1. Terkadang kita menjadi lelah dan mengantuk. Kasih Tuhan tidak lagi menghangatkan hati kita atau mendorong kita untuk melakukan perbuatan baik. Kita merasa muak terhadap hal-hal rohani dan doa menjadi beban. Kita tidak lagi merasa senang berbicara dengan Tuhan, karena jiwa kita telah menjadi gersang dan dingin. Kita mengabaikan latihan rohani kita dan lalai dalam meditasi dan Sakramen. Kita terus hidup di tepi jurang maut dan tidak pernah mempertimbangkan fakta bahwa ini hanyalah sebuah langkah singkat dari ketidakaktifan rohani menuju dosa yang nyata.
Namun, kelesuan seperti ini tidak selalu merupakan dosa. Terkadang Tuhan membiarkan kekeringan roh menguji kerendahan hati kita dan menyadarkan kita bahwa tanpa Dia kita tidak mampu berbuat apa-apa. Orang-orang kudus seperti St. Theresa dan St. Fransiskus de Sales diuji oleh kekeringan rohani. Dalam kasus seperti ini, satu-satunya solusi adalah dengan bersabar, rendah hati, dan percaya kepada Tuhan. Kita harus memohon kepada Tuhan untuk membiarkan kita mati daripada dipisahkan dari-Nya, dan mengembalikan kasih kita yang dulu kepada-Nya.
2. Terkadang keadaan tidak kompeten ini disebabkan oleh kesombongan. Kita terlalu menyayangi diri kita sendiri. Kita berusaha memuaskan diri kita sendiri dalam segala hal dan karena itu Tuhan meninggalkan kita. Siapapun yang mencari Tuhan akan menemukan Dia. Siapapun yang mencari tujuannya sendiri akan menemukan kekecewaan dan kekosongan. Tuhan meninggalkannya dan membiarkannya terjerumus secara hina sebagai hukuman atas kesombongan dan rasa percaya dirinya. Santo Petrus adalah contohnya. Tuhan menahan penghiburan rohani dari jiwa yang sombong. Jika sikap suam-suam kuku kita disebabkan oleh kesombongan, marilah kita merendahkan diri di hadapan Allah. Marilah kita memohon kepada-Nya untuk menjauhkan kita dari segala penghiburan duniawi dan bukan persahabatan-Nya.