1. “Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya TUHAN semesta alam! Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup. Bahkan burung pipit telah mendapat sebuah rumah, dan burung layang-layang sebuah sarang, tempat menaruh anak-anaknya, pada mezbah-mezbah-Mu, ya TUHAN semesta alam, ya Rajaku dan Allahku! Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau.” (Mzm. 84:2-5)
Dalam kata-kata yang penuh warna inilah Pemazmur mengungkapkan kerinduannya akan rumah Tuhan, di mana ia dapat beristirahat untuk berdoa dan menemukan kenyamanan bagi jiwanya. Para Orang Kudus juga menemukan kebahagiaan dalam doa berjam-jam yang panjang di hadapan Pencipta mereka. Penghiburan apa pun yang dapat diberikan oleh dunia kepada kita hanyalah bayangan dan sulit dipahami jika dibandingkan dengan kedamaian yang Allah berikan kepada mereka yang, dalam kebesaran iman dan kasih mereka, menutup diri dari segala pemikiran tentang hal-hal duniawi agar dapat berlutut di depan tabernakel-Nya dan berbicara dengan-Nya. Jika kita membutuhkan penghiburan, marilah kita mencari-Nya di depan altar. Hanya di sanalah keinginan kita yang tak terbatas akan perdamaian sejati dan abadi akan terpuaskan.