Orang berdosa juga akan mati. Baginya kematian sungguh mengerikan. Bayangkan dia terbaring di ranjang kematiannya, secara naluriah sadar bahwa hidupnya telah berakhir. Masa lalu akan muncul untuk mencelanya, masa lalu yang penuh dengan dosa dan rasa tidak berterima kasih kepada Pencipta dan Penebusnya. Rencana yang dia pusatkan pada keuntungan, ambisi, dan kehormatan akan lenyap seperti asap. Teman-temannya akan meninggalkannya atau akan melontarkan kata-kata tak berguna yang tak mampu menghiburnya. Sekarang dia harus berdiri sendiri, sendirian di hadapan Tuhan.
Apa yang akan terjadi pada saat itu? Mungkinkah keputusasaan akan menguasai jiwanya, seperti yang menguasai jiwa Yudas? Mungkin rahmat-rahmat yang tak terhitung jumlahnya yang ia hina akan membawa keseimbangan Keadilan Ilahi menuju jurang kutukan? Atau akankah pancaran belas kasihan terakhir menembus pikirannya yang lelah, membara dengan penyesalan, sehingga dengan denyut terakhirnya hatinya yang malang akan berpaling kepada Tuhan dan memohon pengampunan-Nya? Siapa yang bisa mengatakannya? Namun yang pasti, dari dua pencuri yang mati di samping Salib Penebus kita, hanya satu yang mendengar dia berkata: "Hari ini kamu akan bersama-Ku di surga!" Yang lain tetap keras kepala dalam dosanya. Menunggu untuk bertobat pada saat kematian adalah suatu kebodohan yang paling tinggi.