Benar bahwa Yesus mengasihi semua Rasul-Nya, yang kepada mereka semua Dia karuniai kebahagiaan menikmati kebersamaan dengan-Nya, mendengarkan pengajaran-Nya, dan menyaksikan mukjizat-mukjizat-Nya. Meski begitu, Ia mempunyai kasih sayang khusus kepada St. Yohanes. Ini karena Yohanes masih suci ketika Yesus memanggilnya, dan tetap demikian sepanjang hidupnya. Keadaan khususnya kekudusan menyenangkan Tuhan. Hal ini menjadikan kita seperti para Malaikat dan, dalam arti tertentu, lebih unggul dari mereka, karena roh-roh murni ini secara alami kudus, dan kita hanya dapat berhasil menjadi kudus melalui pengendalian diri yang besar. “Berbahagialah orang yang suci hatinya,” kata Yesus dalam Injil, “karena mereka akan melihat Allah.” (Mat. 5:8)
Berpeganglah pada ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian, dan supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk selamanya." (Ulangan 4:40)
| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |
CARI RENUNGAN
Meditasi Antonio Kardinal Bacci: St. Yohanes, Penginjil
Benar bahwa Yesus mengasihi semua Rasul-Nya, yang kepada mereka semua Dia karuniai kebahagiaan menikmati kebersamaan dengan-Nya, mendengarkan pengajaran-Nya, dan menyaksikan mukjizat-mukjizat-Nya. Meski begitu, Ia mempunyai kasih sayang khusus kepada St. Yohanes. Ini karena Yohanes masih suci ketika Yesus memanggilnya, dan tetap demikian sepanjang hidupnya. Keadaan khususnya kekudusan menyenangkan Tuhan. Hal ini menjadikan kita seperti para Malaikat dan, dalam arti tertentu, lebih unggul dari mereka, karena roh-roh murni ini secara alami kudus, dan kita hanya dapat berhasil menjadi kudus melalui pengendalian diri yang besar. “Berbahagialah orang yang suci hatinya,” kata Yesus dalam Injil, “karena mereka akan melihat Allah.” (Mat. 5:8)
Kamis, 28 Desember 2023 Pesta Kanak-kanak Suci, Martir (Hari Keempat Dalam Oktaf Natal)
“Meskipun tidak mengerti, kanak-kanak martir ini mati demi Kristus.” (St. Quidvultdeus)
Turin
- Lukisan simbolis kanak-kanak suci tak berdosa dengan para malaikat di
gereja Chiesa di San Dalmazzo oleh Enrico Reffo (1831-1917). Credit:
Sedmak/istock.com |
Antifon Pembuka
Kanak-kanak tak bersalah dibunuh demi Kristus. Kini mereka mengikuti Anak Domba tak bercela, dan senantiasa berseru, "Terpujilah Kristus!"
The innocents were slaughtered as infants for Christ; spotless, they follow the Lamb and sing for ever: Glory to you, O Lord.
Pengantar
Pesta Kanak-kanak Suci yang kita rayakan pada hari ini menunjuk pada kenyataan bahwa kuasa kegelapan menjadi gusar terhadap terang Kristus. Ini dapat dilihat di sepanjang sejarah keselamatan. Dengan lahirnya Yesus, Raja Herodes merasa kedudukannya terancam dengan hadirnya Raja baru tersebut. Ia merasakan takhtanya mulai digoyang. Itulah sebabnya, ia tidak segan-segan membunuh anak-anak. Telinganya sudah tuli untuk mendengar ratapan para ibu yang harus kehilangan anaknya. Mata hatinya buta untuk melihat penderitaan begitu banyak orang. Kehadiran seorang pembawa damai kerap menimbulkan ketidaknyamanan bagi orang yang congkak dan arogan. Kedatangan Yesus, Sang Raja Damai, menyebabkan kekacauan besar dalam diri Herodes. Anak-anak yang tidak bersalah menjadi korban kekejamannya hanya karena ingin memastikan bahwa Yesus termasuk di antara anak-anak tersebut.
Allah Bapa yang Mahabaik, hari ini para martir-Mu yang kecil tak bersalah, meluhurkan Dikau bukan dengan madah melaikan dengan darah. Semoga iman yang kami akui dengan perkataan kami nyatakan pula dengan perbuatan. Dengan pengantaraan Tuhan kami, Yesus Kristus, Putra-Mu, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Saudara-saudara terkasih, inilah berita yang telah kami dengar dari Yesus Kristus, dan yang kami sampaikan kepada kamu: Allah adalah terang, dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan. Jika kita katakan bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta, dan kita tidak melakukan kebenaran. Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari segala dosa. Jika kita berkata bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri, dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Jika kita mengaku dosa kita, maka Allah adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Jika kita berkata bahwa kita tidak berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta, dan firman-Nya tidak ada di dalam kita. Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa; namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus yang adil. Dialah pendamaian untuk segala dosa kita; malahan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Meditasi Antonio Kardinal Bacci: St. Stefanus, Diakon dan Martir Pertama
Di antara ketujuh diakon yang dicalonkan oleh para Rasul, ada seorang bernama Stefanus yang menonjol karena kekudusan dan karunia rohaninya yang luar biasa. Karena mendapat pencerahan dari Tuhan, pemuda ini berani menegur orang-orang Yahudi di depan umum karena kekerasan hati mereka dan secara terbuka membela ajaran Kristus, yang ia nyatakan sebagai Juruselamat dan Penebus dunia. Suatu hari ketika dia diancam oleh musuh-musuhnya, Stefanus mengangkat matanya dengan penuh rasa percaya ke arah Surga dan berkata: “Lihatlah, aku melihat langit terbuka, dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.” Orang-orang Yahudi tidak dapat lagi menahan amarah mereka dan mulai menyeret pemuda itu keluar kota. Di sana mereka meninggalkan pakaian mereka di bawah perhatian seorang pemuda bernama Saulus sementara mereka dengan kejam melempari Stefanus dengan batu sampai mati. Berlutut karena kekuatan misil, murid muda suci itu terus memandang ke arah Surga. “Tuhan Yesus,” serunya, “terimalah rohku.” Sebelum dia menghembuskan nafas terakhirnya, dia memaafkan musuh-musuhnya seperti yang dilakukan Guru ilahinya. “Tuhan,” doanya, “jangan tanggungkan dosa ini kepada mereka.” Dan dengan kata-kata ini dia tertidur. (Lih. Kis 7:51-60; 8:1-2)
Rabu, 27 Desember 2023 Pesta St. Yohanes, Rasul, Penginjil (Hari Ketiga dalam Oktaf Natal)
Santo Yohanes berlangkah lebih jauh lagi dan berkata: "Allah adalah kasih" (1 Yoh 4:8-16): Cinta adalah kodrat Allah. Dengan mengutus Putra-Nya yang tunggal dan Roh cinta pada kepenuhan waktu, Allah mewahyukan rahasia-Nya yang paling dalam Bdk. 1 Kor 2:7-16; Ef 3:9-12.; Ia sendiri adalah pertukaran cinta abadi, Bapa, Putra, dan Roh Kudus, dan Ia telah menentukan supaya kita mengambil bagian dalam pertukaran itu. (Katekismus Gereja Katolik, 221)
Antifon Pembuka
Yohanes inilah yang duduk di sisi Yesus waktu perjamuan. Bahagialah rasul ini, sebab rahasia surgawi diwahyukan kepadanya, dan sabda kehidupan diwartakannya ke seluruh dunia.
This is John, who reclined on the Lord’s breast at supper, the blessed Apostle, to whom celestial secrets were revealed and who spread the words of life through all the world.
atau (bdk. Sir 15:5)
Di tengah-tengah Gereja ia membuka mulutnya, dan Tuhan memenuhinya dengan roh hikmat dan pengertian dan memakaikan dia jubah kemuliaan.
In the midst of the Church he opened his mouth, and the Lord filled him with the spirit of wisdom and understanding and clothed him in a robe of glory.
Doa Pagi
Ya Allah, Engkau yang telah mengungkapkan rahasia Sabda-Mu kepada kami lewat Rasul Santo Yohanes, kami mohon semoga kami dapat mengerti dengan baik apa yang dia telah katakan kepada kami dengan mengagumkan. Dengan pengantaraan Tuhan kami, Yesus Kristus, Putra-Mu, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
"Apa yang telah kami lihat dan kami dengar, itulah yang kami tuliskan kepada kamu."
Saudara-saudara terkasih, apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar dan kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan, dan kami raba dengan tangan kami; yakni firman hidup, itulah yang kami tuliskan kepada kamu. Hidup telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya! Dan sekarang kami bersaksi serta memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa, dan yang telah dinyatakan kepada kami. Apa yang telah kami lihat dan kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, yakni Yesus Kristus. Semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna.
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.
Meditasi Antonio Kardinal Bacci: Membuka hati kita kepada Yesus dan menyambut Dia sebagai Raja dan Tuhan kita
Dunia mengabaikan kelahiran Yesus. Tidak ada tempat bagi-Nya di penginapan di Betlehem, dan tidak ada tempat bagi Maria dan Yusuf, dua orang pengembara yang miskin, yang terpaksa berlindung di gubuk yang menyedihkan. Di dunia selalu demikian, manusia menilai satu sama lain berdasarkan penampilan luar dan standar keuangan.
Bagaimana sikap kita terhadap Yesus Kristus? Bagaimana kita bersikap terhadap mereka yang membutuhkan dan menderita, yang di dalamnya kita dapat mengenali Pribadi Kristus sendiri?
Jika kita siap untuk membuka hati kita kepada Yesus dan menyambut Dia sebagai Raja dan Tuhan kita yang mutlak, kita akan diubahkan sehingga kita akan menjalani kehidupan-Nya dan bertindak selaras dengan-Nya. Singkatnya, kita akan menjadi orang kudus. Namun jika kita kurang dalam kemurahan hati dan enggan menyambut Yesus dengan sepenuh hati ke dalam hati kita, maka kita tidak akan pernah menjadi setengah-Kristen, menjadi hangat dan tidak bersyukur. Kita bahkan harus bersiap menyambut orang miskin sebagai wakil Kristus. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Mat. 25:40)
Orang Kudus hari ini: 26 Desember 2023 St. Stefanus, Martir Pertama
Apa pesannya? Natal berarti kemartiran - dan banyak orang seperti St Stefanus mati di zaman kita sendiri Kristus persis seperti yang Dia lakukan. Kematian adalah bagian sentral dari kisah Natal sesungguhnya.
Selasa, 26 Desember 2023 Pesta St. Stefanus, Martir Pertama (Hari Kedua Dalam Oktaf Natal)
“Cinta yang dibawa Kristus dari surga ke dunia, mengangkat Stefanus dari dunia ke surga.” (St. Fulgensius dari Ruspe)
Antifon Pembuka
Pintu surga terbuka bagi Stefanus. Dialah yang pertama di antara para martir. Maka ia berseri mulia di surga, dimahkotai dengan kemenangan.
The gates of heaven were opened for blessed Stephen, who was found to be first among the number of the Martyrs and therefore is crowned triumphant in heaven.
Travis | CC BY ND 2.0 |
Allah Bapa, sumber kemuliaan, pada pesta martir-Mu Santo Stefanus kami mengunjukkan persembahan ini di altar-Mu. Semoga kami mengikuti teladannya dalam membela iman dan menaruh cinta kasih kepada mereka yang memusuhi kita. Dengan pengantaraan Tuhan kami, Yesus Kristus, Putra-Mu, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kisah Para Rasul (6:8-10; 7:54-59)
Sekali peristiwa Stefanus, yang penuh dengan karunia dan kuasa, mengadakan mukjizat dan tanda-tanda di antara orang banyak. Tetapi tampillah beberapa orang dari jemaat Yahudi yang disebut jemaat orang Libertini. – Anggota jemaat ini adalah orang-orang dari Kirene dan dari Aleksandria. – Mereka tampil bersama dengan beberapa orang Yahudi dari Kilikia dan dari Asia. Orang-orang ini bersoal jawab dengan Stefanus, tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmat Stefanus dan Roh Kudus yang mendorong dia berbicara. Mendengar semua yang dikatakan Stefanus, para anggota Mahkamah Agama sangat tertusuk hatinya. Maka mereka menyambutnya dengan gertakan gigi. Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit; ia melihat kemuliaan Allah, dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Maka katanya, “Sungguh, aku melihat langit terbuka, dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.” Maka berteriak-teriaklah mereka, dan sambil menutup telinga serempak menyerbu dia. Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya dengan batu. Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus. Sementara dilempari, Stefanus berdoa, “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati