Ketika kita telah meninggalkan diri kita sendiri untuk melakukan kehendak Allah secara detail, kita harus memikul salib kita setiap hari. Kita harus membawanya dengan kepasrahan dan kasih mengikuti jejak Yesus. Masing-masing dari kita memiliki salibnya sendiri. Mungkin karena kesehatan yang buruk atau kesulitan keuangan. Mungkin saja ada orang yang kita rasa tidak dapat ditolerir dan harus hidup bersamanya. Ini mungkin penghinaan atau fitnah. Ini mungkin merupakan godaan yang sulit kita lawan dan terus-menerus menyebabkan kita terjatuh. Mungkin semua ini terjadi bersamaan. Apapun itu, itu adalah salib kita.
Memberontak berarti memperburuk keadaan. Salib kita hanya akan menjadi lebih berat dan tak tertahankan lagi. Yesus memberitahu kita untuk menerimanya seperti yang Dia lakukan. Dia menyuruh kita untuk tunduk di bawah bebannya dan mengikuti Dia. Kalau kita menerima ajakan-Nya, seketika itu juga salib kita akan terasa lebih ringan. Manusia yang sedang jatuh cinta tidak merasa lelah. Kita harus memikul salib kita karena kasih kepada Tuhan dan dengan harapan akan pahala surgawi. Kemudian kita dapat berkata seperti Santo Fransiskus de Sales: "Penderitaan berlalu, tetapi pengalaman menderita demi kasih Tuhan tetap ada." Kita akan memahami betapa benarnya kata-kata Tuhan kita: "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu" (Mat. 11:28)
Salib yang kita terima dari tangan Yesus dan karena kasih kepada-Nya merupakan beban yang manis.
Hanya ada satu cara untuk menjadi suci dan memenangkan Surga. Inilah jalan Salib. "Mengikuti jejak Kristus" berisi beberapa pemikiran yang mengharukan tentang jalan salib kerajaan. Kita akan merangkumnya di sini.