1. Roh damai meliputi Injil. Ketika Yesus lahir, paduan suara Malaikat bernyanyi di atas kandang di Betlehem: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” (Lukas 2:14) Ketika Juruselamat kita telah bangkit dengan mulia dari antara orang mati, Ia menampakkan diri kepada para murid-Nya dan menyapa mereka dengan kata-kata: “Damai sejahtera bagi kamu.” Akhirnya, ketika Ia meninggalkan bumi ini, Ia meninggalkan damai sejahtera-Nya kepada para pengikut-Nya sebagai warisan mereka. “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu,” kata-Nya kepada mereka, “damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” (Yohanes 14:27)
Apa sebenarnya damai sejahtera Yesus Kristus? Damai sejahtera itu sangat berbeda dengan damai sejahtera duniawi, yang menganggap bahwa dunia dapat memberikan semacam damai sejahtera. Santo Paulus berkata tentang Juruselamat bahwa “Dialah damai sejahtera kita.” (Ef. 2:14) Bagaimana kita memahami apa yang dimaksud dengan ini? Rasul sendiri menjelaskan ketika ia menulis: "Karena kita telah dibenarkan karena iman, marilah kita beroleh damai sejahtera dengan Allah melalui Yesus Kristus, Tuhan kita." (Rm. 5:1) Oleh karena itu, Yesus Kristus adalah pembawa damai kita. Ia telah menanggung kesalahan-kesalahan kita dan telah mempersembahkan diri-Nya kepada Bapa sebagai korban penebusan dan rekonsiliasi. Dengan harga darah Kristus yang mahal, kita telah memperoleh kembali kedamaian dengan Allah dan kebebasan dari dosa-dosa kita. Inilah kedamaian yang telah diberikan Tuhan kita kepada kita. Akan tetapi, marilah kita ingat bahwa jika kita kembali kepada perbudakan dosa, kita akan segera kehilangan permata kedamaian yang telah dianugerahkan Yesus Kristus kepada kita. "Tidak ada damai sejahtera bagi orang-orang fasik." (Yes. 48:22) Kita telah mengalami pada banyak kesempatan betapa benarnya hal ini. Dosa menghancurkan kedamaian jiwa karena dosa merampas kita dari Yesus, yang tanpa-Nya kedamaian tidak dapat bertahan. Oleh karena itu, marilah kita bertekad untuk selalu dekat dengan Tuhan kita dan jauh dari dosa. Hanya dengan demikianlah kita akan mampu memelihara kedamaian pikiran kita di tengah godaan dan kesedihan duniawi.