Kaca
patri Santo Petrus dan Santo Paulus yang mengapit Hati Kudus.
Jendelanya ada di gereja Hati Kudus Don Bosco di Roma. Foto: Fr.
Lawrence, OP (CC BY-NC-ND 2.0) |
Memang mudah untuk memulainya, namun sulit untuk melanjutkannya. Mungkin di saat-saat yang penuh semangat, Anda berjanji untuk menjadi suci. Mungkin suatu kemalangan menimpa Anda, seperti kehilangan seseorang yang sangat Anda sayangi, dan Anda tergerak untuk merenungkan kesia-siaan hal-hal duniawi dan berjanji untuk mengabdikan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Pada saat itu Anda merasakan kebenaran kata-kata Pengkhotbah, yang diringkas dalam “Mengikuti Jejak Kristus”: “Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia, kecuali mengasihi Tuhan dan mengabdi kepada-Nya saja.” (Bdk Pkh 1:1)
Sayangnya, resolusi baik Anda hilang seiring berjalannya waktu. Anda mungkin sekali lagi terhanyut oleh kesenangan dunia yang menipu. Atau barangkali amal kasih Anda menjadi dingin dan karena sikap suam-suam kuku Anda menyerah pada godaan yang gencar.