Meditasi Antonio Kardinal Bacci tentang Penghakiman Terakhir

 

Keputusan Khusus dan Umum

“Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi,” (Ibr. 9:27)

Harus menghadap wajah Tuhan yang hidup adalah hal yang menakutkan bagi semua orang. Betapa lebih mengerikannya hal ini bagi orang berdosa? Karena terbebani oleh dosa-dosa yang tak terhitung jumlahnya, dia akan berdiri di hadapan pandangan Tuhan yang penuh perhatian. Dia tidak akan bisa menyembunyikan apa pun. Semuanya akan terlihat jelas dan jelas. Wajah Penebus Ilahi kita, yang lemah lembut dan penuh belas kasihan selama hidup, pada saat itu akan menjadi hakim yang kejam dan adil. Setelah mengabaikan begitu banyak rahmat, setelah menolak begitu banyak seruan untuk bertobat dan begitu banyak inspirasi rahasia untuk mengubah hidupnya, setelah mati tanpa bertobat... lihatlah orang berdosa di hadapan Hakim Kekalnya. Pada saat itu dia akan mendengar kalimat yang tidak dapat dibatalkan bergema di telinganya: “Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.” (Mat. 25:41) Kecaman yang mengerikan ini akan diulangi di depan umum, terlebih lagi, pada saat penghakiman umum.

Meditasi Antonio Kardinal Bacci: Kematian Orang Berdosa Berbeda dengan Kematian Orang Adil

 

Orang berdosa juga akan mati. Baginya kematian sungguh mengerikan. Bayangkan dia terbaring di ranjang kematiannya, secara naluriah sadar bahwa hidupnya telah berakhir. Masa lalu akan muncul untuk mencelanya, masa lalu yang penuh dengan dosa dan rasa tidak berterima kasih kepada Pencipta dan Penebusnya. Rencana yang dia pusatkan pada keuntungan, ambisi, dan kehormatan akan lenyap seperti asap. Teman-temannya akan meninggalkannya atau akan melontarkan kata-kata tak berguna yang tak mampu menghiburnya. Sekarang dia harus berdiri sendiri, sendirian di hadapan Tuhan.

Apa yang akan terjadi pada saat itu? Mungkinkah keputusasaan akan menguasai jiwanya, seperti yang menguasai jiwa Yudas? Mungkin rahmat-rahmat yang tak terhitung jumlahnya yang ia hina akan membawa keseimbangan Keadilan Ilahi menuju jurang kutukan? Atau akankah pancaran belas kasihan terakhir menembus pikirannya yang lelah, membara dengan penyesalan, sehingga dengan denyut terakhirnya hatinya yang malang akan berpaling kepada Tuhan dan memohon pengampunan-Nya? Siapa yang bisa mengatakannya? Namun yang pasti, dari dua pencuri yang mati di samping Salib Penebus kita, hanya satu yang mendengar dia berkata: "Hari ini kamu akan bersama-Ku di surga!" Yang lain tetap keras kepala dalam dosanya. Menunggu untuk bertobat pada saat kematian adalah suatu kebodohan yang paling tinggi.

Kamis, 11 Januari 2024 Hari Biasa Pekan I

 
Kamis, 11 Januari 2024
Hari Biasa Pekan I
  
Iman "dewasa" bukanlah iman yang mengikuti tren mode dan kebaruan terkini; iman dewasa yang matang berakar dalam dalam persahabatan dengan Kristus.
— Benediktus XVI
 

Antifon Pembuka (Mzm 44:24-25)

Bangunlah! Mengapa Engkau tidur, ya Tuhan? Bangkitlah! Jangan membuang kami terus-menerus! Mengapa Engkau menyembunyikan wajah-Mu? Mengapa tak Kauhiraukan penindasan yang menimpa kami?

Doa Pagi


Allah Bapa Mahapengasih, silakan datang berdiam dalam diri kami, berkat sabda pembebasan, berkat Roh yang menjiwai kami, berkat Yesus Kristus, Putra-Mu. Dialah yang hidup dan berkuasa, yang bersama Dikau dan dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.  
 

Bacaan dari Kitab Pertama Samuel (4:1-11)
  
   
"Orang-orang Israel terpukul kalah dan tabut Allah dirampas."
  
Sekali peristiwa, orang Israel maju berperang melawan orang Filistin. Orang Israel berkemah dekat Eben Haezer, sedang orang Filistin berkemah di Afek. Orang Filistin mengatur barisannya berhadapan dengan orang Israel. Ketika pertempuran menghebat, terpukullah kalah orang Israel oleh orang Filistin, yang menewaskan kira-kira empat ribu orang di medan pertempuran itu. Ketika tentara itu kembali ke perkemahan, berkatalah para tua-tua Israel, “Mengapa Tuhan membuat kita terpukul kalah oleh orang Filistin pada hari ini? Marilah kita mengambil tabut perjanjian Tuhan dari Silo, supaya Ia datang ke tengah-tengah kita dan melepaskan kita dari tangan musuh kita.” Kemudian bangsa itu menyuruh orang ke Silo. Mereka mengangkat dari sana tabut perjanjian Tuhan semesta alam, yang bersemayam di atas para kerub. Kedua anak Eli, Hofni dan Pinehas, ada di sana dekat tabut perjanjian Allah itu. Segera sesudah tabut perjanjian Tuhan sampai ke perkemahan, bersoraklah seluruh orang Israel dengan nyaring, sehingga bumi bergetar. Mendengar bunyi sorak itu orang Filistin berkata, “Apakah arti sorak yang nyaring di perkemahan orang Ibrani itu?” Ketika mereka tahu bahwa tabut Tuhan telah sampai ke perkemahan itu, ketakutanlah orang Filistin. Kata mereka, “Allah mereka telah datang ke perkemahan itu. Celakalah kita, sebab hal seperti itu belum pernah terjadi. Celakalah kita! Siapakah yang akan menolong kita dari tangan Allah yang maha dahsyat ini? Allah ini jugalah, yang telah menghajar orang Mesir dengan berbagai tulah di padang gurun. Akan tetapi, hai orang Filistin, kuatkanlah hatimu dan berlakulah seperti anak laki-laki, supaya kamu jangan menjadi budak orang Ibrani itu, seperti mereka dahulu menjadi budakmu. Berlakulah seperti laki-laki dan berperanglah!” Lalu berperanglah orang Filistin, sehingga orang Israel terpukul kalah. Mereka melarikan diri, masing-masing ke kemahnya. Amatlah besar kekalahan itu: dari pihak Israel gugur tiga puluh ribu orang pasukan infantry. Lagipula tabut Allah dirampas dan kedua anak Eli, Hofni dan Pinehas, tewas.
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah

Rabu, 10 Januari 2024 Hari Biasa Pekan I

 
Rabu, 10 Januari 2024
Hari Biasa Pekan I

Semua melihat Bapa di dalam Putra, sebab Putra itu penampakan dari Bapa. --- St. Ireneus


Antifon Pembuka (Mzm 40:7-8a)

Kurban dan persembahan tidak Kaukehendaki, tetapi Engkau telah membuka telingaku.

Doa Pagi

Allah Bapa sumber kebahagiaan, semoga kami memahami tugas panggilan kami melalui Yesus, Putra-Mu terkasih, agar kami pantas memasuki kerajaan-Mu yang merupakan jalan kebahagiaan kami serta kebijaksanaan hidup kami. Sebab Dialah yang hidup dan berkuasa, yang bersama Dikau dan dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Kitab Pertama Samuel (3:1-10.19-20)  
   
"Bersabdalah ya Tuhan, hamba-Mu mendengarkan."
  
Samuel yang masih muda menjadi pelayan Tuhan di bawah pengawasan Eli. Pada masa itu Tuhan jarang menyampaikan sabda-Nya; penglihatan-penglihatan pun tidak sering terjadi. Pada suatu hari, Eli, yang matanya mulai kabur dan tidak dapat melihat dengan baik, sedang berbaring di tempat tidurnya. Lampu rumah Allah belum lagi padam. Samuel telah tidur di dalam bait suci Tuhan, tempat tabut Allah. Lalu Tuhan memanggil, “Samuel! Samuel!” Samuel menjawab, “Ya Bapa.” Lalu berlarilah ia kepada Eli, dan berkata, “Ya Bapa, bukankah Bapa memanggil aku?” Tetapi Eli berkata, “Aku tidak memanggil; tidurlah kembali.” Samuel pergi dan tidur lagi. Dan Tuhan memanggil Samuel sekali lagi. Samuel pun bangun, lalu pergi mendapatkan Eli serta berkata, “Ya, Bapa, bukankah Bapa memanggil aku?” Tetapi Eli berkata, “Aku tidak memanggil, anakku; tidurlah kembali.” Waktu itu Samuel belum mengenal Tuhan; sabda Tuhan belum pernah dinyatakan kepadanya. Dan Tuhan memanggil Samuel sekali lagi, untuk ketiga kalinya. Ia pun bangun, lalu pergi mendapatkan Eli serta berkata, “Ya Bapa, bukankah Bapa memanggil aku?” Lalu mengertilah Eli, bahwa Tuhanlah yang memanggil anak itu. Sebab itu berkatalah Eli kepada Samuel, “Pergilah tidur, dan apabila engkau dipanggil lagi, katakanlah: “Bersabdalah, ya Tuhan, hamba-Mu mendengarkan.” Maka pergilah Samuel, dan tidurlah ia di tempat tidurnya. Lalu datanglah Tuhan, berdiri di sana, dan memanggil seperti yang sudah-sudah, “Samuel! Samuel!” Dan Samuel menjawab, “Bersabdalah, ya Tuhan, hamba-Mu mendengarkan.” Samuel semakin bertambah besar, dan Tuhan menyertai dia. Tidak ada satu pun dari sabda Tuhan itu yang dibiarkannya gugur. Maka tahulah seluruh Israel, dari Dan sampai Bersyeba, bahwa kepada Samuel telah dipercayakan jabatan nabi Tuhan.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Meditasi Antonio Kardinal Bacci tentang Penderitaan (bagian 2)


 
 
Dalam rencana Allah, penderitaan mempunyai misi khusus. Bahkan mungkin ada yang menyebutnya semacam kerasulan. Penderitaan selalu mengingatkan kita bahwa kita tidak diciptakan untuk dunia ini, namun sedang dalam perjalanan menuju keabadian. “Sebab di sini kita tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap; kita mencari kota yang akan datang.” (Ibr. 13:14)

Penderitaan adalah sebuah dorongan yang mengangkat pandangan kita ke Surga, rumah kita yang sebenarnya, di mana kita akan menemukan kebahagiaan yang tak ada habisnya. Akan menjadi bencana jika tidak ada penderitaan di dunia ini. Garam itulah yang melindungi kita dari kerusakan, sifat kita yang malang dan telah jatuh, yang ternoda oleh dosa. Ketika segalanya berjalan baik dan kesenangan sesaat dalam hidup ini membuat kita terpesona, sangatlah mudah untuk mengarahkan hati kita pada hal-hal di bawah dan melupakan Tuhan. Namun ketika tubuh kita disiksa oleh rasa sakit dan pikiran kita gelisah dan kesepian, maka gejolak batin tampaknya memisahkan kita dari bumi ini dan menyebabkan kita mengangkat mata kita yang berlinang air mata ke arah Surga. Dimurnikan dan hampir diperbaharui, hati kita berpaling kepada Tuhan, kebaikan kita yang sejati dan tertinggi.

Selasa, 09 Januari 2024 Hari Biasa Pekan I

 
Selasa, 09 Januari 2024
Hari Biasa Pekan I

“Tanpa diajar, kita menaruh rasa sayang kepada yang dekat dan yang cinta kepada kita.” (St. Basilius Agung)


Antifon Pembuka (1Sam 2:1)

Hatiku bersukaria karena Tuhan penyelamatku, Aku bermegah-megah karena Allahku.

Doa Pagi


Allah Bapa Maha Pengasih, berkenanlah memperhatikan kami serta mengutus Roh-Mu mendatangi kami. Semoga kami percaya bahwa Engkau telah bersabda melalui Yesus, Guru kami yang sejati.
Dengan pengantaraan Tuhan kami, Yesus Kristus, Putra-Mu, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.                   
  
 SiouxFall Diocese
  Bacaan dari Kitab Pertama Samuel (1:9-20)
   
"Tuhan mengabulkan doa Hana, dan ia melahirkan Samuel."
    
Sekali peristiwa setelah keluarga Elkana makan dan minum di rumah Allah di Silo, berdirilah Hana, isteri Elkana, sedang Imam Eli duduk di kursi dekat tiang pintu Bait Suci Tuhan. Dengan pedih hati Hana berdoa kepada Tuhan sambil menangis tersedu-sedu. Kemudian Hana bernazar, dan berseru, “Tuhan semesta alam, jika Engkau sungguh-sungguh memperhatikan sengsara hamba-Mu ini, dan mengingat kepadaku, dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada Tuhan untuk seumur hidupnya. Dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya.” Hana terus-menerus berdoa di hadapan Tuhan, dan Eli mengamat-amati mulutnya. Oleh karena Hana berdoa dalam hati dan hanya bibirnya saja yang bergerak-gerak, sedangkan suaranya tidak kedengaran, maka Eli menyangka Hana itu mabuk. Eli lalu berkata kepadanya, “Berapa lama lagi engkau berlaku sebagai orang mabuk? Sadarkanlah dirimu dari mabukmu itu.” Tetapi Hana menjawab, “Tidak, Tuanku, aku tidak minum anggur ataupun minuman yang memabukkan. Aku ini seorang wanita yang sangat bersusah hati. Aku sedang mencurahkan isi hatiku di hadapan Tuhan. Janganlah anggap hambamu ini seorang wanita dursila. Karena besarnya cemas dan sakit hatiku, aku berdoa demikian lama.” Maka Elia berkata kepada Hana, “Pergilah dengan selamat, dan semoga Allah Israel memberikan kepadamu apa yang engkau mohon dari pada-Nya.” Maka berkatalah Hana, “Semoga hambamu ini mendapat belas kasih dari padamu.” Maka keluarlah Hana. Ia mau makan, dan mukanya tidak muram lagi. Keesokan harinya Elkana dan seluruh keluarga bangun pagi-pagi. Mereka sujud menyembah di hadapan Tuhan, lalu pulang ke rumahnya di Rama. Ketika Elkana bersetubuh dengan Hana, isterinya, Tuhan ingat kepadanya. Maka setahun kemudian mengandunglah Hana, dan melahirkan seorang anak laki-laki. Anak itu diberinya nama Samuel, sebab katanya, “Aku telah memintanya dari Tuhan.”
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.

Bacaan Harian 08 - 14 Januari 2024

Senin, 08 Januari 2024: Pesta Pembaptisan Tuhan (P).
Yes. 55:1-11; MT Yes. 12:2-3,4bcd,5-6; 1Yoh. 5:1-9; Mrk. 1:7-11. 

Selasa, 09 Januari 2024: Hari Biasa Pekan I (H).
1Sam. 1:9-20; MT 1Sam. 2:1,4-5,6-7,8abcd; Mrk. 1:21b-28. 

Rabu, 10 Januari 2024: Hari Biasa Pekan I (H).
1Sam. 3:1-10,19-20; Mzm. 40:2,5,7-8a,8b-9,10; Mrk. 1:29-39. 

Kamis, 11 Januari 2024: Hari Biasa Pekan I (H).
1Sam. 4:1-11; Mzm. 44:10-11,14-15,24-25; Mrk. 1:40-45. 

Jumat, 12 Januari 2024: Hari Biasa Pekan I (H). 
1Sam. 8:4-7,10-22a; Mzm. 89:16-17,18-19; Mrk. 2:1-12. 

Sabtu, 13 Januari 2024: Hari Biasa Pekan I / Peringatan Fakultatif St. Hilarius, Uskup dan Pujangga Gereja (H/P)
1Sam. 9:1-4,17-19; 10:1a; Mzm. 21:2-3,4-5,6-7; Mrk. 2:13-17. 

Minggu, 14 Januari 2024: Hari Minggu Biasa II (H).
1Sam. 3:3b-10,19; Mzm. 40:2,4ab,7-8a,8b-9,10; 1Kor. 6:13c-15a,17-20; Yoh. 1:35-42.

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy