Karya:Keith Lance/istock.com |
Ketika Tuhan menjadi manusia untuk mengajar dan menebus umat manusia yang terhilang dan bersalah, tindakan tersebut akan kehilangan arti sebenarnya jika Dia memilih untuk dilahirkan di sebuah istana, dikelilingi oleh kemegahan kemuliaan dan kekayaan duniawi.
Tidak ada artinya bukan hanya bagi Tuhan, tetapi juga bagi kita, jika Dia meninggalkan kemuliaan Surga yang tidak dapat binasa dan kekayaan kebahagiaan abadi yang tak terhingga demi mendapatkan keagungan duniawi yang di mata-Nya hanyalah awan yang menghilang. Apa yang kita perlukan adalah mempelajari kerendahan hati dan melepaskan diri dari hal-hal duniawi, yang dapat dengan mudah membuat kita melupakan hal-hal supranatural. Kita membutuhkan Seseorang untuk datang dan menyucikan penderitaan, yang memurnikan dan mengangkat jiwa. Kita membutuhkan Seseorang untuk memenuhi tuntutan keadilan ilahi atas nama kita dan mengajari kita bahwa jalan salib adalah satu-satunya jalan yang dapat menuju ke Surga. Inilah sebabnya mengapa Firman Tuhan yang Kekal menjadi bayi yang miskin dan rendah hati, memilih kandang daripada istana, dan desa kecil Betlehem di Yudea daripada kota kekaisaran Roma. Dia berharap kemiskinan dan kekurangan yang dialami-Nya menjadi pelajaran pertama-Nya bagi umat manusia.