|
Credit: PaulCalbar/istock.com |
Selasa, 06 Juni 2023
Hari Biasa Pekan IX
“Satu esensi, perbedaan pribadi, begitulah misteri Trinitas, begitulah kehidupan batin Allah. Tiga sudut segitiga tidak membentuk tiga segitiga melainkan satu; seperti panas, kekuatan, dan cahaya matahari tidak membuat tiga matahari tetapi satu; seperti air, udara, dan uap, semuanya adalah manifestasi dari satu substansi; karena bentuk, warna, dan keharuman mawar tidak membuat tiga mawar, melainkan satu; sebagai jiwa kita, intelek kita, dan kehendak kita tidak menjadikan tiga substansi, melainkan satu; sebagai satu kali satu kali satu kali satu tidak sama dengan tiga, tetapi satu, demikian pula dengan cara yang jauh lebih misterius, ada tiga Pribadi Ilahi dalam Tuhan dan hanya satu Tuhan.” (Yang Mulia Uskup Agung Fulton J. Sheen)
Antifon Pembuka (Mzm 112:1)
Berbahagialah orang yang takwa kepada Tuhan, yang sangat menyukai segala perintah-Nya.
Doa Pagi
Allah
Bapa sumber kebahagiaan, bangkitkanlah dalam hati kami rasa tanggung
jawab akan kebahagiaan sesama, dan semoga kami menemukan sukacita dalam
kebiasaan tolong menolong, bergotong-royong di tengah-tengah masyarakat
kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami yang hidup
dan berkuasa bersama Engkau dan Roh Kudus, Allah, kini dan sepanjang
segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Tobit (2:9-14)
"Semakin aku diolesnya dengan obat, semakin buta mataku, karena bintik-bintik putih itu."
Pada
malam sesudah menguburkan jenazah, aku, Tobit, membasuh diri. Lalu aku
pergi ke pelataran rumah dan tidur dekat pagar temboknya. Mukaku tidak
tertudung karena udara panas. Aku tidak tahu bahwa ada burung pipit di
tembok tepat di atas diriku. Maka jatuhlah tahi hangat ke dalam mataku,
lalu muncullah bintik-bintik putih. Aku pun lalu pergi kepada tabib
untuk berobat. Tetapi semakin aku diolesnya dengan obat, semakin buta
mataku karena bintik-bintik putih itu, sampai buta sama sekali. Empat
tahun lamanya aku tidak dapat melihat. Semua saudaraku merasa sedih
karena aku. Dua tahun lamanya aku dipelihara oleh Ahikar sampai ia
pindah ke kota Elumeis. Di masa itu isteriku Hana mulai memborong
pekerjaan wanita. Pekerjaan itu pun diantarkannya kepada para pemesan
dan ia diberi upahnya. Pada suatu hari, yaitu tanggal tujuh bulan
Dustrus, diselesaikannya sepotong kain, lalu diantarkannya kepada
pemesan. Seluruh upahnya dibayar, dan ditambah juga seekor anak kambing
jantan untuk dimakan. Tetapi setibanya di rumahku anak kambing itu
mengembik. Maka aku memanggil isteriku dan bertanya, “Dari mana anak
kambing itu? Apa itu bukan curian? Kembalikanlah kepada pemiliknya!
Sebab kita tidak boleh makan barang curian!” Sahut isteriku, “Kambing
itu diberikan kepadaku sebagai tambahan upah.” Tetapi aku tidak percaya
kepada isteriku. Maka kusuruh dia mengembalikan anak kambing itu kepada
pemiliknya. Karena perkara itu, aku sangat malu karena isteriku. Tetapi
dia membantah, katanya, “Apa gunanya kebajikanmu? Apa faedahnya semua
amalmu itu? Lihat saja apa gunanya bagimu!”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.