Kitab Kedua Raja-Raja menceritakan kepada kita bahwa nabi Elia diangkat ke Surga dengan kereta tanpa terlebih dahulu menanggung rasa sakit dan penghinaan akibat kematian. (Bdk. 2 Raja-raja 2:11) Mengapa Allah tidak melakukan hal yang sama dalam kasus Perawan Terberkati, memerintahkan para Malaikat-Nya untuk membawanya ke Surga sebelum kematian menimpa tubuh tak berdosanya? Seperti yang dikatakan Santo Paulus, dosalah yang menyebabkan kematian masuk ke dalam dunia. Sejak saat pembuahannya, Maria telah bebas dari noda dosa sekecil apa pun, karena ia tak bernoda dan penuh rahmat. Namun demikian, menurut tradisi yang paling banyak dianut, Maria memilih untuk mati sama seperti Putra ilahinya menghendaki mati. Yesus “dipersembahkan karena keinginannya sendiri.” (Yes. 53:7) Hal yang sama juga terjadi pada Maria, yang ada hanyalah perbedaannya. Yesus mati dengan kematian yang kejam setelah penyiksaan yang paling mengerikan di tengah massa yang menghujat dan penuh kebencian. Hal seperti ini tidak terjadi pada Maria, meskipun ia disebut Ratu Para Martir karena pedang yang menusuk jiwanya saat melihat Putra ilahinya mati dalam penderitaan yang begitu besar.
Namun Yesus menghendaki agar tubuh Bunda-Nya yang tak bernoda tetap utuh. Hanya kasihnya yang besar dan hasratnya yang kuat untuk bersatu kembali dengan Putranya yang perlahan-lahan menghabiskan kehidupan fananya. Kasihnya yang semakin besar kepada Allah mematahkan belenggu tubuh fananya sampai akhirnya dia tertidur di dalam Tuhan.