![]() |
François Boucher, “Santo Petrus Mencoba Berjalan di Atas Air”, 1766 (foto: Domain Publik) |
Mari kita renungkan kemurahan Tuhan yang tidak terbatas, sama seperti keadilan-Nya yang tidak terbatas. “Rahmat-Nya,” kata St. Thomas, “tidak mengurangi keadilan-Nya, melainkan kepenuhan dan kesempurnaan keadilan itu.”
(S. Th., 1, q. 21, a. 3 ad 2) Segala pahala yang dapat kita peroleh di
sisi Tuhan berasal dari anugerah-Nya yang cuma-cuma. Oleh karena itu,
kemurahan dan keadilan Tuhan menyatu dalam harmoni indah yang menuntut
rasa syukur dan kesetiaan kita.
Referensi tentang belas kasihan Tuhan banyak sekali dalam Kitab Suci. ”Sebab Engkau, ya Tuhan, baik dan suka mengampuni ” kata Pemazmur, ”dan berlimpah kasih setia bagi semua orang yang berseru kepada-Mu.” (Mzm. 86:5) “Terpujilah Tuhan,” kita membaca di tempat lain, “batu karangku, … perlindunganku dan bentengku, bentengku, penyelamatku…” (Mzm. 144:2) “Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.” (Mzm. 23:6)
Referensi tentang belas kasihan Tuhan banyak sekali dalam Kitab Suci. ”Sebab Engkau, ya Tuhan, baik dan suka mengampuni ” kata Pemazmur, ”dan berlimpah kasih setia bagi semua orang yang berseru kepada-Mu.” (Mzm. 86:5) “Terpujilah Tuhan,” kita membaca di tempat lain, “batu karangku, … perlindunganku dan bentengku, bentengku, penyelamatku…” (Mzm. 144:2) “Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.” (Mzm. 23:6)