Tuhan telah menciptakan segala sesuatu untuk diri-Nya sendiri, karena Dia adalah makhluk yang paling sempurna dan tujuan akhir dari segala sesuatu. Namun Dia telah menjadikan manusia sebagai yang tertinggi di dunia, dan menjadikan semua makhluk lainnya tunduk padanya. (Lih. Kej 1:28) Supremasi yang diberikan Tuhan atas alam semesta ini terus berlanjut bahkan setelah kejatuhan Adam. Namun, hal ini tidak dapat lagi dilakukan tanpa kesulitan dan penderitaan seperti pada keadaan tidak bersalah. Kini hal itu harus diperoleh melalui kerja kasar, dan melalui penelitian dan studi intelektual yang tajam.
Setelah ketidaktaatan manusia kepada Tuhan, bahkan hubungan yang ada antara manusia dan ciptaan pun terganggu. Namun hal-hal tersebut tetap merupakan tangga menuju Tuhan jika dimanfaatkan dengan baik. Mereka adalah cerminan jauh dari keindahan dan kemahakuasaan-Nya. ”Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya.” kata pemazmur (Mzm. 19:2)
Marilah kita mendengarkan suara ciptaan, karena suara itu berbicara kepada kita tentang Allah. St Thérèsa dari Kanak-kanak Yesus menangis ketika dia melihat keindahan rapuh dari sekuntum bunga, dan berkata, "Betapa besar kasih Tuhan bagi kita!" Santo Fransiskus dari Assisi melihat gambaran Sang Pencipta bersama di mana-mana di sekelilingnya dan menyebut semua hal ini termasuk api dan air, sebagai saudara dan saudarinya. Dia bahkan berbincang dengan mereka dengan cara yang sederhana. Dia memandang kematian itu sendiri sebagai saudara perempuan yang baik yang akan membebaskannya dari perbudakan tubuh dan mempersatukannya dengan Tuhan.