| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Senin, 26 April 2021 Hari Biasa Pekan IV Paskah

 


Senin, 26 April 2021
Hari Biasa Pekan IV Paskah

"Barangsiapa mengikuti Yesus dengan hati tak terbagi, ia diberi makan di padang rumput yang selalu hijau." (St. Gregorius Agung)

Antifon Pembuka (Rm 6:9)

Kristus yang bangkit dari alam maut takkan wafat lagi. Maut takkan menguasai-Nya lagi. Alleluya.

Doa Pembuka

Allah Bapa kami yang mahamulia, Engkau tiada memberi nama lain, di mana terdapat kebebasan dan kedamaian, selain nama Yesus, Gembala dan Pembimbing kami. Kami mohon, semoga sabda-Nya memenuhi kami dengan nafas kehidupan-Mu yang suci. Dengan pengantaraan Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.
     

Bacaan dari Kisah Para Rasul (11:1-18)

"Jadi kepada bangsa-bangsa lain pun Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup."

Rasul-rasul dan saudara-saudara di Yudea mendengar, bahwa bangsa-bangsa lain juga menerima firman Allah. Ketika Petrus tiba di Yerusalem, orang-orang dari golongan yang bersunat berselisih pendapat dengan dia. Kata mereka: "Engkau telah masuk ke rumah orang-orang yang tidak bersunat dan makan bersama-sama dengan mereka." Tetapi Petrus menjelaskan segala sesuatu berturut-turut, katanya: "Aku sedang berdoa di kota Yope, tiba-tiba rohku diliputi kuasa ilahi dan aku melihat suatu penglihatan: suatu benda berbentuk kain lebar yang bergantung pada keempat sudutnya diturunkan dari langit sampai di depanku. Aku menatapnya dan di dalamnya aku lihat segala jenis binatang berkaki empat dan binatang liar dan binatang menjalar dan burung-burung. Lalu aku mendengar suara berkata kepadaku: Bangunlah, hai Petrus, sembelihlah dan makanlah! Tetapi aku berkata: Tidak, Tuhan, tidak, sebab belum pernah sesuatu yang haram dan yang tidak tahir masuk ke dalam mulutku. Akan tetapi untuk kedua kalinya suara dari sorga berkata kepadaku: Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram! Hal itu terjadi sampai tiga kali, lalu semuanya ditarik kembali ke langit. Dan seketika itu juga tiga orang berdiri di depan rumah, di mana kami menumpang; mereka diutus kepadaku dari Kaisarea. Lalu kata Roh kepadaku: Pergi bersama mereka dengan tidak bimbang! Dan keenam saudara ini menyertai aku. Kami masuk ke dalam rumah orang itu, 13 dan ia menceriterakan kepada kami, bagaimana ia melihat seorang malaikat berdiri di dalam rumahnya dan berkata kepadanya: Suruhlah orang ke Yope untuk menjemput Simon yang disebut Petrus. Ia akan menyampaikan suatu berita kepada kamu, yang akan mendatangkan keselamatan bagimu dan bagi seluruh isi rumahmu. Dan ketika aku mulai berbicara, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, sama seperti dahulu ke atas kita. Maka teringatlah aku akan perkataan Tuhan: Yohanes membaptis dengan air, tetapi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus. Jadi jika Allah memberikan karunia-Nya kepada mereka sama seperti kepada kita pada waktu kita mulai percaya kepada Yesus Kristus, bagaimanakah mungkin aku mencegah Dia?" Ketika mereka mendengar hal itu, mereka menjadi tenang, lalu memuliakan Allah, katanya: "Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = d, 2/2, PS 843
Ref. Jiwaku, haus, pada-Mu Tuhan, ingin melihat wajah Allah.
Ayat. (Mzm 42:2-3; 43:3-4)
1. Seperti rusa merindukan sungai berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus akan Allah, akan Allah yang hidup! Bilakah aku boleh datang melihat Allah.
2. Suruhlah terang dan kesetiaan-Mu datang, supaya aku dituntun dan dibawa ke gunung-gunung yang kudus dan ke tempat kediaman-Mu!
3. Maka aku dapat pergi ke mezbah Allah, menghadap Allah, sukacita dan kegembiraanku, dan bersyukur kepada-Mu dengan kecapi, ya Allah, ya Allahku!

Bait Pengantar Injil, do = f, 4/4, PS 956
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Yoh 10:14)
Akulah gembala yang baik, sabda Tuhan, Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku.
    

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (10:1-10)
    
"Akulah pintu kepada domba-domba."
     
Sekali peristiwa Yesus berkata kepada orang-orang Farisi, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok; tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. Untuk dia penjaga membuka pintu, dan domba-domba mendengarkan suaranya; ia memanggil dombanya, masing-masing menurut namanya, dan menuntunnya ke luar. Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-dombanya itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal.” Itulah yang dikatakan Yesus dalam perumpamaan kepada mereka, tetapi mereka tidak mengerti apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka. Maka kata Yesus sekali lagi, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu kepada domba-domba itu. Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka. Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat; ia akan masuk dan keluar, dan menemukan padang rumput. Pencuri datang hanya untuk mencuri, membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
   
Renungan
 
Setiap kali kita berbicara tentang makanan, kita membicarakannya seolah-olah kita hidup untuk makan. Oh, tentunya kita menyukai makanan yang enak dan merupakan kenikmatan setiap kali kita dapat menikmati makanan yang lezat dan memuaskan.

Tapi pada dasarnya, makanan adalah untuk rezeki kita dan sangat penting untuk kelangsungan hidup kita. Dengan kata lain, kita makan untuk hidup, dan bukan sebaliknya.

Pada bacaan pertama, Petrus sepertinya memiliki visi tentang makanan, karena dia melihat selembar kertas besar dengan segala jenis binatang dan binatang buas, segala sesuatu yang mungkin bisa berjalan, merangkak atau terbang.

Dan kemudian sebuah suara menyuruhnya untuk membunuh dan makan, tetapi dia memprotes dengan aturan pantang agamanya, bahwa tidak ada yang najis atau najis yang pernah terlintas di bibirnya.

Dan kemudian datang wahyu ketika suara dari surga mengatakan kepadanya:  Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram!

Tetapi sebelum kita mulai memikirkan tentang pantangan makanan religius dan bahkan mereka yang vegetarian, visi itu diperlukan untuk Petrus dan diperlukan untuk Gereja perdana.

Itu untuk membuka pikiran Petrus untuk dikirim ke orang kafir, yang bukan Yahudi, dan dia tidak bisa melihat mereka sebagai orang yang harus dihindari.

Itu juga membuka pikiran orang-orang yang mengkritik Petrus karena bergaul dengan orang-orang kafir dan makan bersama mereka.

Dan ini juga mengingatkan kita bahwa yang mempersatukan kita jauh lebih besar daripada yang memisahkan kita.

Ini juga mengingatkan kita bahwa saat kita datang untuk Ekaristi, kita telah datang ke altar Tuhan. Marilah kita kesampingkan apa yang memisahkan kita agar kita dapat dipersatukan dengan Tuhan dalam perjamuan kudus ini.

Yesus datang agar kita dapat memiliki hidup dan hidup dengan penuh. Sewaktu kita mengambil perjamuan sakral ini, semoga kita juga dikuatkan untuk bekerja demi persatuan di dalam Gereja dan juga di luar Gereja.
          
Antifon Komuni (Yoh 20:19)
 
Yesus berdiri di tengah-tengah para murid dan berkata, "Salam damai bagimu sekalian!" Alleluya. 
   
Doa Malam       
 
Yesus, Gembala yang baik, menjelang istirahat malam ini kami bersyukur atas kegembalaan-Mu yang sejati, yang telah kami rasakan sepanjang hari ini. Kami juga bersyukur atas penyertaan-Mu sepanjang perjalanan hidup kami di bulan April yang akan segera berakhir ini. Terima kasih Tuhan dan jagailah kami dalam istirahat malam ini. Amin.
 
  
"Gereja adalah kandang domba, dan satu-satunya pintu yang harus dilalui ialah Kristus Bdk. Yoh 10:1-10.. Gereja juga kawanan, yang seperti dulu telah difirmankan Bdk. Yes 40:11, Yeh 34:11-31., akan digembalakan oleh Allah sendiri. Domba-dombanya, meskipun dipimpin oleh gembala-gembala manusiawi, namun tiada hentinya dibimbing dan dipelihara oleh Kristus sendiri, Sang Gembala Baik dan Pemimpin para gembala Bdk. Yoh 10:11; 1 Ptr 5:4., yang telah merelakan hidup-Nya demi domba-domba" (LG 62) Bdk. Yoh 10:11-15. (Katekismus Gereja Katolik, 754)
 
RENUNGAN PAGI

Doa Bagi Keselamatan Awak KRI Nanggala 402

 Doa Bagi Keselamatan Awak KRI Nanggala 402

Tuhan Allah yang Maharahim dan penuh belas kasih, bagi-Mu tidak ada  yang mustahil.

.

Hidup dan mati kami ada dalam kuasa-Mu. Perkenankanlah kami mohon ya Tuhan rahmat dan karunia-Mu bagi ke 53 ABK KRI Nanggala 402, para ksatria “ Hiu Kencana:, agar mereka selamat dan dapat diketemukan di perairan laut Bali.

.

Kami berdoa pula bagi upaya pencarian dan penyelamatan yang dilakukan oleh pemerintah dan TNI dan segenap unsur terkait baik dari dalam dan luar negeri agar upaya mereka dapat membuahkan hasil saat ini.

.

Jadikanlah kami semua percaya pada penyelanggaraan-Mu, sehingga peristiwa ini juga mengingatkan kami akan kekurangan kami, kelemahan kami dan ketakberdayaan kami.

.

Hanya pada Engkaulah Ya Allah Bapa Tuhan kami tempat kami bersandar, tempat kami memohonkan ampun serta pertolongan.

.

Kuatkanlah iman kami agar boleh tetap terus berjuang bagi nyawa prajurit terbaik TNI AL, sebagaimana mereka menghidupi semangat : Tabah sampai akhir…

.

Kami serahkan perjuangan, segenap usaha sekaligus untaian doa kami ini kepadaMu karena kami percaya Engkau senangtiasa memelihara bahkan melindungi jiwa-jiwa setiap orang yang dengan tekun dan setia melaksanakan pekerjaan-Mu menjaga tanah air kami tercinta Indonesia

.

Amin

.

Sumber: Karya Kepausan Indonesia


. #prayfornanggala402

Minggu, 25 April 2021 Hari Minggu Paskah IV

Minggu, 25 April 2021
Hari Minggu Paskah IV

Imam yang saleh adalah imam yang menyadari siapakah dirinya, secara obyektif dan ontologis: “alter Christus” (Kristus yang lain), dan yang mencoba dengan rahmat Allah untuk menjadi setiap hari lebih “alter Christus” juga di akal budinya, intensinya, perkataannya dan perbuatannya menurut semangat dan contoh dari Kristus, Imam Kekal, Gembala yang baik, yang menyerahkan dirinya untuk keselamatan kekal jiwa manusia, yang tidak mencari keuntungannya sendiri, tapi seluruhnya demi kemuliaan Allah dan kebaikan rohani dari jiwa-jiwa. Dan bantuan yang paling besar di proses ini adalah, ketika ia setiap hari merayakan dengan iman dan cinta yang dalam terhadap Kurban Misa Kudus. (Athanasius Schneider ORC, uskup auxiliary Astana, Kazakhstan dan uskup titular Celerina.)

Antifon Pembuka (Mzm 33:5-6)

Bumi penuh dengan kasih setia Tuhan, oleh Firman Tuhan langit dijadikan, alleluya.

The merciful love of the Lord fills the earth; by the word of the Lord the heavens were made, alleluia.

Misericordia Domini plena est terra, alleluia: verbo Dei cæli firmati sunt, alleluia, alleluia.


Doa Pembuka

   
Ya Allah, dalam diri Yesus Kristus, Putra-Mu yang telah wafat dan bangkit, Engkau telah membuka jalan keselamatan bagi kami. Kami mohon, berilah kami keberanian untuk mengikuti jejak-Nya, mencintai sesama secara tulus kendati harus disertai dengan pengorbanan. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
   
Bacaan dari Kisah Para Rasul (4:8-12)
    
 
"Hanya Yesuslah sumber keselamatan."
      
Tatkala dihadapkan Mahkamah Agama Yahudi karena telah menyembuhkan seorang lumpuh, Petrus, yang penuh dengan Roh Kudus berkata, "Hai pemimpin-pemimpin umat dan tua-tua, jika kami sekarang harus diperiksa karena suatu kebajikan kepada seorang sakit dan harus menerangkan dengan kuasa manakah orang itu disembuhkan, maka ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel, bahwa semua itu kami lakukan dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi dibangkitkan Allah dari antara orang mati. Karena Yesus itulah orang ini sekarang berdiri dengan sehat di depan kamu. Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan yaitu kamu sendiri, namun ia telah menjadi batu penjuru. Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = f, 2/2, PS 824
Ref. Tangan kanan Tuhan telah memperlihatkan kekuatan. Tangan kanan Tuhan telah menjunjungku. Maka aku tak akan mati, melainkan hidup abadi.
Ayat. (Mzm 118:1.8-9.21-23.26.28.29)
1. Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Kekal abadi kasih setia-Nya! Lebih baik berlindung pada Tuhan, daripada percaya kepada manusia. Lebih baik berlindung pada Tuhan daripada percaya kepada para bangsawan.
2. Aku bersyukur kepada-Mu, sebab Engkau telah menjawab aku dan telah menjadi keselamatanku. Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita.
3. Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan! Kami memberkati kamu dari dalam rumah Tuhan. Allahkulah Engkau, aku hendak bersyukur kepada-Mu, Allahku, aku hendak meninggikan Dikau. Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Kekal abadi kasih setia-Nya.

Bacaan dari Surat Pertama Rasul Yohanes (3:1-2)
   
"Kita melihat Yesus dalam keadaan-Nya yang sebenarnya."
    
Saudara-saudara terkasih, lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Allah. Saudara-saudaraku yang terkasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata bagaimana keadaan kita kelak. Akan tetapi kita tahu bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah

Bait Pengantar Injil, do = f, gregorian, PS 959
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Yoh 10:14)
Akulah gembala yang baik, sabda Tuhan; Aku mengenal domba-domba-Ku, dan domba-domba-Ku mengenal Aku.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (10:11-18)
      
"Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya."
       
Pada suatu hari Yesus berkata kepada orang-orang Farisi, "Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu. Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu. Akulah gembala yang baik. Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku. Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga; mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala! Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
 
Renungan

  
Hari ini, saat kita merayakan Minggu Paskah IV, kita mendengar sekali lagi apa yang Yesus katakan tentang diri-Nya - Akulah gembala yang baik. 
   
Gembala yang baik adalah yang memberikan nyawanya untuk dombanya. Dan pada Minggu Paskah IV, Gereja juga menyoroti promosi panggilan ke imamat. 
  
Gereja menggemakan suara Gembala Baiknya dalam memanggil mereka yang mendengar suara-Nya untuk mengikuti-Nya dan menyerahkan hidup mereka dalam pelayanan bagi Tuhan dan umat-Nya. 
   
Tetapi dengan penurunan drastis jumlah panggilan menjadi imamat dan juga kehidupan religius, kita mungkin bertanya-tanya apakah Gembala yang Baik telah berhenti memanggil. Jadi, apakah Yesus berhenti memanggil? Atau apakah kita sudah berhenti mendengarkan? 
   
Fakta bahwa Gereja dipanggil menjadi tanda keselamatan berarti bahwa Tuhan akan selalu menyediakan bagi Gereja. Di setiap zaman dan dari satu generasi ke generasi berikutnya, Tuhan akan selalu memanggil mereka yang telah Dia pilih menjadi imam untuk menjadi gembala kawanan domba Tuhan. 
   
Tetapi menyerahkan nyawa untuk melayani orang lain membutuhkan pengorbanan. Dalam hal membuat pengorbanan, kecenderungannya adalah kita mengharapkan orang lain untuk berkorban, tetapi bukan kita. 
   
Suara dunia mengatakan bahwa pengorbanan adalah untuk yang kalah. Dunia ingin dilayani dan bukan untuk dilayani. 
   
Tetapi suara Yesus mengatakan kepada kita bahwa Dia datang untuk melayani dan bukan untuk dilayani dan bahkan menyerahkan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang. 
   
Jadi dapat dikatakan bahwa keselamatan banyak orang bergantung pada pengorbanan beberapa, sedikit yang dipanggil dan dipilih.
 
Hanya sedikit yang dipanggil dan dipilih, dan ketika sedikit itu membuat pengorbanan untuk menyerahkan hidup mereka dalam kasih dan pelayanan, maka banyak yang akan diberkati, dan banyak yang akan diselamatkan.   [RENUNGAN PAGI]

Antifon Komuni

Telah bangkit Gembala Baik yang menyerahkan nyawa untuk domba-domba-Nya dan rela mati untuk kawanan-Nya, alleluya.

The Good Shepherd has risen, who laid down his life for his sheep and willingly died for his flock, alleluia.

Atau (Yoh 10:14)

Ego sum pastor bonus, alleluia: et cognosco oves meas, et cognoscunt me meæ alleluia, alleluia.

Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku

 

Sabtu, 24 April 2021 Hari Biasa Pekan III Paskah

 

Sabtu, 24 April 2021
Hari Biasa Pekan III Paskah
            
Tubuh Kristus memberi hidup kepada mereka yang bersatu dengan Dia. (St. Sirilus dari Aleksandria)
    
Antifon Pembuka (lih. Kol 2:12)
     
Kita dikubur bersama Kristus dalam pembaptisan dan dibangkitkan bersama dengan Dia pula berkat kepercayaan kita akan kuasa Allah, yang telah membangkitkan Kristus dari alam maut. Alleluya.
       
Doa Pembuka
      
Allah Bapa Mahabaik, dalam pembaptisan Engkau memberi hidup baru bagi orang yang percaya kepada-Mu. Lindungilah kami semua, yang dilahirkan kembali dalam Kristus dan dibebaskan dari kesesatan. Semoga kami semakin setia memelihara rahmat-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
               
Bacaan dari Kisah Para Rasul (9:31-42)
    
"Jemaat dibangun, dan jumlahnya makin bertambah besar, oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus."
   
Selama beberapa waktu setelah Saulus bertobat, jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus. Pada waktu itu Petrus berjalan keliling, mengadakan kunjungan kemana-mana. Dalam perjalanan itu ia singgah juga kepada orang-orang kudus yang di Lida. Di situ didapatinya seorang bernama Eneas, yang telah delapan tahun terbaring di tempat tidur karena lumpuh. Kata Petrus kepadanya, “Eneas, Yesus Kristus menyembuhkan engkau; bangunlah dan bereskanlah tempat tidurmu!” Seketika itu juga bangunlah orang itu. Semua penduduk Lida dan Saron melihat dia, lalu mereka berbalik kepada Tuhan. Di Yope ada seorang murid perempuan bernama Tabita, dalam bahasa Yunani: Dorkas. Perempuan itu banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah. Tetapi pada waktu itu ia sakit lalu meninggal. Dan setelah dimandikan, mayatnya dibaringkan di ruang atas. Adapun Lida dekat dengan Yope. Maka ketika murid-murid mendengar bahwa Petrus ada di Lida, mereka menyuruh dua orang kepadanya dengan permintaan, “Segeralah datang ke tempat kami.” Maka berkemaslah Petrus dan berangkat bersama-sama dengan mereka. Setelah sampai di sana, ia dibawa ke ruang atas, dan semua janda datang berdiri di dekatnya. Sambil menangis, mereka menunjukkan kepada Petrus semua baju dan pakaian, yang dibuat Dorkas waktu ia masih hidup. Tetapi Petrus menyuruh mereka keluar, lalu ia berlutut dan berdoa. Kmudian ia berpaling ke mayat itu dan berkata, “Tabita, bangkitlah!” Lalu Tabita membuka matanya, dan ketika melihat Petrus, ia bangun lalu duduk. Petrus memegang tangannya dan membantu ia berdiri. Kemudian ia memanggil orang-orang kudus beserta janda-janda, lalu menunjukkan kepada mereka, bahwa perempuan itu hidup. Peristiwa itu tersiar di seluruh Yope, dan banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan. Sesudah peristiwa itu Petrus tinggal beberapa hari di Yope, di rumah seorang yang bernama Simon, seorang penyamak kulit.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
   
Mazmur Tanggapan
Ref. Bagaimana akan kubalas kepada Tuhan segala kebaikan-Nya kepadaku?
Ayat. (Mzm 116:12-13.14-15.16-17; Ul: 1Kor 10:lh.16)
1. Bagaimana akan kubalas kepada Tuhan segala kebaikan-Nya kepadaku. Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama Tuhan.
2. Aku akan membayar nazarku kepada Tuhan di depan seluruh umat-Nya. Sungguh berhargalah di mata Tuhan kematian semua orang yang dikasihi-Nya.
3. Ya Tuhan, aku hamba-Mu! Aku hamba-Mu, anak dari sahaya-Mu! Engkau telah melepaskan belengguku: Aku akan mempersembahkan kurban syukur kepada-Mu, dan akan menyerukan nama Tuhan.
  
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (lih. Yoh 6:63b.68b)
Perkataan-perkataan-Mu adalah roh dan hidup. Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal.
        
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (6:60-69)
   
"Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal."
    
Setelah Yesus menyelesaikan ajaran-Nya tentang roti hidup, banyak dari murid-murid-Nya berkata, “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?” Yesus dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, maka berkatalah Ia kepada mereka, “Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu? Lalu bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna! Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.” Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. Lalu Ia berkata, “Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.” Mulai dari waktu itu banyak murid Yesus mengundurkan diri dan tidak lagi mengikuti Dia. Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Jawab Simon Petrus kepada-Nya, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal. Kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
 
Renungan

      
  
Akal budi memampukan manusia untuk berpikir secara jernih. Berkat akal budinya, manusia bisa membedakan antara yang baik dan yang jahat. Lebih dari itu, manusia bisa mengambil keputusan dengan benar, tepat dan bijaksana. Misalnya, dalam hal mengikuti Kristus. Menjadi pengikut Kristus adalah sebuah keputusan iman. Artinya, seorang pengikut Kristus mesti siap sedia melaksanakan kehendak-Nya, walau terasa berat. Percakapan tentang Roti Hidup membawa banyak pengikut Yesus meninggalkan Dia. Yesus lalu menantang keduabelas Rasul-Nya apakah mereka juga mau pergi. Petrus, atas nama para Rasul lainnya, menyatakan iman. Pada hari ini Yesus juga bertanya hal yang sama kepada kita. Maka, saatnya kita mulai bertanya pada diri kita sendiri, "Mengapa aku masih di sini?" Apakah sekadar karena aku terlahir Katolik? Apakah karena berbagai fasilitas dan kemudahan yang kudapatkan? Apakah hanya untuk menjaga suasana damai dalam keluarga yang semuanya Katolik? Kalau masih semacam itu alasannya, barangkali akhirnya kita pun akan seperti para murid yang meninggalkan Yesus. Kalau kita ingin bisa berkata seperti Petrus dan para rasul yang setia, "Tuhan, kepada siapa kami akan pergi? Sabda-Mu adalah sabda hidup abadi!" maka kita perlu menghayati dan menghidupi Sabda Tuhan, serta mengenal Yesus lebih dalam dengan hati.
  

Antifon Komuni (Yoh 17:20-21)
 
Tuhan bersabda, "Ya Bapa, Aku berdoa bagi mereka, semoga mereka bersatu dalam Kita, agar dunia percaya, bahwa Engkau telah mengutus Aku." Alleluya. 
 
Doa Malam
    
Tuhan Yesus, terimalah persembahanku hari ini, baik berupa keberhasilan, kegagalan maupun kecemasanku. Perbaruilah hidupku, terutama agar aku sungguh-sungguh hidup dalam iman dan mengikuti Engkau dengan iman yang tak tergoyahkan. Sebab Engkaulah Tuhan dan Juruselamatku, dan di dalam Engkau aku menemukan kehangatan kasih-Mu. Amin.
      
RENUNGAN PAGI

Jumat, 23 April 2021 Hari Biasa Pekan III Paskah

 

Fotografer: Fr. Lawrence, OP (CC BY-NC-ND 2.0)

Jumat, 23 April 2021
Hari Biasa Pekan III Paskah
   
Oleh sebab itu ajaran yang dipegang teguh oleh Gereja tentang makna Ekaristi bukan saja sebagai perjamuan melainkan juga bahkan terutama sebagai kurban, dengan setepatnya dilihat sebagai salah satu pintu masuk utama bagi semua orang beriman akan partisipasi penuh dalam Sakramen sebesar ini. "Karena, bila dilucuti dari segi kurban, maka misteri ini hanya diartikan dan dipentingkan tidak lebih daripada sebuah perjamuan persaudaraan". (Redemptionis Sacramentum, Instruksi VI tentang sejumlah hal yang perlu dilaksanakan atau dihindari berkaitan dengan Ekaristi Mahakudus, No. 38)


Antifon Pembuka (Why 5:12)

Anak Domba yang telah dikurbankan pantas menerima kekuatan dan keallahan, kebijaksanaan, keperkasaan dan kehormatan. Alleluya.

Worthy is the Lamb who was slain, to receive power and divinity, and wisdom and strength and honor, alleluia.


Doa Pembuka
 

Allah Bapa sumber kehidupan sejati, Engkau telah menyediakan makanan surgawi bagi kami, yaitu Tubuh dan Darah Putra-Mu. Ajarilah kami untuk sungguh-sungguh mengimani kehadiran Putra-Mu dalam Ekaristi, sehingga kami pun dapat menimba daya hidup dari-Nya. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Kisah Para Rasul (9:1-20)
   
 
"Orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku, untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain."
     
Ketika pecah penganiayaan terhadap jemaat, hati Saulus berkobar-kobar untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar, dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem. Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. Ia rebah ke tanah, dan kedengaran olehnya suatu suara yang berkata kepadanya, “Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?” Jawab Saulus, “Siapakah Engkau, Tuhan?” Kata-Nya, “Akulah Yesus yang kauaniaya itu! Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota. Di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat.” Maka termangu-mangulah temannya seperjalanan, karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang jua pun. Saulus bangun dan berdiri, lalu membuka matanya, tetapi ia tidak dapat melihat apa-apa. Teman-temannya harus menuntun dia masuk ke Damsyik. Tiga hari lamanya Saulus tidak dapat melihat dan tiga hari lamanya ia tidak makan dan minum. Di Damsyik ada seorang murid Tuhan bernama Ananias. Firman Tuhan kepadanya dalam suatu penglihatan, “Ananias!” Jawabnya, “Ini aku, Tuhan!” Firman Tuhan, “Pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus, dan carilah di rumah Yudas seorang dari Tarsus, yang bernama Saulus. Ia sekarang berdoa, dan dalam suatu penglihatan ia melihat bahwa seorang yang bernama Ananias masuk ke dalam dan menumpangkan tangannya ke atasnya, supaya ia dapat melihat lagi.” Jawab Ananias, “Tuhan, dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu betapa banyak kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudus-Mu di Yerusalem. Dan ia datang ke mari dengan kuasa penuh dari imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang memanggil nama-Mu.” Tetapi firman Tuhan kepadanya, “Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain, kepada raja-raja dan orang-orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku.” Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya, “Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus.” Dan seketika itu juga seolah-olah ada selaput gugur dari matanya, sehingga Saulus dapat melihat lagi. Saulus bangun lalu dibaptis. Dan setelah ia makan, pulihlah kekuatannya. Saulus tinggal beberapa hari bersama-sama dengan murid-murid di Damsyik. Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
  
Mazmur Tanggapan, do = f, 4/4, PS 827
Ref. Pergi ke seluruh dunia, wartakanlah Injil!
Ayat. (Mzm 117:1bc.2)
1. Pujilah Tuhan, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa!
2. Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan Tuhan untuk selama-lamanya.
    
Bait Pengantar Injil, do = f, 4/4, PS 963
Ref. Alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya.
Ayat. (Yoh 6:56)
Barangsiapa makan Daging-Ku dan minum Darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku, dan Aku di dalam dia, sabda Tuhan.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (6:52-59)
        
"Daging-Ku adalah benar-benar makanan, dan Darah-Ku adalah benar-benar minuman."
    
Di rumah ibadat di Kapernaum orang-orang Yahudi bertengkar antar mereka sendiri dan berkata, “Bagaimana Yesus ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan?” Maka kata Yesus kepada mereka, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan Daging Anak Manusia dan minum Darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu, barangsiapa makan Daging-Ku dan minum Darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal, dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab Daging-Ku adalah benar-benar makanan, dan Darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan Daging-Ku dan minum Darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Akulah roti yang telah turun dari surga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.” Semuanya ini dikatakan Yesus di Kapernaum ketika Ia mengajar di rumah ibadat.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
  
Engkau berkata,’Misanya lama’, maka aku menjawab, ’karena cintamu terlalu singkat’” – St. Josemaria Escriva
    
Renungan

  
Pengalaman St. Paulus pada bacaan pertama mungkin bisa memberi kita beberapa poin untuk refleksi dalam hubungan antara kerendahan hati dan penghinaan.

Santo Paulus, atau Saulus, begitu dia dikenal pada bacaan pertama, sedang dalam perjalanan ke Damaskus, untuk menangkap pengikut Yesus. Dia mengendarai kuda tinggi dan perkasa dan bisa bangga pada dirinya sendiri karena menyingkirkan bidat agama ini.

Dan kemudian cahaya dari surga melemparkan dia ke tanah dan kemudian dia mendengar suara berkata, "Saulus, Saulus, mengapa kamu menganiaya Aku?"

Terkejut dan kaget, dia bertanya,
“Siapakah Engkau, Tuhan?” Setidaknya dia punya cukup akal untuk mengakui bahwa siapa pun yang berbicara dengannya pasti lebih kuat daripada dia.

Suara itu mengungkapkan dirinya sebagai Yesus dan bahwa Saulus sedang menganiaya Dia. Saulus direndahkan tetapi Yesus tidak terus mempermalukan dia karena menganiaya pengikut-Nya.

Yesus bahkan mengutus seorang murid bernama Ananias untuk menyembuhkan Saulus dan untuk memulihkan penglihatannya dan dia bahkan dibaptis.

Saulus yang dulu sombong dan tinggi dan perkasa sekarang menjadi Santo Paulus yang rendah hati. Dia direndahkan tapi tidak dipermalukan. Dapat dikatakan bahwa Santo Paulus cukup rendah hati untuk tidak dipermalukan.

St Paulus bahkan melanjutkan dengan menyebut dirinya yang terbesar dari orang-orang berdosa. Itu menunjukkan bahwa kerendahan hati adalah ketika Anda mengatakan yang sebenarnya tentang diri Anda sendiri.

Sama seperti Yesus mengajar St Paulus bagaimana menjadi rendah hati, semoga kita juga menerima pelajaran tentang kerendahan hati yang datang pada kita. Bagaimanapun, lebih baik menjadi rendah hati daripada dipermalukan.
(RENUNGAN PAGI)

Antifon Komuni

Dia yang Tersalib telah bangkit dari antara orang mati dan telah menebus kita, alleluya.

The Crucified is risen from the dead and has redeemed us, alleluia.

Pesan Paus Fransiskus untuk Hari Doa Panggilan Sedunia ke-58

 

1200px-Insigne_Francisci.svg

Pesan Bapa Suci Paus Fransiskus

Untuk Hari Doa Panggilan Sedunia ke-58

25 April 2021

Santo Yosep: Impian Panggilan


Saudari-saudara terkasih,

Pada 8 Desember yang lalu, peringatan seratus lima puluh tahun pemakluman Santo Yosep sebagai Pelindung Gereja Universal, menandai permulaan Tahun St. Yosep (bdk. Dekrit Lembaga Penitensiaria Apostolik, 8 Desember 2020). Dari pihak saya, saya menulis Surat Apostolik “Patris Corde”, yang bertujuan untuk “meningkatkan cinta kita kepada santo agung ini.” Santo Yosep adalah figur luar biasa, sekaligus merupakan tokoh yang “sangat dekat dengan pengalaman manusiawi kita.” Dia tidak melakukan hal-hal yang mencengangkan, dia tidak memiliki karisma khusus, atau juga dia tidak tampak istimewa di mata orang-orang yang berjumpa dengannya. Dia tidak terkenal atau tidak banyak tercatat: bahkan Injil tidak menyampaikan satu pun kata yang keluar dari Santo Yosep. Meski demikian, melalui hidup kesehariannya, Santo Yosep mencapai sesuatu yang luar biasa di mata Tuhan.

Allah melihat hati (bdk. 1 Sam. 16:7), dan dalam diri Santo Yosep, Ia mengenali hati seorang bapa, mampu memberi dan membuahkan kehidupan di tengah-tengah rutinitas hidup sehari-hari. Panggilan memiliki tujuan yang sama: melahirkan dan membarui hidup setiap hari. Tuhan ingin membentuk hati bapa dan ibu: hati yang terbuka, mampu melakukan inisiatif-inisiatif yang besar, murah hati dalam memberikan diri, berbela rasa dalam menenteramkan kecemasan, dan teguh dalam memperkuat harapan. Imamat dan hidup bakti sangat membutuhkan kualitas-kualitas ini sekarang, di zaman yang ditandai dengan kerapuhan tetapi juga dengan penderitaan karena pandemi, yang telah melahirkan ketidakpastian dan ketakutan akan masa depan dan makna hidup yang sebenarnya. Santo Yosep datang menjumpai kita dengan caranya yang lembut, sebagai salah seorang kudus di antara  “para kudus dari pintu sebelah”. Pada saat yang sama, kesaksiannya yang kuat dapat membimbing perjalanan hidup kita.

Santo Yosep memberikan tiga kata kunci bagi setiap panggilan. Yang pertama adalah mimpi. Setiap orang bermimpi menemukan kepenuhan hidup. Kita sudah sepantasnya memupuk harapan-harapan besar, cita-cita luhur yang tidak dapat dipenuhi oleh tujuan-tujuan sementara seperti kesuksesan, uang dan hiburan. Jika kita meminta orang menyebutkan dalam satu kata impian hidup mereka, tidaklah sulit membayangkan jawabannya: “untuk dicintai”. Cinta itulah yang memberi makna pada hidup, karena cinta menyingkapkan misteri hidup. Memang, kita hanya memiliki hidup jika kita memberikannya; kita sungguh-sungguh memilikinya hanya jika kita dengan murah hati membagikannya. Santo Yosep memiliki banyak hal untuk mengatakan pada kita dalam hal ini, karena, melalui mimpi yang Tuhan bisikkan padanya, dia menjadikan hidupnya sebagai sebuah anugerah.

Injil menyampaikan empat mimpi (bdk. Mat. 1:20; 2:13.19.22). Mimpi-mimpi itu adalah panggilan dari Allah, tetapi tidak mudah untuk menerimanya. Setiap sesudah mimpi, Yosep mengubah rencana-rencananya dan berani mengambil risiko, dengan mengorbankan rencana-rencananya sendiri untuk mengikuti rencana misteri Allah, yang kepada-Nya dia percaya sepenuhnya. Kita bisa bertanya pada diri kita sendiri, “Mengapa begitu mempercayai mimpi?” Meskipun mimpi dianggap sangat penting pada zaman dahulu, mimpi masih merupakan suatu hal kecil dalam menghadapi realitas hidup nyata. Namun, Santo Yosep membiarkan dirinya dibimbing oleh mimpinya tanpa ragu. Mengapa? Karena hatinya tertuju kepada Allah; sudah condong terarah pada-Nya. Sebuah indikasi kecil cukup bagi “telinga batinnya” yang peka mengenali suara Tuhan. Hal ini berlaku juga bagi panggilan kita: Allah tidak ingin menyatakan diri-Nya dalam cara-cara yang spektakuler, yang membelenggu kebebasan kita. Ia menyampaikan rencana kehendak-Nya kepada kita dengan kelembutan. Ia tidak membanjiri kita dengan berbagai penglihatan yang memesona, namun berbisik di lubuk hati, mendekati kita dan berbicara melalui akal budi dan rasa. Dalam cara ini, seperti yang Ia lakukan pada Santo Yosep, Ia menunjukkan kepada kita cakrawala yang mendalam dan tak terduga.

Memang, mimpi Yosep membawanya ke pengalaman-pengalaman yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Yang pertama menjungkirbalikkan pertunangannya, tetapi kemudian membuatnya menjadi bapa Mesias; yang kedua menyebabkannya mengungsi ke Mesir, namun menyelamatkan hidup keluarganya. Setelah mimpi ketiga, yang meramalkan kepulangan ke tanah kelahirannya, mimpi keempat membuatnya mengubah rencananya sekali lagi, membawanya ke Nazaret, tempat di mana Yesus akan memulai pewartaan-Nya tentang Kerajaan Allah. Di tengah semua pergolakan ini, dia menemukan keberanian untuk mengikuti kehendak Tuhan. Begitu pula dalam panggilan: panggilan Tuhan selalu mendesak kita untuk mengambil langkah pertama, untuk memberikan diri kita sendiri, terus melangkah maju. Tidak ada iman tanpa risiko. Hanya dengan menyandarkan diri kita sendiri pada rahmat, mengesampingkan  program hidup dan kenyamanan kita, kita benar-benar dapat mengatakan “ya” kepada Tuhan. Dan, setiap “ya” melahirkan buah karena menjadi bagian dari rencana yang lebih besar, darinya kita hanya memandang detailnya, tetapi yang diketahui dan dijalankan Sang Seniman Ilahi, menjadikan setiap kehidupan sebagai sebuah mahakarya. Dalam hal ini, Santo Yosep adalah teladan unggul  penerimaan rencana Allah. Namun, ia menerimanya dengan aktif: tidak pernah enggan atau pasrah. Yosep “bukan orang yang mundur dengan pasif, tetapi pelaku yang berani dan kuat” (Patris Corde, 4). Semoga ia membantu setiap orang, khususnya orang-orang muda yang sedang mencari, untuk mewujudkan kehendak Tuhan bagi mereka. Semoga ia menginspirasi dalam diri mereka keberanian berkata “ya” kepada Tuhan yang selalu mengejutkan dan tidak pernah mengecewakan.

Kata kedua menandai perjalanan dan panggilan Santo Yosep: melayani. Injil memperlihatkan bagaimana Yosep memberikan hidup sepenuhnya bagi orang lain dan tidak pernah bagi dirinya sendiri. Umat Allah yang kudus memanggilnya sebagai pasangan yang paling suci, yang didasarkan pada kemampuannya untuk mencintai tanpa syarat. Dengan membebaskan cinta dari semua sikap posesif, ia menjadi terbuka untuk pelayanan yang lebih berbuah. Perhatian penuh kasihnya telah membentang di sepanjang generasi; penjagaannya yang penuh kewaspadaan telah menjadikannya pelindung Gereja. Sebagai seorang yang tahu bagaimana mewujudkan makna pemberian diri dalam hidup, Yosep adalah juga pelindung kematian yang bahagia. Namun, pelayanan dan pengorbanannya hanya mungkin karena ditopang oleh cinta yang luar biasa: “Setiap panggilan sejati lahir dari pemberian diri, yang merupakan buah kematangan dari pengorbanan sederhana. Imamat dan hidup bakti membutuhkan kematangan seperti itu. Di mana suatu panggilan, apakah perkawinan, selibat atau keperawanan, tidak mencapai kematangan pemberian diri, itu berhenti hanya pada logika pengorbanan. Kemudian, alih-alih menjadi tanda keindahan dan sukacita kasih, itu justru berisiko mengungkapkan ketidakbahagiaan, kesedihan, dan frustrasi (ibid., 7).

Bagi Santo Yosep, melayani – sebagai ungkapan nyata pemberian diri – tidak sekedar keteladanan sempurna, tetapi menjadi aturan hidup sehari-hari. Dia berusaha keras menemukan dan menyiapkan tempat bagi kelahiran Yesus; dia melakukan yang terbaik untuk melindungi-Nya dari angkara murka Herodes dengan segera mengungsi ke Mesir; dia cepat-cepat kembali ke Yerusalem ketika Yesus hilang; dia menopang hidup keluarganya dengan bekerja, bahkan ketika berada di negeri asing. Singkatnya, dia menyesuaikan diri pada setiap keadaan yang berbeda dengan sikap tanpa putus asa ketika hidup tidak berjalan sesuai yang diharapkan; dia memperlihatkan kesiapsediaan yang khas bagi mereka yang hidupnya untuk melayani. Dengan cara inilah, Yosep menyambut perjalanan hidup yang sering terjadi tak terduga: dari Nazareth ke Bethlehem untuk sensus, kemudian ke Mesir dan kembali ke Nazareth, dan setiap tahun ke Yerusalem. Setiap saat ia siap sedia menghadapi keadaan-keadaan baru tanpa mengeluh, selalu siap mengulurkan tangannya untuk membantu menyelesaikan situasi. Kita dapat mengatakan bahwa ini adalah uluran tangan Bapa surgawi yang menjangkau Putra-Nya di bumi. Yosep tidak dapat gagal menjadi model semua panggilan, yang dipanggil menjadi tangan-tangan Bapa yang selalu aktif, merengkuh anak-anak-Nya.

Saya kemudian suka memikirkan Santo Yosep, pelindung Yesus dan Gereja, sebagai pelindung panggilan. Pada kenyataannya, dari kesiapsiagaan untuk melayani timbullah perhatiannya untuk melindungi. Injil menceritakan bahwa “Yosep bangun, mengambil anak itu dan ibunya malam itu juga” (Mat. 2:14), dengan demikian mengungkapkan kepeduliannya yang sigap untuk kebaikan keluarganya. Ia tidak menghabiskan waktu untuk mengkhawatirkan hal-hal yang tidak dapat ia kendalikan, untuk memberi perhatian penuh pada mereka yang dipercayakan pada pemeliharaannya. Perhatian yang bijaksana adalah tanda panggilan yang sejati, kesaksian hidup yang dijamah cinta Tuhan. Kita memberikan teladan hidup Kristen yang begitu indah ketika kita menolak mengejar ambisi pribadi atau memanjakan diri dalam berbagai ilusi, tetapi sebaliknya peduli pada apa yang telah dipercayakan Tuhan kepada kita melalui Gereja! Tuhan mencurahkan Roh-Nya dan kreativitas-Nya ke atas kita; Ia mengerjakan keajaiban  dalam diri kita, seperti Ia kerjakan pada Yosep.

Bersama dengan panggilan Tuhan, yang membuat impian terbesar kita menjadi kenyataan, dan tanggapan kita, yang terwujud dalam pelayanan murah hati dan penuh perhatian, ada karakteristik ketiga dari hidup Santo Yosep dan panggilan kita yaitu kesetiaan. Yosep adalah “orang tulus hati” (Mat. 1:19) yang setiap hari dengan setia dalam kesunyian melayani Tuhan dan rencana kehendak-Nya. Pada saat yang sulit dalam hidupnya, ia dengan penuh kehati-hatian mempertimbangkan apa yang sebaiknya harus dilakukan (bdk. Ayat 20). Ia tidak membiarkan dirinya grusa grusu. Ia tidak menyerah pada godaan untuk bertindak gegabah, yang hanya mengikuti naluri atau tindakan sesaat. Sebaliknya, ia merenungkan banyak hal dengan sabar. Ia tahu bahwa kesuksesan hidup dibangun atas kesetiaan yang teguh pada keputusan-keputusan penting. Hal ini tercermin dalam ketekunannya dalam menjalani pekerjaannya sebagai tukang kayu yang rendah hati (lih. Mat. 13:55), ketekunannya yang tersembunyi yang membuatnya tidak tersiar pada masa hidupnya, tetapi telah menginspirasi hidup keseharian para bapak, pekerja buruh, dan orang-orang Kristen yang tak terhitung jumlahnya sejak saat itu. Karena sebuah panggilan – seperti hidup itu sendiri – menjadi matang hanya melalui kesetiaan sehari-hari.

Bagaimana kesetiaan itu dipupuk? Dalam terang kesetiaan Tuhan sendiri. Kata-kata pertama yang Santo Yosep dengarkan dalam mimpi adalah undangan untuk tidak takut, karena Allah selalu setia pada janji-janji-Nya: “Yosep, anak Daud, jangan takut” (Mat. 1:20). Jangan takut: kata-kata ini Tuhan tujukan juga kepada Anda, saudariku terkasih, dan Anda, saudaraku terkasih, kapan pun Anda merasa bahwa, bahkan di tengah-tengah ketidakpastian dan keraguan, Anda tidak dapat lagi menunda hasrat Anda untuk memberikan hidup kepada-Nya. Ia mengulangi kata-kata ini ketika, mungkin di tengah-tengah pencobaan dan kesalahpahaman, Anda berusaha mengikuti kehendak-Nya setiap hari, di mana pun Anda menemukan diri Anda sendiri. Kata-kata itu adalah kata-kata yang akan Anda dengarkan kembali, pada setiap langkah panggilan Anda, saat Anda kembali kepada cinta pertama Anda. Kata-kata itu merupakan refrein yang menyertai mereka semua yang – seperti Santo Yosep – mengatakan “YA” kepada Tuhan dengan hidup mereka, melalui kesetiaan setiap hari.

Kesetiaan ini adalah rahasia kegembiraan. Sebuah kidung pujian dalam liturgi berbicara tentang “sukacita yang nyata” yang hadir di rumah Nazareth. Itulah sukacita kesederhanaan, sukacita sehari-hari yang dialami oleh mereka yang memelihara apa yang sungguh penting: intimasi dengan Tuhan dan sesama. Alangkah baiknya jika suasana yang sama ini, sederhana dan berseri-seri, tenang dan penuh harapan, meresapi seminari-seminari kita, rumah-rumah religius, biara dan pastoran! Saya berdoa supaya Anda mengalami sukacita ini, saudari-saudara terkasih yang dengan murah hati telah membuat Allah impian hidup Anda, melayani-Nya dalam diri saudari-saudara Anda melalui kesetiaan yang menjadi kesaksian kuat pada zaman yang menawarkan pilihan-pilihan dan cita rasa fana yang membawa ketiadaan sukacita abadi. Semoga Santo Yosep, pelindung panggilan, menyertai Anda dengan hati kebapaannya!

Roma, dari Basilika St. Yohanes Lateran,

Pesta Santo Yosep, 19 Maret 2021

Fransiskus

 

 

 SUMBER: BIRO NASIONAL KARYA KEPAUSAN INDONESIA

Kamis, 22 April 2021 Hari Biasa Pekan III Paskah


Kamis, 22 April 2021
Hari Biasa Pekan III Paskah

Liturgi sebagai tindakan suci par excellence adalah puncak yang menjadi arah kegiatan Gereja dan merupakan sumber semua kekuatannya. Melalui liturgi, Kristus meneruskan karya penebusan kita dalam, dengan, dan melalui Gereja. (Kompendium Katekismus Gereja Katolik, No. 219)

Antifon Pembuka (Kel 15:1-2)

Marilah kita memuji Allah, pahlawan gagah perkasa. Ia menyelamatkan kita dengan kekuatan-Nya yang jaya, alleluya.

Let us sing to the Lord, for he has gloriously triumphed. The Lord is my strength and my might; he has become my salvation, alleluia.

Doa Pembuka


Allah Bapa yang kekal dan kuasa, hari-hari ini, Engkau menyatakan cinta kasih-Mu dengan lebih berlimpah kepada kami dan membebaskan kami dari kesesatan. Semoga kami semakin terbuka bagi rahmat-Mu, dan semakin teguh dalam kebenaran-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau dan dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah sepanjang segala masa. Amin.
          
Bacaan dari Kisah Para Rasul (8:26-40)
   
 
"Jika Tuan percaya dengan segenap hati, Tuan boleh dibaptis."
    
Waktu Filipus di Samaria, berkatalah seorang malaikat Tuhan kepadanya, “Bangunlah dan berangkatlah ke sebelah selatan, menyusur jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza.” Jalan itu jalan yang sunyi. Lalu berangkatlah Filipus. Adalah seorang Etiopia, seorang sida-sida, pembesar dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu negeri Etiopia, yang pergi ke Yerusalem untuk beribadah. Sekarang orang itu sedang dalam perjalanan pulang, ia duduk dalam keretanya sambil membaca kitab Nabi Yesaya. Lalu kata Roh kepada Filipus, “Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu!” Filipus segera mendekat, dan mendengar sida-sida itu sedang membaca kitab Nabi Yesaya. Kata Filipus, “Mengertikah Tuan apa yang Tuan baca itu?” Jawabnya, “Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?” Lalu ia meminta Filipus naik dan duduk di sampingnya. Nas yang dibacanya itu berbunyi seperti berikut: Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak membuka mulut-Nya. Dalam kehinaan-Nya berlangsunglah hukuman-Nya, siapakah yang akan menceritakan asal usul-Nya? Sebab nyawa-Nya diambil dari bumi. Maka kata sida-sida itu kepada Filipus, “Aku bertanya kepadamu, tentang siapakah nabi berkata demikian? Tentang dirinya sendiri atau tentang orang lain?” Maka mulailah Filipus berbicara, dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya. Mereka melanjutkan perjalanan, dan tiba di suatu tempat yang ada airnya. Lalu kata sida-sida itu, “Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?” Sahut Filipus, “Jika Tuan percaya dengan segenap hati, boleh.” Jawabnya, “Aku percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah.” Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. Dan setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus, dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita. Tetapi ternyata Filipus ada di Asdod. Ia menjelajah daerah itu dan memberitakan Injil di semua kota sampai ia tiba di Kaisarea.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi!
Ayat. (Mzm 66:8-9.16-17.20; R:1)
1. Pujilah Allah kami, hai para bangsa, dan perdengarkanlah puji-pujian kepada-Nya! Ia mempertahankan jiwa kami di dalam hidup dan tidak membiarkan kaki kami goyah.
2. Marilah, dengarlah, hai kamu sekalian yang takwa kepada Allah, aku hendak menceritakan apa yang dilakukan-Nya terhadapku. Kepada-Nya aku telah berseru dengan mulutku, kini dengan lidahku aku menyanyikan pujian.
3. Terpujilah Allah, yang tidak menolak doaku, dan tidak menjauhkan kasih setia-Nya daripadaku.

Bait Pengantar Injil, do = g, PS 959
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Yoh 6:51)
Akulah roti hidup yang telah turun dari surga, sabda Tuhan. Barangsiapa makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.
     
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (6:44-51)
    
"Akulah roti hidup yang telah turun dari surga."
    
Di rumah ibadat di Kapernaum Yesus berkata kepada orang banyak, “Tidak seorang pun dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku; dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi; Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku. Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa! Hanya Dia yang datang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa! Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal. Akulah roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari surga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya. Dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Bagaimana Kristus hadir dalam Sakramen Ekaristi?
Yesus Kristus hadir dalam Sakramen Ekaristi dalam cara yang unik dan tak
tertandingi. Dia hadir dalam cara yang sungguh-sungguh, nyata, dan substansial, dengan Tubuh dan Darah-Nya, dengan Jiwa dan Keilahian-Nya. Karena itu dalam Sakramen Ekaristi, Dia hadir secara sakramental, yaitu dalam rupa roti dan anggur ekaristis, Kristus penuh dan total, Allah dan Manusia. (Kompendium Katekismus Gereja Katolik, No. 282)

Renungan


Kekuatan ketertarikan adalah hal yang luar biasa. Ini melampaui logika dan alasan.

Dari atraksi sederhana seperti penjualan dan tawar-menawar hingga kegilaan dan ketertarikan antara lawan jenis, mengapa dan bagaimana sulit untuk dijelaskan.

Namun kekuatan ketertarikan ada di sana dan tidak dapat disangkal dan dalam arti tertentu tidak dapat dengan mudah dipahami.

Dalam Injil, Yesus berbicara tentang kekuatan daya tarik yang luar biasa dan misterius.

Jika kita percaya kepada Yesus, itu karena kuasa Tuhan telah menarik kita kepada-Nya.

Sungguh, itu adalah kekuatan kasih Tuhan yang telah menarik hati kita kepada Yesus dan datang ke Misa ini untuk menerima Dia dalam Komuni Kudus.

Seperti yang kita dengar pada bacaan pertama, itu juga kekuatan kasih Tuhan yang menarik sida-sida untuk meminta baptisan.

Yesus berkata: 
“Tidak seorang pun dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku"
  
Oleh kuasa kasih Tuhan kita ditarik ke dalam hati Yesus.

Kita sekarang diutus untuk menarik orang lain ke dalam hati Yesus.

Kita tidak perlu menjelaskan mengapa kita percaya kepada Yesus, atau berkhotbah kepada orang lain tentang Yesus.

Dengan cinta hati kita, Tuhan akan menarik mereka kepada Yesus.

Semoga hati kita selalu dalam kasih Tuhan.


Antifon Komuni (2Kor 5:15)

Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka, alleluya.

Christ died for all, that those who live may live no longer for themselves, but for him, who died for them and is risen, alleluia.

Doa Malam

Tuhan Yesus Kristus, Engkau telah memperkenalkan diri sebagai roti hidup yang telah turun dari surga; dan roti yang Engkau berikan tidak lain adalah Daging-Mu sendiri. Aku mengimani sepenuhnya bahwa yang aku sambut setiap kali menghadiri perayaan Ekaristi adalah Engkau sendiri, Tubuh-Mu sendiri. Saat itu, Engkau menyaturaga di dalam dagingku dan Engkau selalu tinggal dalam diirku. Betapa bahagianya, ya Yesus, aku boleh menyambut komuni, tanda kehadiran-Mu dalam diriku. Semoga aku menjadi pencinta Ekaristi, karena aku sungguh mencintai-Mu dan ingin selalu mencintai-Mu sepanjang hidupku. Amin.


RENUNGAN PAGI

 

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy