1. Dalam pesan radio yang disiarkan pada kesempatan Beatifikasi Paus Innosensius XI, Sri Paus Pius XII mendefinisikan kekudusan sebagai “kesadaran mendalam akan ketundukan setia kepada Tuhan, Yang dipuja dan dikasihi sebagai awal, akhir , dan norma dalam setiap pikiran, kasih sayang, perkataan, dan tindakan.”
Mari kita renungkan definisi ini, yang membantu kita menjelaskan hakikat kekudusan yang sebenarnya. Orang kudus harus selalu memiliki kesadaran yang kuat akan ketergantungannya pada Tuhan, Penciptanya, Penebus dan Pengudusnya, serta harapannya akan pahala dan kebahagiaan di kehidupan selanjutnya. Kesadaran ini harus jelas, karena kesadaran ini tidak boleh dikaburkan oleh gangguan duniawi atau dilenyapkan oleh daya pikat nafsu indria. Hal ini harus aktif, sehingga hal ini tidak hanya sekedar pengakuan teoretis atas ketergantungan kita yang hanya mengarah pada pemujaan bibir; sebaliknya, hal itu harus mampu mengubah hidup kita menjadi tindakan ketaatan dan kasih. Yang terakhir, kesadaran yang setia, ketundukan yang penuh dan sukarela kepada Tuhanlah yang menjadi kekuatan pendorong di balik semua kata-kata dan tindakan kita, dan yang mengilhami kita dalam suka dan duka, dalam kemenangan dan kekalahan. Jika kita ingin menjadi orang Kristen yang sempurna, kita harus memupuk kesadaran akan ketergantungan kita pada Tuhan.