St Yohanes adalah murid terkasih Yesus Kristus. Dia diizinkan, bersama dengan Santo Petrus dan Santo Yakobus, untuk menikmati kemuliaan Transfigurasi, dan dia diundang bersama mereka ke Taman Getsemani untuk menyaksikan penderitaan Penebus ilahi kita. Terlebih lagi, di Ruang Atas, setelah dia menerima Ekaristi Mahakudus, dialah satu-satunya Rasul yang mendapat hak istimewa untuk menyandarkan kepalanya di dada Yesus. Dia berdiri di kaki Salib di Gunung Kalvari dan mendengar Gurunya mempercayakan kepadanya dengan nafas terakhir-Nya harta paling berharga yang masih tersisa bagi-Nya di bumi, yaitu Perawan Maria yang Terberkati. “Nak, lihatlah ibumu.”
Benar bahwa Yesus mengasihi semua Rasul-Nya, yang kepada mereka semua Dia karuniai kebahagiaan menikmati kebersamaan dengan-Nya, mendengarkan pengajaran-Nya, dan menyaksikan mukjizat-mukjizat-Nya. Meski begitu, Ia mempunyai kasih sayang khusus kepada St. Yohanes. Ini karena Yohanes masih suci ketika Yesus memanggilnya, dan tetap demikian sepanjang hidupnya. Keadaan khususnya kekudusan menyenangkan Tuhan. Hal ini menjadikan kita seperti para Malaikat dan, dalam arti tertentu, lebih unggul dari mereka, karena roh-roh murni ini secara alami kudus, dan kita hanya dapat berhasil menjadi kudus melalui pengendalian diri yang besar. “Berbahagialah orang yang suci hatinya,” kata Yesus dalam Injil, “karena mereka akan melihat Allah.” (Mat. 5:8)
Benar bahwa Yesus mengasihi semua Rasul-Nya, yang kepada mereka semua Dia karuniai kebahagiaan menikmati kebersamaan dengan-Nya, mendengarkan pengajaran-Nya, dan menyaksikan mukjizat-mukjizat-Nya. Meski begitu, Ia mempunyai kasih sayang khusus kepada St. Yohanes. Ini karena Yohanes masih suci ketika Yesus memanggilnya, dan tetap demikian sepanjang hidupnya. Keadaan khususnya kekudusan menyenangkan Tuhan. Hal ini menjadikan kita seperti para Malaikat dan, dalam arti tertentu, lebih unggul dari mereka, karena roh-roh murni ini secara alami kudus, dan kita hanya dapat berhasil menjadi kudus melalui pengendalian diri yang besar. “Berbahagialah orang yang suci hatinya,” kata Yesus dalam Injil, “karena mereka akan melihat Allah.” (Mat. 5:8)