| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Meditasi Antonio Kardinal Bacci tentang Yesus Di Hadapan Herodes dan Pilatus

 
Kristus menghadap PilatusMihály Munkácsy, 1881


Setelah malam penderitaan yang luar biasa, Yesus digiring ke hadapan Pilatus agar Ia dihukum mati. Orang-orang Yahudi begitu bertekad untuk mencapai tujuan ini sehingga dalam semangat kebencian yang kejam mereka melontarkan tuduhan palsu terhadap Yesus. Penebus ilahi kita mengetahui dengan baik kemunafikan yang menipu dari para penuduh-Nya. Namun, Dia tidak menunjukkan kebencian, tetapi memberikan kesaksian tentang kebenaran dengan jawaban-jawaban-Nya yang tenang dan singkat. Ketika Dia melihat bahwa tidak ada gunanya bersikeras, Dia tetap diam, sehingga Pilatus pun heran. (bdk. Mat 27:14) Marilah kita mempelajari adegan ini dan mencatat kebencian brutal terhadap orang Yahudi di satu sisi dan kerendahan hati ilahi Yesus di sisi lain. Mari kita perhatikan bagaimana kita bersikap ketika kita tersinggung atau difitnah. Mungkin kita marah dan membalas dengan bangga dan tajam. Ini menunjukkan bahwa kita kekurangan kerendahan hati dan kasih amal yang nyata. “Barangsiapa menampar pipimi yang satu,” Yesus mengajar, “berikan juga pipi yang lain.” (Bdk. Luk 6:29) Dia tidak hanya mengkhotbahkan ini, tetapi Dia juga memberi kita contoh yang paling tinggi. Jika ada yang menuduh atau menyinggung kita, tidak ada yang menghalangi kita untuk membela diri secara diam-diam dan wajar. Kita tidak diwajibkan untuk mempraktikkan sepenuhnya kepahlawanan St. Fransiskus de Sales, yang tetap diam ketika dia dihina dan ditekan sepenuhnya perasaan dendamnya. Namun demikian, ini adalah cita-cita yang harus kita tuju. Kita tidak boleh berbicara pada saat marah ketika cinta diri yang terluka mendidih di dalam diri kita. Kita harus tahu bagaimana berkorban untuk tetap diam untuk saat ini dan dengan rendah hati memikirkan masalah ini sebelum akhirnya menjawab dalam semangat perdamaian Kristiani. Kita harus mengikuti teladan Yesus, Yang berkata: “Belajarlah dari-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati.” (Bdk. Mat 11:29)

Katekese dari St. Yohanes Krisostomus tentang darah dan air yang mengalir dari lambung Kristus

 Jika kita ingin memahami kuasa darah Kristus, kita harus kembali ke catatan kuno tentang penggambarannya di Mesir. Mengorbankan seekor domba tanpa cacat, perintah Musa, dan memercikkan darahnya di pintu Anda. Jika kita bertanya kepada-Nya apa maksudnya, dan bagaimana darah binatang irasional dapat menyelamatkan manusia yang diberi akal, jawabannya adalah bahwa kekuatan penyelamatan tidak terletak pada darah itu sendiri, tetapi pada kenyataan bahwa itu adalah sebuah tanda dari darah Tuhan. Pada masa itu, ketika malaikat pemusnah melihat darah di pintu dia tidak berani masuk, apalagi sekarang iblis akan mendekat ketika dia melihat, bukan darah kiasan di pintu, tetapi darah sejati di bibir orang percaya, pintu bait suci Kristus.

Sabtu Malam, 08 April 2023 Vigili Paskah (Malam Paskah - Tirakatan Kebangkitan Tuhan)

Sabtu Malam, 08 April 2023

Vigili Paskah (Malam Paskah - Tirakatan Kebangkitan Tuhan)


Credit: BuckleyPics/ISTOCK.COM
Kebangkitan Yesus merupakan puncak kebenaran iman Kristen, yang diwartakan sebagai bagian hakiki dari Misteri Paskah sejak permulaan Kekristenan: “Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya” (1 Kor 15:3-5). (Instruksi Ad Resurgendum Cum Christo (Bangkit Bersama Kristus, No. 2)

Seluruh perayaan Malam Paskah dilaksanakan waktu malam: tak boleh diadakan sebelum gelap atau berakhir setelah fajar Minggu. Peraturan ini harus ditepati secara ketat. Penyelewengan dan kebiasaan yang terjadi di sana sini, yakni merayakan Malam Paskah pada waktu biasanya diadakan Misa Sabtu sore, tak dibenarkan. Alasan yang kadang-kadang diajukan untuk memajukan waktu perayaan Malam Paskah, misalnya kerawanan publik, tidak diberlakukan di malam Kelahiran Tuhan atau bila menyangkut acara macam-macam. (Perayaan Paskah dan persiapannya No. 78, Kongregasi Ibadat Ilahi).   
       
Bacaan Pertama (Maka jadilah petang dan pagi: PS 866)
Bacaan dari Kitab Kejadian (1:1-31; 2:1-2)

         
"Allah melihat semua yang telah dijadikan-nya dan amat baiklah semuanya itu.”
        
        Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Berfirmanlah Allah: "Jadilah terang." Lalu terang itu jadi. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap. Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam.
5 6 1 2 1 2 3 1 7 6 1 . 6 5 77 6 5 5
Maka jadilah petang dan pagi, hari per- ta - ma.
Lalu berfirmanlah Allah: "Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air." Maka Allah menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Dan jadilah demikian. Allah menamai cakrawala itu langit.
Maka jadilah petang dan pagi, hari kedua.
Berfirmanlah Allah: "Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering." Dan jadilah demikian. Lalu Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Berfirmanlah Allah: "Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi." Dan jadilah demikian. Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
Maka jadilah petang dan pagi, hari ketiga.
Berfirmanlah Allah: "Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun, dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi." Dan jadilah demikian. Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang. Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi, dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
Maka jadilah petang dan pagi, hari keempat.
Berfirmanlah Allah: "Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala." Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air, dan segala jenis burung - yang bersayap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Lalu Allah memberkati semuanya itu, firman-Nya: "Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak."
Maka jadilah petang dan pagi, hari kelima.
Berfirmanlah Allah: "Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar." Dan jadilah demikian. Allah menjadikan segala jenis binatang liar dan segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata di muka bumi. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." Berfirmanlah Allah: "Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu. Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya." Dan jadilah demikian. Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik.
Maka jadilah petang dan pagi, hari keenam
Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya. Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.
Maka jadilah petang dan pagi, hari ini.
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.
  
Mazmur Tanggapan I, do = a, 2/4, PS 830 / PS 828
Ref. Aku wartakan karya agung-Mu Tuhan, karya agung-Mu karya keselamatan. 
atau Utuslah Roh-Mu, ya Tuhan, dan jadi baru seluruh muka bumi. 
Ayat.(Mzm 104:1-2a.5-6.10.12.13-14.24.35c)
1. Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Tuhan Allahku, Engkau sungguh besar! Engkau berpakaian keagungan dan semarak, berselimutkan terang ibarat mantol.
2. Engkau telah mendasarkan bumi di atas tumpuannya, sehingga takkan goyah untuk selama-lamanya. Dengan samudera raya bumi ini Kau selubungi; air telah naik melampaui gunung-gunung.
3. Di lembah-lembah Engkau membualkan mata air yang mengalir di antara gunung-gunung. Burung-burung di udara bersarang di dekatnya, bersiul-siul dari antara dedaunan.
4. Dari bangsal-Mu Engkau menyirami gunung-gunung, bumi penuh dengan segala yang Kauturunkan dari langit. Engkau menumbuhkan rumput bagi hewan, dan tumbuh-tumbuhan untuk diusahakan manusia, Engkau mengeluarkan makanan dari dalam tanah.
5. Betapa banyak karya-Mu, ya Tuhan, semuanya Kaubuat dengan kebijaksanaan. Bumi penuh dengan ciptaan-Mu: Pujilah Tuhan, hai jiwaku!
          

Beberapa Fakta singkat tentang Sabtu Suci

Karya:RomoloTavani /istock.com
 Sangat menggoda untuk melompat langsung dari Jumat Agung ke Minggu Paskah! Namun, orang Kristen perdana biasanya mengisi hari Sabtu Suci sebagai hari terakhir doa dan tobat, dengan sabar menanti kebangkitan Yesus di makam.

Sabtu Suci adalah salah satu dari hari-hari unik dalam kalender liturgi di mana Gereja mengundang kita ke dalam masa "penantian" yang intens ini, masa yang masih ditandai dengan dukacita, tetapi berada di ujung kegembiraan.

Berikut adalah beberapa fakta singkat tentang Sabtu Suci dan bagaimana Gereja merayakannya.

 Di banyak gereja berkembang kebiasaan untuk membuat sebuah makam atau usungan yang di atasnya diletakkan patung jenazah Yesus, dan umat awam kemudian didorong untuk tetap berdoa di depan makam yang berduka itu. Untuk sebagian besar sejarah, hanya ada sedikit, jika ada, liturgi publik sebelum Vigili Paskah, membuat gereja benar-benar sunyi dari Jumat Agung sore sampai larut malam Sabtu Suci.

Selama berabad-abad bahkan ada puasa ketat pada Sabtu Suci, tidak mengizinkan makanan untuk dimakan untuk memperingati hari yang menyakitkan ini. Banyak yang akan tinggal di gereja sepanjang Jumat Agung malam, menemani Yesus di dalam kubur.

Sebuah homili dari abad ke-2 menegaskan suasana umum di Gereja pada hari Sabtu Suci, “Sesuatu yang aneh sedang terjadi - Hari ini kesunyian besar meraja di bumi, kesunyian besar dan keheningan besar. Kesunyian besar karena Sang Raja sedang tertidur. Dunia gemetar dan ia menjadi bisu karena Allah telah jatuh tertidur dalam daging dan Ia telah membangkitkan semua orang yang telah tidur sejak dunia dijadikan. Allah telah meninggal dalam daging dan neraka gemetar ketakutan.” Selengkapnya baca pada tautan ini 

Kita semua tahu bahwa Yesus bangkit pada hari ketiga, tetapi apa yang terjadi sebelum hari itu? Faktanya, kita mengakui setiap hari Minggu dalam Syahadat bahwa Yesus, “turun ke tempat penantian.” Tempat penantian adalah tempat atau keadaan orang-orang benar yang wafat sebelum Kristus. Katekismus Gereja Katolik menjabarkannya sebagai berikut:

  Kitab Suci menamakan tempat perhentian orang mati, yang dimasuki Kristus sesudah kematian-Nya “neraka”, “sheol” atau “hades” (bdk. Flp 2:10; Kis 2:24; Why 1:18; Ef 4:9), karena mereka yang tertahan di sana tidak memandang Allah (bdk. Mzm 6:6; 88:11-13). Itulah keadaan semua orang yang mati sebelum kedatangan Penebus, apakah mereka jahat atau jujur (bdk. Mzm 89:49; I Sam 28:19; Yeh 32:17-32). Tetapi itu tidak berarti bahwa mereka semua mempunyai nasib sama. Yesus menunjukkan hal itu kepada kita dalam perumpamaan tentang Lasarus yang miskin, yang diterima (bdk. Luk 16:22-26) “dalam pangkuan Abraham”. “Jiwa orang jujur, yang menantikan Penebus dalam pangkuan Abraham, dibebaskan Kristus Tuhan waktu Ia turun ke dunia orang mati” (Catech. R. 1,6,3). Yesus tidak datang ke dunia orang mati untuk membebaskan orang-orang terkutuk dari dalamnya (bdk. Sin. Roma 745: DS 587), juga tidak untuk menghapuskan neraka (bdk. DS 1011; 1077), tempat terkutuk, tetapi untuk membebaskan orang-orang benar, yang hidup sebelum Dia (bdk. Sin Toledo IV 625: DS 485; bdk juga Mat 27:52-53). (KGK, 633) 


Baca juga: 12 hal yang perlu Anda ketahui tentang Sabtu Suci

 

Beberapa hal yang perlu diketahui seputar Liturgi Jumat Agung



 Hari ini, Jumat Agung, seluruh Gereja berduka atas kematian Juruselamat kita. Ini secara tradisional adalah hari kesedihan, dihabiskan dengan puasa dan doa. Satu tradisi menganjurkan agar keheningan dipertahankan mulai siang hari dan berlangsung selama tiga jam penyaliban Kristus.

Jumat Agung adalah hari wajib puasa dan pantang. Jika memungkinkan, puasa Jumat Agung dilanjutkan hingga Vigili Paskah (pada Sabtu Suci malam) sebagai "puasa Paskah" untuk menghormati penderitaan dan wafat Tuhan Yesus dan untuk mempersiapkan diri kita untuk lebih penuh ambil bagian dan lebih siap merayakan wafat dan kebangkitan-Nya.

Menurut tradisi kuno Gereja, sakramen-sakramen tidak dirayakan pada Jumat Agung atau Sabtu Suci. "Perayaan Sengsara Tuhan,"  biasanya dirayakan sekitar pukul tiga sore, atau setelahnya, tergantung kebutuhan paroki.

Altar itu benar-benar kosong, tanpa kain, lilin, atau salib. Ibadat dibagi menjadi tiga bagian: Liturgi Sabda, Penghormatan Salib dan Perjamuan Kudus. Imam dan diakon mengenakan kasula/dalmatik merah. Liturgi dimulai dengan para imam dan diakon pergi ke altar dalam keheningan dan tiarap beberapa saat dalam doa hening, kemudian doa kolekta didoakan.

Di bagian pertama, Liturgi Sabda, kita mendengar perikop Hamba yang Menderita dari Yesaya (52:13-53:12) yang paling terkenal, gambaran awal Kristus pada Jumat Agung. Mazmur 30 adalah Mazmur Tanggapan "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu, kuserahkan jiwaku " Bacaan Kedua, dari Surat Ibrani, 4:14-16; 5:7-9. Bacaan Injil adalah Kisah Sengsara menurut Santo Yohanes.

Doa umat mengakhiri Liturgi Sabda. Sepuluh ujud doa umat mencakup bidang-bidang ini:


• Untuk Gereja Kudus

• Untuk Bapa Suci

• Untuk para pejabat Gereja dan segala lapisan umat

• Untuk calon baptis

•Untuk persatuan umat Kristiani

• Untuk orang Yahudi

• Untuk orang yang tidak percaya kepada Kristus

• Untuk orang yang tidak percaya pada Tuhan

• Untuk para pemimpin negara

• Bagi orang yang menderita


Bagian kedua adalah Penghormatan Salib. Sebuah salib, baik terselubung atau terbuka, diarak melalui Gereja, dan kemudian dihormati oleh jemaat. Kami dengan gembira menghormati dan mencium salib kayu "yang di atasnya tergantung Juruselamat dunia". 

Bagian ketiga, Komuni Kudus, mengakhiri Perayaan Sengsara Tuhan. Altar ditutup dengan kain dan siborium berisi Sakramen Mahakudus dibawa ke altar dari tempat persinggahan. Doa Bapa Kami dan Ecce Agnus Dei ("Lihatlah Anak Domba Allah") diucapkan. Jemaat menerima Komuni Kudus, ada "Doa Setelah Komuni", dan kemudian "Doa untuk Umat", dan setelah itu semua umat pulang meninggalkan gereja dengan tenang.

Meditasi Antonio Kardinal Bacci tentang Penyangkalan Petrus terhadap Yesus

Santo Petrus pada dasarnya terburu nafsu dan murah hati. Dia mengasihi Yesus dengan tulus. Bahkan setelah para Rasul lainnya melarikan diri ketika Yesus ditangkap di Getsemani (bdk. Mat 26:56), dia mengikuti-Nya dari jauh sampai ke halaman rumah Imam Besar. "Petrus mengikut dari jauh." (Lukas 22:54) Akan tetapi, karena antusiasmenya yang murah hati, ia terlalu bergantung pada dirinya sendiri. Selama perjamuan terakhir, Yesus telah menubuatkan kepada para Rasul-Nya tentang sengsara dan wafat-Nya yang semakin dekat serta desersi mereka. Segera, Petrus dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa, bahkan jika semua yang lain akan tersinggung pada malam sengsara, dia tidak akan pernah tersinggung. Katanya, dia akan siap untuk pergi bersama Yesus ke penjara dan kematian. (Bdk. Mat 24:33; Luk 22:33) Tetapi Yesus mencoba untuk membuatnya waspada terhadap kelancangan. "Aku berkata kepadamu, Petrus, hari ini ayam tidak akan berkokok, sebelum engkau tiga kali menyangkal, bahwa engkau mengenal Aku." (Bdk. Luk 22:34) Terlepas dari nubuatan ini, Rasul yang terburu nafsu pergi sampai ke halaman Imam Besar. Sementara Penebus ilahi dibawa dengan rantai di hadapan kursi pengadilan Imam Besar, di mana Dia difitnah, dipukul dan dihukum mati, Petrus ditanya apakah dia adalah pengikut orang Galilea. Tiga kali Dia menyangkal Gurunya dengan sumpah dan protes. Sayangnya, inilah yang terjadi pada siapa saja yang terlalu percaya diri pada kekuatannya sendiri. Inilah yang terjadi ketika kita lupa bahwa kita tidak dapat melakukan apa-apa, seperti yang ditunjukkan St. Paulus, tanpa pertolongan dan kasih karunia Allah. "Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah." (2 Kor. 3:5) Siapa pun mencari malapetaka jika dia dengan bodohnya menaruh semua kepercayaannya pada dirinya sendiri dan lalai mencari pertolongan Allah ketika dia dalam bahaya. Dia pasti akan jatuh.

Sementara Yesus berdoa dan menderita di Taman Getsemani, Petrus tertidur. Dia mengikuti Yesus dari kejauhan, memang, tetapi dia mengikuti dengan ketakutan dan perlahan. Sayangnya suam-suam kuku adalah langkah pertama menuju jatuh ke dalam dosa. Seorang pria yang suam-suam kuku dan tidak berdoa akan menjadi korban serangan pertama. Inilah yang terjadi pada Petrus. Hal yang sama akan terjadi pada kita jika kita tidak memelihara ikatan kasih dan doa dengan Yesus. Setidaknya setelah kejatuhannya yang pertama, Petrus seharusnya mengingat nubuatan Yesus. Dia seharusnya tidak terus mengandalkan kekuatannya sendiri dan seharusnya melarikan diri dari kesempatan berbuat dosa. Alih-alih ini, dia tetap di dalamnya. Akibatnya, alih-alih jatuh hanya sekali, dia menyangkal Guru ilahinya tiga kali dengan sumpah dan protes. Marilah kita belajar lari dari kesempatan berbuat dosa. Saat kita menemukan diri kita di dalamnya, mari kita melarikan diri secepat mungkin. Jika tugas kita mengharuskan kita untuk menghadapinya, Tuhan pasti akan memberi kita kekuatan untuk mengatasinya selama kita dengan rendah hati memintanya. Sebaliknya, jika kita lalai menempatkan diri kita dalam bahaya, kita pasti akan jatuh. "Hati tegar akan malang akhirnya, dan barangsiapa cinta kepada bahaya akan jatuh karenanya." (Sirakh 3:25)

Siapa yang menemukan devosi Jalan Salib?

Selama berabad-abad, salah satu devosi paling populer yang telah teruji oleh waktu adalah Jalan Salib (dalam bahasa Latin, Via Crucis ). Itu terdiri dari sejumlah "stasi" di mana seseorang dapat menelusuri kembali jejak Yesus Kristus selama Sengsara dan wafat-Nya.   

JD Warrick (CC BY-NC-ND 2.0)

 
Menurut tradisi kuno, Perawan Maria yang Terberkati mengunjungi tempat-tempat penderitaan, kematian, dan kebangkitan Yesus setiap hari setelah kenaikannya ke Surga. Banyak tradisi lain juga mengklaim bahwa Maria mengikuti Yesus di sepanjang jalan menuju Golgota.

Namun, dalam melakukan praktik ini, Bunda Terberkati tidak menciptakan devosi populer dengan doa-doa dan “stasi” khusus untuk diikuti. Dia hanya mencoba menghidupkan kembali peristiwa sengsara Yesus yang penuh kuasa dan menahannya "dalam hatinya," merenungkan pengorbanan besar yang dia lakukan. 


terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy