| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Meditasi Antonio Kardinal Bacci: Mengendalikan Hawa Nafsu (Bagian 1)


 
 
 Nafsu kita pada dasarnya tidak berdosa. Mereka bisa membuka jalan menuju kejahatan, tapi mereka juga bisa membawa kita menuju kesempurnaan. Semuanya tergantung bagaimana kita mengontrol dan mengarahkan mereka. Mereka adalah impuls yang pada saat yang sama berharga dan berbahaya.

Kodrat manusia terluka akibat dosa asal. Jiwa tidak taat kepada Tuhan, dan kemampuan yang lebih rendah memberontak melawan akal sehat. Karenanya gangguan nafsu kita. Bagaimana seharusnya sikap kita terhadap masalah ini? Haruskah kita menekan atau melenyapkan nafsu kita, seperti yang akan dilakukan oleh beberapa orang Stoa? Faktanya, hal ini tidak mungkin dilakukan, karena nafsu kita adalah kekuatan alam bawaan yang tidak dapat dihancurkan. Yang harus kita lakukan adalah membimbing dan mengendalikan itu. Jika tanggul jebol, sungai yang mengalir deras dapat menyebabkan kerusakan, tetapi jika alirannya diarahkan dengan bijak, ia mengairi tanah dan membuatnya subur. Sama halnya dengan kecenderungan alami kita, yang “dapat digunakan untuk membentuk orang kudus, tetapi juga dapat menjadi perampok”. (Cordovani, Breviario Spirituale, hal. 66)

Rabu, 19 Juli 2023 Hari Biasa Pekan XV

 

Rabu, 19 Juli 2023
Hari Biasa Pekan XV 
   
Melalui kekayaan duniawi kita harus mendapatkan bagi diri kita sendiri kekayaan yang sejati dan abadi itu: sungguh, jika ada orang-orang yang siap untuk mengambil segala bentuk cara ketidakjujuran demi menjamin keadaan jasmani mereka sendiri yang senantiasa tak terduga, betapa terlebih lagi kita umat Kristiani harus peduli untuk mempersiapkan kebahagiaan kekal kita dengan barang-barang dari dunia ini (bdk. Risalat, 359, 10). Sekarang, satu-satunya cara untuk menghantarkan bakat-bakat dan kecakapan pribadi kita serta kekayaan yang kita miliki pada tujuan akhir kekekalan adalah dengan membagikannya pada sesama, dengan demikian menunjukkan bahwa kita adalah bendahara-bendahara yang baik dari apa yang Allah percayakan kepada kita. Yesus bersabda: "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar" (Lukas 16:10). (Paus Benediktus XVI, bdk. St. Agustinus)
    
Antifon Pembuka (Kel 3:5)

Tuhan bersabda, "Jangan mendekat! Tanggalkan kasutmu, sebab tempat di mana engkau berdiri itu tanah kudus."

Doa Pagi


Allah Bapa Mahakuasa, sungguh kuduslah Engkau dan tak terhampiri bagaikan api menyala pada masa apa pun. Namun, sebenarnya Engkau lebih dekat daripada anggapan kami. Semoga misteri ini Kautanam dalam-dalam di hati kami sebagai sumber sukacita kami.
Dengan pengantaraan Tuhan kami, Yesus Kristus, Putra-Mu, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.                  
   
Credit: JMLPYT/istock.com
 
Bacaan dari Kitab Keluaran (3:1-6.9-12)
   
"Tuhan menampakkan diri dalam nyala api yang keluar dari semak duri."
    
Di tanah Midian Musa biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali peristiwa Musa menggiring kawanannya ke seberang padang gurun, dan tiba di gunung Allah, yaitu Gunung Horeb. Lalu malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Musa melihat-lihat, dan tampaklah semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. Musa berkata, “Baiklah aku menyimpang ke sana, dan menyelidiki penglihatan hebat itu. Mengapa semak duri itu tidak terbakar?” Ketika dilihat Tuhan bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya, “Musa, Musa!” Musa menjawab, “Ya, Allah!” Lalu Tuhan bersabda, “Jangan mendekat! Tanggalkanlah kasutmu dari kaki, sebab tempat di mana engkau berdiri itu, tanah kudus.” Tuhan bersabda lagi, “Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.” Musa lalu menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah. Lalu Tuhan bersabda, “Sekarang seruan Israel telah sampai kepada-Ku. Juga telah Kulihat betapa kerasnya orang Mesir menindas mereka. Maka sekarang pergilah! Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir.” Tetapi Musa berkata kepada Allah, “Siapakah aku ini, maka aku harus menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?” Lalu Tuhan bersabda, “Bukankah Aku akan menyertai engkau? Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang mengutus engkau: Apabila engkau telah membawa bangsa itu keluar dari Mesir, maka kalian akan beribadah kepada Allah di gunung ini.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Meditasi Antonio Kardinal Bacci: Mendengarkan Suara Tuhan

 
George Martell | Archdiocese of Boston | CC BY-ND 2.0
 
Tuhan berbicara kepada kita dalam banyak cara melalui benda-benda ciptaan. Kita melihat kemuliaan-Nya di bintang-bintang di cakrawala, (bdk. Mzm 13:2) di laut, gunung dan lembah, dan di pepohonan dan bunga-bunga. St Theresia pernah memeriksa kelopak bunga ketika dia berseru: "Betapa baiknya Engkau, ya Tuhan!"

Tuhan juga berbicara di dalam diri kita. Terkadang Dia melihat betapa asyiknya kita dalam urusan duniawi dan Dia membangkitkan kegelisahan dan kerinduan kita akan Surga. Ketika kita jatuh ke dalam dosa, Dia menusuk kita dengan penyesalan dan meminta kita untuk bangkit kembali, menyadarkan kita bahwa segala sesuatu yang lain adalah kosong dan sia-sia jika kita telah kehilangan Dia. Dia berbicara kepada kita lebih jelas lagi melalui Wahyu, yang terkandung dalam Kitab Suci sebagaimana ditafsirkan secara resmi oleh Gereja.

Firman Tuhan yang diwahyukan selalu menyertai kita untuk menjawab pencarian hati manusia dan menghilangkan kegelisahan-Nya. Injil sama baru dan menerangi hari ini seperti kemarin. Ini adalah buku yang harus kita pelajari dengan penuh hormat dan tekun untuk memecahkan masalah pribadi kita dan masalah umat manusia.

Marilah kita mendengarkan Tuhan ketika Dia berbicara kepada kita dengan berbagai cara ini. Marilah kita menanggapi permohonan-Nya dan melaksanakan apa pun yang Dia minta dari kita dalam kehidupan kita sehari-hari.

Selasa, 18 Juli 2023 Hari Biasa Pekan XV

 

Credit:ThamKC/istock.com
Selasa, 18 Juli 2023
Hari Biasa Pekan XV

 Kalau mengalami kejahatan dan penderitaan, iman akan Bapa yang maha kuasa dapat diuji secara serius. Sewaktu-waktu Allah tampaknya tidak hadir dan tidak mampu mencegah kemalangan. Namun Allah Bapa menyatakan kekuasaan-Nya atas cara paling rahasia dalam Penghinaan dan kebangkitan Putera-Nya, yang mengalahkan yang jahat. Dengan demikian, Yesus yang tersalib adalah "kekuatan dan hikmat Allah. Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya daripada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat daripada manusia" (1 Kor 1:24- 25). Dalam pembangkitan dan pengangkatan Kristus, Bapa menunjukkan "kekuatan kuasa-Nya" dan menyatakan betapa "hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya" (Ef 1:19). (Katekismus Gereja Katolik, 272)
    
Antifon Pembuka (Mzm 69:33-34)

Hai orang yang rendah hati, lihatlah dan bersukacitalah! Hai kalian yang mencari Allah, hidupkan kembali hatimu! Sebab Tuhan mendengarkan kaum miskin dan tak memandang hina mereka yang ada dalam tahanan.

Doa Pagi


Allah Bapa yang Mahabaik, Engkau telah menunjukkan daya kekuatan yang mampu memberi pertolongan, ialah Yesus, Musa Baru. Kami mohon, semoga Dia berkenan mengarahkan hidup kami ke arah kebaikan dan membimbing kami masuk ke dalam kedamaian-Mu. Sebab Dialah yang hidup dan berkuasa, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
   

Bacaan dari Kitab Keluaran (2:1-15a)
 
  
"Anak itu diberi nama Musa, sebab ia telah ditarik dari air. Ketika Musa telah dewasa ia mendapatkan saudara-saudaranya."
 
Waktu umat Israel ditindas di Mesir ada seorang pria dari suku Lewi yang kawin dengan seorang wanita dari suku yang sama. Wanita itu mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ia melihat bahwa anak itu tampan; maka disembunyikannya tiga bulan lamanya. Tetapi ia tidak dapat menyembunyikannya lebih lama lagi. Maka diambilnya sebuah peti pandan dan dipakalnya dengan gala-gala dan ter. Lalu ia meletakkan bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi Sungai Nil. Kakaknya perempuan berdiri di tempat yang agak jauh untuk melihat apakah yang akan terjadi dengan bayi itu. Maka datanglah puteri Firaun untuk mandi di Sungai Nil, sedang dayang-dayangnya berjalan-jalan di tepi sungai. Maka terlihatlah oleh puteri Firaun peti di tengah-tengah teberau itu. Ia menyuruh seorang hambanya untuk mengambilnya. Ketika peti itu dibuka, dilihatnya seorang bayi yang menangis, maka ibalah hatinya dan ia berkata, “Tentulah ini bayi orang Ibrani.” Lalu bertanyalah kakak bayi itu kepada puteri Firaun, “Maukah Tuan Puteri agar kupanggil seorang inang penyusu dari kaum Ibrani untuk menyusui bayi itu bagi Tuan Puteri?” Sahut puteri Firaun kepadanya, “Baiklah!” Lalu pergilah gadis itu memanggil ibu bayi itu. Maka berkatalah puteri Firaun kepada ibu itu, “Bawalah bayi ini dan susuilah dia bagiku, maka aku akan memberi upah kepadamu.” Kemudian ibu itu mengambil bayinya dan menyusui dia. Ketika anak itu sudah besar, ibunya membawa dia kepada puteri Firaun. Ia diangkat anak oleh puteri Firaun dan diberi nama Musa, sebab katanya, “Aku telah menarik dia dari air.” Pada suatu hari, ketika Musa telah dewasa, ia keluar mendapatkan saudara-saudaranya untuk melihat kerja paksa mereka. Lalu dilihatnya seorang Mesir memukul seorang Ibrani, seorang dari saudara-saudaranya itu. Ia menoleh ke sana-sini dan ketika dilihatnya tidak ada orang, dibunuhnya orang Mesir itu, dan disembunyikannya mayatnya dalam pasir. Keesokan harinya Musa keluar lagi, dan didapatinya dua orang Ibrani tengah berkelahi. Ia bertanya kepada yang bersalah, “Mengapa kaupukul temanmu itu?” Jawab orang itu, “Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami? Apakah engkau bermaksud membunuh aku, sama seperti engkau telah membunuh orang Mesir itu?” Musa menjadi takut, sebab pikirnya, “Tentulah peristiwa itu telah ketahuan.” Ketika Firaun mendengar tentang peristiwa itu, ia berikhtiar membunuh Musa. Tetapi Musa melarikan diri dari hadapan Firaun dan tiba di tanah Midian.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Hai orang-orang yang rendah hati, carilah Allah, maka hatimu akan hidup kembali.
Ayat. (Mzm 69:3.14.30-31.33-34; R:33)

1. Aku tenggelam ke rawa yang dalam tidak ada tempat bertumpu; aku telah terperosok ke air yang dalam, gelombang pasang menghanyutkan daku.
2. Tetapi aku, aku berdoa kepada-Mu, ya Tuhan, aku bermohon pada waktu Engkau berkenan, ya Allah, demi kasih setia-Mu yang besar jawablah aku dengan pertolongan-Mu yang setia!
3. Tetapi aku ini tertindas dan kesakitan, keselamatan dari pada-Mu, ya Allah, kiranya melindungi aku! Aku akan memuji-muji nama Allah dengan nyanyian, mengagungkan Dia dengan lagu syukur.
4. Lihatlah, hai orang-orang yang rendah hati, dan bersukacitalah, biarlah hatimu hidup kembali hai kamu yang mencari Allah! Sebab Tuhan mendengarkan orang-orang miskin, dan tidak memandang hina orang-orang-Nya yang ada dalam tahanan.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Mzm 95:8ab)
Hari ini janganlah bertegar hati, tetapi dengarkanlah sabda Tuhan.
     
Inilah Injil Suci menurut Matius (11:20-24)
  
"Pada hari penghakiman tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan daripada tanggunganmu."

Sekali peristiwa Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat meskipun di sana Ia melakukan paling banyak mukjizat. Ia berkata, “Celakalah engkau, Khorazim! Celakalah engkau, Betsaida! Karena jika di Tirus dan Sidon terjadi mukjizat-mukjizat yang telah Kulakukan di tengah-tengahmu, pasti sudah lama mereka bertobat dan berkabung. Tetapi Aku berkata kepadamu, ‘Pada hari penghakiman tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan daripada tanggunganmu.’ Dan engkau, Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak! Engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mukjizat-mukjizat yang telah terjadi di tengah-tengahmu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. Maka Aku berkata kepadamu, ‘Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan daripada tanggunganmu’.”
 Verbum Domini
(Demikianlah Sabda Tuhan)
U. Laus tibi Christe
(U. Terpujilah Kristus)

 
Renungan
 
Ketidakpedulian umumnya didefinisikan sebagai kurangnya minat atau perhatian. Tetapi derajatnya tergantung pada situasi dan keadaan. Ketidakpedulian terhadap ketidakrapian tempat kerja kita tidak sama dengan ketidakpedulian terhadap tindakan kejahatan.

Pada bacaan pertama, ibu Musa hanya bisa acuh tak acuh dan meratapi bahwa Tuhan tidak melindungi umat-Nya dengan membiarkan orang Mesir membunuh bayi laki-laki mereka. Tapi dia melakukan sesuatu untuk melindungi bayinya dari kejahatan yang akan datang. Demikian pula, Musa dewasa tidak memalingkan muka dan dia juga tidak peduli dengan kekerasan yang dilakukan orang Mesir terhadap rekan senegaranya.

Dalam Injil, Yesus membuat celaan tajam atas ketidakpedulian kota Khorazim dan Betsaida dan Kapernaum. Ketidakpedulian adalah tanda pembusukan internal dan dengan demikian tiga kota yang disebutkan dalam Injil sekarang menjadi reruntuhan. Ketidakpedulian juga merupakan tanda bahwa iman kita sedang membusuk dan kita tidak peka terhadap bisikan Tuhan di dalam hati kita. Semoga hati kita dilunakkan oleh kasih Tuhan dan semoga kita sadar akan kebutuhan orang lain di sekitar kita.
 


Antifon Komuni (Mzm 69:14)

Aku berdoa kepada-Mu, ya Tuhan, pada waktu Engkau berkenan. Demi besarnya kasih setia-Mu jawablah aku dengan pertolongan.

Doa Malam

Allah Bapa Mahakuasa, Engkau telah memberi kami pemimpin kehidupan, ialah Yesus, hamba-Mu. Ajarilah kami mengimani sabda-Nya serta menyesuaikan hidup kami akan sabda itu. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami. Amin.

RENUNGAN PAGI

Bacaan Harian: 17 - 23 Juli 2023

Senin, 17 Juli 2023: Hari Biasa Pekan XV (H).
Kel 1:8-14, 22/Mzm 124:1b-3, 4-6, 7-8/ Mat 10:34—11:1
 
Selasa, 18 Juli 2023: Hari Biasa Pekan XV (H).
Kel 2:1-15a/Mzm 69:3, 14, 30-31, 33-34/Mat 11:20-24
 
Rabu, 19 Juli 2023: Hari Biasa Pekan XV (H).
Kel 3:1-6, 9-12/Mzm 103:1b-2, 3-4, 6-7/ Mat 11:25-27
 
Kamis, 20 Juli 2023: Hari Biasa Pekan XV (H). 
Kel 3:13-20/Mzm 105:1 dan 5, 8-9, 24-25, 26-27/ Mat 11:28-30
 
Jumat, 21 Juli 2023: Hari Biasa Pekan XV (H). 
Kel 11:10—12:14/Mzm 116:12-13, 15 dan 16bc, 17-18/ Mat 12:1-8
 
Sabtu, 22 Juli 2023: Pesta St. Maria Magdalena (P).
Kid 3:1-4b atau 2 Kor 5:14-17/Mzm 63:2, 3-4, 5-6, 8-9/ Yoh 20:1-2, 11-18
 
Minggu, 23 Juli 2023: Hari Minggu Biasa XVI (H).
Keb 12:13, 16-19/Mzm 86:5-6, 9-10, 15-16 (5a)/ Rom 8:26-27/Mat 13:24-43 atau 13:24-30
 
 
Credit: Sidney de Almeida/istock.com

Meditasi Antonio Kardinal Bacci: Melaksanakan kehendak Tuhan

St. Michael & St. Mary Stillwater, MN Catholic Church     
 

Jika sebuah perahu berjalan mengikuti arus, ia hanya membutuhkan sedikit tarikan dayung atau panduan kemudi. Lintasannya mulus dan damai.

Hal yang sama berlaku bagi mereka yang menaruh keyakinan mutlak pada Tuhan dalam perjalanan hidup mereka. Tuhan tahu bahwa saya mencintai-Nya, alasan mereka; Dia tahu bahaya yang saya hadapi dan tahu betapa lemahnya saya. Dia tidak akan membiarkan saya dicobai melebihi kekuatan saya. “Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” (1 Kor. 10:13)

Mengapa saya harus khawatir ketika saya tahu bahwa apa pun yang Tuhan simpan untuk saya adalah untuk kebaikan saya sendiri? Apakah saya menderita kesehatan yang buruk? Biarlah kehendak Allah yang terjadi, karena ini untuk kesejahteraan rohani saya. Apakah saya kuat dan mampu bekerja untuk kemuliaan-Nya? Izinkan saya berterima kasih kepada Tuhan karena menjadikan saya alat kebaikan-Nya.

Senin, 17 Juli 2023 Hari Biasa Pekan XV

SiouxFall Diocese

Senin, 17 Juli 2023
Hari Biasa Pekan XV

, “… Tuhan kita membukakan mata hati kita, dengan menjelaskan apa yang telah dikatakan-Nya, maka kalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapa yang akan mempercayakan harta sejati kepadamu? Maka apa yang terkecil adalah Mamon yang tidak jujur, yaitu kekayaan duniawi, yang nampak sebagai bukan apa-apa bagi orang-orang yang bijaksana secara surgawi… Seseorang setia dalam hal kecil, ketika ia membantu mereka yang tertunduk karena dukacita. Jika kita tidak setia dalam hal-hal kecil, bagaimana kita akan memperoleh harta sejati, yaitu karunia rahmat ilahi yang menghasilkan buah, dengan menanamkan gambar Allah di jiwa manusia? Tapi bahwa perkataan Tuhan condong kepada arti ini… sebab kata-Nya, Dan jika kamu tidak setia dalam hal yang menjadi milik orang lain, siapa yang akan memberi kepadamu apa yang menjadi milikmu sendiri?” (St. Sirilus, Catena Aurea, Luk 16:8-13).


Antifon Pembuka (Mzm 124:8)

Penolong kita ialah Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi.

Doa Pagi


Allah Bapa Mahakuasa dan kekal, perkenankanlah kami mengenal suara Sabda-Mu dan selanjutnya menyesuaikan suara kami dengan suara Sabda itu, ialah Yesus Kristus Putra-Mu. Sebab Dialah yang hidup dan berkuasa, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Kitab Keluaran (1:8-14.22)

"Marilah kita bertindak terhadap orang Israel dengan bijaksana, agar mereka jangan semakin bertambah banyak."

Pada waktu itu tanah Mesir diperintah oleh raja baru yang tidak mengenal Yusuf. Berkatalah raja itu kepada rakyatnya, “Lihat, bangsa Israel itu sangat banyak, dan jumlahnya lebih besar daripada kita. Marilah kita bertindak terhadap mereka dengan bijaksana, agar mereka jangan semakin bertambah banyak. Jangan-jangan, jika terjadi peperangan, mereka bersekutu dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu pergi dari sini.” Maka pengawas-pengawas rodi ditempatkan atas orang-orang Israel, untuk menindas mereka dengan kerja paksa. Mereka harus mendirikan bagi Firaun kota-kota perbekalan, yakni Pitom dan Raamses. Tetapi makin ditindas, makin bertambah banyak dan berkembanglah mereka, sehingga orang merasa takut kepada orang Israel itu. Maka dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja, dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat. Mereka dipaksa mengerjakan tanah liat dan membuat batu bata. Juga berbagai-bagai pekerjaan di padang; ya segala macam pekerjaan dengan kejam dipaksakan oleh orang Mesir kepada mereka itu. Lalu Firaun memberi perintah kepada seluruh rakyatnya, “Setiap anak laki-laki yang lahir bagi orang Ibrani lemparkanlah ke dalam Sungai Nil. Tetapi anak-anak perempuan biarkanlah hidup.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy