antara Aku dan bumi.
  
Doa Pembuka
   

Allah Bapa Yang Mahabaik, kami bersyukur atas perlindungan dan berkat-Mu. Semoga kami berani menolong orang-orang yang terpinggirkan, sebagai tanda bahwa Engkau masih berkarya di tengah kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
  
Sikap memandang muka itu keliru, bahkan dosa! Sikap seperti itu melanggar ajaran “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. Bukan hanya kasih, tetapi iman juga menentangnya.
   

Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (2:1-9)
   

Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka. Sebab, jika ada seorang masuk ke dalam kumpulanmu dengan memakai cincin emas dan pakaian indah dan datang juga seorang miskin ke situ dengan memakai pakaian buruk, dan kamu menghormati orang yang berpakaian indah itu dan berkata kepadanya: "Silakan tuan duduk di tempat yang baik ini!", sedang kepada orang yang miskin itu kamu berkata: "Berdirilah di sana!" atau: "Duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku!", bukankah kamu telah membuat pembedaan di dalam hatimu dan bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat? Dengarkanlah, hai saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia? Tetapi kamu telah menghinakan orang-orang miskin. Bukankah justru orang-orang kaya yang menindas kamu dan yang menyeret kamu ke pengadilan? Bukankah mereka yang menghujat Nama yang mulia, yang oleh-Nya kamu menjadi milik Allah? Akan tetapi, jikalau kamu menjalankan hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri", kamu berbuat baik. Tetapi, jikalau kamu memandang muka, kamu berbuat dosa, dan oleh hukum itu menjadi nyata, bahwa kamu melakukan pelanggaran.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Orang tertindas berseru, dan Tuhan mendengarkannya
Ayat. (Mzm 34:2-3.4-5.6-7)

1. Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu; puji-pujian kepada-Nya selalu ada di dalam mulutku. Karena Tuhan jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.
2. Muliakanlah Tuhan bersama dengan daku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya. Aku telah mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan daku dari segala kegentaranku.
3. Tujukanlah pandangan-Mu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu. Orang yang tertindas itu berseru, dan Tuhan mendengarkan; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah roh dan kehidupan. Pada-Mulah sabda kehidupan kekal.
 
Petrus dipuji, karena pengakuan imannya; dan dia dicela dengan amat kasar (enyahlah iblis!), karena menolak salib Kristus sebagai jalan kemuliaan-Nya. Misteri salib hanya bisa dipahami oleh orang yang mengenal Kristus secara tepat, personal, dan intensif. Tanpa pengenalan sekualitas itu, kita tak ubahnya seperti Petrus yang ditegur sebagai iblis!
 

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (8:27-33)


Pada suatu hari Yesus bersama murid-murid-Nya pergi ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, “Kata orang, siapakah Aku ini?” Para murid menjawab, “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi.” Yesus bertanya lagi kepada mereka, “Tetapi menurut kamu, siapakah Aku ini?” Maka Petrus menjawab, “Engkaulah Mesias!” Dan Yesus melarang mereka dengan keras, supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun tentang Dia. Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan. Ia akan ditolak oleh para tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh, dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegur-Nya. Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, katanya, “Enyahlah Iblis! Sebab Engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan


Tidak tahan dan tidak mau menderita. Itulah pengalaman umum manusiawi kita. Ada orang yang maunya serba enak, tidak bayar, dan tidak usah banyak kerja. Tiap hari, orang itu cuma kunjungan ke sana ke mari agar mendapat hidangan dan ditraktir, tetapi orang lain ya lama-lama tahu juga. Ada juga karyawan, ketika masih dikontrak sangat rajin, tetapi begitu diangkat menjadi pegawai tetap, orang itu malas keijanya. Datang telat atau sekurang-kurangnya hanya untuk fingerprint, lalu pergi entah ke mana dan siang-siang baru muncul untuk finger print saat pulang. Kalaupun di kantor, orang tersebut cuma baca-baca koran atau berita di internet.

Sikap tidak mau sengsara dan hanya suka enaknya saja ternyata juga dapat menghinggapi para murid Kristus. Ketika Yesus menyatakan apa yang akan terjadi dengan diri-Nya, yakni akan ditolak oleh para tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari, Petrus menarik Yesus dan menegur-Nya. Dalam Injil hari ini, Yesus mewahyukan diri-Nya sebagai Mesias atau Kristus, tetapi Mesias yang harus menderita sengsara. Bahwa Yesus juga mengatakan tiga hari kemudian akan bangkit, pikiran para murid sudah tidak nyampai. Bahwa setelah sengsara dan wafat, Yesus akan bangkit tidak masuk ke dalam pikiran para murid pada waktu itu. Petrus dan teman-teman seolah mau berkata kepada Tuhan, “Tuhan, kami ini mengikuti Engkau bukan untuk menderita, bukan untuk bernasib celaka, tetapi kami ingin senang dan mulia, kami ingin menjadi orang yang dihormati.” Namun, Yesus kemudian menghardik Petrus dengan kata-kata yang sangat keras, “Enyahlah iblis! Sebab Engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”

Tidak sedikit dari kita, orang-orang, yang tidak pernah dapat mengerti mengapa menjadi pengikut Yesus justru harus menderita sengsara dalam hidup ini. Bisa saja memang sengsara orang kristiani terjadi melalui penganiayaan orang Kristen di beberapa tempat di dunia ini. Akan tetapi, secara sosial, penderitaan orang kristiani dapat dialami melalui perlakuan diskriminatif dari kelompok masyarakat tertentu atau pemerintah daerah tertentu, atau institusi tertentu. Sulitnya membangun gedung gereja.

Adanya nama baptis menyebabkan orang kristiani tidak dapat naik jenjang karier di tata pemerintahan dan .masyarakat, Namun, ini semua umum sifatnya. Penderitaan kita sebagai orang kristiani justru terjadi secara sangat sehari-hari, ketika kita harus mampu mengasihi dan mengampuni orang-orang yang bersalah kepada kita, ketika kita dapat bersabar kepada orang yang bikin jengkel, dan saat kita tetap bertekun dengan pekerjaan utama kita yang barangkali kering dan membosankan tetapi perlu; seperti mengoreksi ujian kalau kita guru.  

  
  
Antifon Komuni (Mrk 8:31)
 
Putra Manusia harus menanggung banyak penderitaan, ditolak para tua-tua, imam kepala, dan ahli Taurat, lalu dibunuh, tetapi bangkit sesudah tiga hari. 
 
 
EM/INSPIRASI BATIN 2020

Seri Alkitab INJIL MARKUS 6:48-50

KATKIT (Katekese Sedikit) No. 332

Seri Alkitab
INJIL MARKUS 6:48-50

Mrk. 6:48
Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka.

Et videns eos laborantes in remigando, erat enim ventus contrarius eis, circa quartam vigiliam noctis venit ad eos ambulans super mare et volebat praeterire eos.

Syalom aleikhem.
Tuhan Yesus masih di bukit, para murid sudah di tengah danau dengan perahu. Tuhan melihat para murid mengalami kesulitan dalam perjalanan. Mungkinkah tengah malam buta Tuhan melihat dengan jelas dari atas bukit yang jaraknya jauh dari perahu para murid? Tentu Injil sedang bicara mengenai kuasa-Nya. Melihat di sini bukan harafiah dalam arti “dengan mata kepala sendiri”, melainkan “mengetahui”. Jarak dan waktu tak menghalangi kuasa-Nya.

Angin sakal itu apa? Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan: ‘angin yang bertiup dari arah haluan kapal (berlawanan dengan arah kapal)’. Terjemahan Latin menulis ventus contrarius, ‘angin yang melawan’. Para murid berjuang melawan angin. Maju sedikit saja sulit, bisa-bisa malah perahu terdesak mundur dan mundur lagi.

Istilah dalam bahasa Yunani yang diterjemahkan “jam tiga malam” berbunyi ‘waktu jaga keempat pada malam’. Latinnya quartam vigiliam noctis. Quartam itu ‘keempat’, vigiliam ‘berjaga’, noctis ‘malam’. Injil menyebut “kira-kira” (Latin: circa), jadi tak persis pada pukul tertentu.

Apa itu “waktu jaga” (Latin: vigilia)? Zaman itu, bangsa Yunani dan Romawi membagi waktu jaga pada malam (pukul 18 sampai pukul 6 pagi) menjadi empat, masing-masing berdurasi 3 jam. Waktu jaga I: pukul 18-21, II: 21-24, III: 00-03, IV: 03-06.

Secara harafiah memang Tuhan berjalan di atas air. Jadi, air itu bagai tanah keras, diinjak tak ambles. Itulah mujizat. Air bukan halangan bagi Tuhan untuk berjalan.

Ungkapan “hendak melewati” bermakna ganda: (1) Tuhan seakan-akan mau mendahului (menyalip); (2) Tuhan mau bergabung di atas perahu. Apapun tafsiran, inti sama: Tuhan mendekati mereka.

Mrk. 6:49-50
Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia adalah hantu, lalu mereka berteriak-teriak, * sebab mereka semua melihat Dia dan mereka pun sangat terkejut. Tetapi segera Ia berkata kepada mereka: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!”

At illi, ut viderunt eum ambulantem super mare, putaverunt phantasma esse et exclamaverunt; * omnes enim eum viderunt et conturbati sunt. Statim autem locutus est cum eis et dicit illis: “ Confidite, ego sum; nolite timere! ”.

Dalam pikiran para murid, mustahil manusia berjalan di atas air. Itulah alasannya mengapa mereka berteriak-teriak. Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK) menerjemahkan dengan “menjerit-jerit ketakutan”. Apakah para murid ketakutan? Ya. Karena itu, pada ayat 50 dituliskan, Tuhan mengatakan “jangan takut”.

Kata Yunani yang diterjemahkan “hantu” berbunyi phantasma, begitu juga Latinnya. Kata ini diserap ke dalam bahasa Inggris phantasm yang artinya ‘sesuatu yang terlihat namun tak punya kenyataan jasmani’.

Rev. D. Y. Istimoer Bayu Ajie
Katekis Daring

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy