1. Ada satu bagian dalam Injil yang mungkin membuat kita percaya bahwa kita dilarang mencintai diri sendiri. "Sesungguhnya Aku berkata kepadamu," Yesus menyatakan, "sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangannya, tetapi barangsiapa membenci nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. (Yohanes 12:24-25)
Kata-kata ini memerintahkan kita untuk membenci diri sendiri di dunia ini jika kita ingin memperoleh keselamatan di kehidupan selanjutnya. Namun, dalam pengertian apa Kristus bermaksud agar kita membenci diri sendiri? Yang Ia maksudkan tentu saja adalah bahwa kita harus mematikan kecenderungan-kecenderungan kita yang rendah, menyangkal ambisi-ambisi kita yang egois, mati bagi dunia, dan bersiap untuk kehilangan nyawa itu sendiri daripada menyinggung Allah dengan cara apa pun. Inilah jenis kebencian yang Ia dorong kepada kita, kebencian terhadap segala penyimpangan dari kodrat atau kemampuan kita. Jika kita lebih mengutamakan keinginan kita sendiri daripada keinginan Sang Pencipta atau lebih mencintai-Nya daripada mencintai diri kita sendiri atau, lebih buruk lagi, jika kita melupakan dan mengabaikan-Nya demi kesenangan sesaat, maka kita telah membalikkan tatanan nilai-nilai spiritual dan moral yang ditetapkan oleh Tuhan dan menciptakan kekacauan yang dapat menjerumuskan kita ke dalam dosa.