| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Kobus: Kamis Putih 28 Maret 2013






silahkan klik gambar untuk memperbesar

Malam Paskah 2013


MALAM PASKAH/C – 31 MARET 2013

Paskah merupakan Hari Raya Kebangkitan Kristus, yang rangkaian perayaannya telah kita awali dengan Malam Kamis Putih yang lalu sebagai kenangan akan Yesus yang mengadakan Perjamuan Malam Terakhir bersama murid-murid-Nya. Kemarin, kita juga telah merayakan Jumat Agung untuk mengenangkan wafat Yesus. Saat ini, tiba saatnya kita merayakan kebangkitan-Nya. Ketiga rangkaian Tri Hari Suci ini meneguhkan iman kita bahwa dengan wafat-Nya, Kristus menghacurkan kematian; dan dengan kebangkitan-Nya, Ia memulihkan serta memperharui kehidupan (bdk. Anamnese 3).

Inilah warta keselamatan bagi kita. Berkat Misteri Paskah Kristus, dosa, maut, dan kematian telah dikalahkan sehingga tidak dapat menguasai kita lagi. Sebaliknya, kepada kita dianugerahkan keselamatan dan hidup yang baru. Oleh karena itu, makna terdalam dari Perayaan Paskah adalah pembaruan hidup, sebagaimana dinyatakan dalam bacaan Epistola. “Seperti halnya, Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru” (Rm 6:4). Bagi kita, pembaruan hidup itulah yang akan membuahkan keselamatan.

Rangkaian bacaan, mulai dari Kisah Penciptaan sampai Kisah Kebangkitan Yesus, menggambarkan bahwa Allah terus-menerus berkarya untuk memperbarui hidup kita dan juga alam semesta. Pada awal mula, ketika alam semesta ini belum berbentuk, masih kosong, dan gelap gulita, Allah menciptakannya secara baru. Diciptakanlah terang sebagai ciptaan yang pertama (Kej 1:3-5). Sebab, dengan terang itu, akan terlihat dengan jelas langkah-langkah pembaruan untuk selanjutnya sehingga semua menjadi baik adanya (Kej 1:4,10,12,18,2125), bahkan sungguh amat baik (Kej 1:31). Manusia (kita), diciptakan oleh Allah secara istimewa, sesuai gambar dan rupa Allah. 

Manusia yang secitra dengan Allah, ternyata tidak luput dari kerapuhan, dosa dan derita. Namun, Tuhan Allah tetap mencitainya. Ia berkenan membebaskan manusia dari dosa dan derita serta menuntunnya menuju tempat baru yang aman, makmur dan sejahtera. Inilah yang digambarkan dalam kisah pembebasan bangsa Israel dari penderitaan di Mesar. Dalam perjalanan itu, ketika mereka mengalami kebuntuan, Tuhan membuka jalan dengan membelah Laut Merah. Ketika mereka terancam bahaya oleh bala tentara Mesir, Tuhan melindungi dan menyelamatkan.

Kalau Tuhan selalu mengerjakan karya-karya cinta kasih untuk memperbarui dan menyelamatkan kita, bagaimanakah sikap kita yang seharusnya? Nabi Yesaya mengajak kita, “Carilah Tuhan, selama Ia dapat ditemukan; berserulah kepada-Nya, selama Ia dekat. Hendaknya si jahat meninggalkan jalannya, dan si fasik melepaskan angan-angannya. Hendaklah ia berbalik kepada Tuhan, yang akan berkasihan kepadanya; hendaknya ia berbalik kepada Allah kita, sebab dengan murah Allah mengampuni.” (Yes 55:6-7). Kita diajak untuk mencari Yesus seperti yang dilakukan oleh Maria Magdalena, Yohana, Maria ibu Yesus dan wanita-wanita yang lain dalam kisah Injil.

Dikisahkan dalam Injil tadi, para wanita pergi ke makam untuk mencari Yesus, yang sudah tiga hari dimakamkan. Kepergian mereka tidak hanya spontan, tetapi sungguh direncanakan dan disiapkan. Mereka telah kangsenan satu dengan yang lain dan menyiapkan rempah-rempah. Namun, setelah mereka sampai di makam dan tidak menemukan Yesus, mereka menjadi sangat kebingungan. Di tengah kebingunan mereka, dua orang berpakaian putih menemui mereka dan berkata, “Mengapa kamu mencari yang hidup di antara orang mati. Dia tidak lagi di sini. Dia sudah bangkit”.

Yesus bangkit berarti Ia hidup, hadir, dan menyertai kita. Inilah kata-kata Yesus setelah kebangkitan-Nya dalam Injil Matius dan Markus, “… ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman (Mat 28:20; bdk. Mrk 16:20). Dengan kebangkitan-Nya, Yesus tidak lagi hadir secara fisik seperti yang dialami para murid sebelum wafat-Nya. Kebangkitan membuat-Nya mengatasi ruang dan waktu. Ia tidak hanya hadir di Nazaret, Galilea, Kepernaum, Kana, Yerusalem, dan wilayah-wilayah Palestina yang lain. Kebangkitan membuat Yesus hadir secara universal: kapan pun, di mana pun dan dalam keadaan apa pun, Ia selalu hadir menyertai kita. 

Nah, kalau Yesus selalu hadir dan menyertai kita, lalu apa makna mencari Yesus? Para wanita yang mencari Yesus di makam, tidak menemukan Dia sehingga mereka bingung karena mereka tidak ingat akan sabda Tuhan. Baru setelah diingatkan oleh kedua orang yang menemuinya, “Mereka pun teringat kembali akan perkataan Yesus itu”. Setelah ingat, mereka percaya dan menceritakan (mewartakan) kepada para murid dan semua orang lain yang dijumpai. Sementara itu, Petrus, setelah mendengarkan cerita wanita-wanita tersebut, ia tidak percaya. Petrus segera lari ke makam dan tidak menemukan Yesus di sana. “Ia pun kembali dan keheran-heranan memikirkan apa yang terjadi”. Kalimat ini, dalam Kitab Suci LAI, ditulis, “Lalu ia pergi, dan bertanya dalam hatinya, apa yang kiranya telah terjadi” (Luk 24:12). Jadi, yang dilakukan Petrus adalah memikirkan, bertanya dalam hati, merenungkan.

Dari kedua pengalaman tersebut, yakni pengalaman para wanita dan pengalaman Petrus, mereka tidak menemukan Yesus di makam. Mereka menemukan Yesus dalam kesadaran, yakni ketika mereka mengingat, memikirkan, dan bertanya dalam hati. Kiranya, ini pulalah cara yang harus kita lakukan untuk mencari dan menemukan Yesus, yakni selalu berusaha menyadari kehadiran dan penyertaan-Nya dalam kehidupan kita. Untuk itu, perayaan Paskah, di mana kita merayakan Kristus yang hidup, hadir dan menyertai kita, mengundang kita untuk melatih dan meningkatkan kepekaan dan kesadaran kita akan kehadiran Tuhan. Bagaimana caranya? Tentu saja semakin meningkatkan keheningan dan doa, karena pada saat itulah kita secara khusus mengasah kepekaan kita akan kehadiran, sabda, dan bimbingan Tuhan.

Namun, dengan keheningan dan doa saja tentu tidak cukup. Kita harus mampu juga menyadari kehadiran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari yang tampaknya bukan rohani. Kita ingat salah satu madah Kamis Putih, “Jika ada cinta kasih, hadirlah Tuhan”. Maka, kita mencari dan menghadirkan Tuhan dengan saling mengasihi. Sebab, cinta kasih tidak hanya sekedar menghadirkan Tuhan tetapi lebih dari itu. Dengan mengasihi sesama, kita mengabdi dan melayani Tuhan. Sebab, Yesus sendiri telah bersabda, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kami lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat 25:40).

Marilah kita hayati makna Paskah ini sebagai kesempatan untuk memperbarui diri. Paskah berarti “Seperti halnya, Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru” (Rm 6:4). Tuhan telah bangkit. Ia kini hidup, hadir, dan menyertai kita serta terus-menerus memperbarui hidup kita. Untuk itu, marilah kita asah kepekaan dan kesadaran kita akan kehadiran Tuhan melalui keheningan. Selanjutnya, kita abdi dan kita layani Tuhan dengan mengasihi sesama. Di mana ada cinta kasih, Tuhan hadir dan suatu saat nanti akan bersabda, “Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah kerajaan yang telah disediakan bagi-Mu, sejak dunia dijadikan” (Mat 25:34). Inilah sabda keselamatan yang mengalir dari Kebangkitan Kristus dan yang kita damba-dambakan.

Ag. Agus Widodo, Pr 

Jumat Agung 2013


JUMAT AGUNG / C – 29 Maret 2013

Ibadat Jumat Agung mengajak kita untuk mengenangkan peristiwa sengsara dan wafat Yesus di salib. Salah satu bagian pokok dari Ibadat Jumat Agung ini adalah Upacara Penghormatan Salib. Untuk itu, marilah kita menfokuskan renungan ini pada salib Tuhan kita Yesus Kristus.

Bapa Suci, Paus Fransiskus I, dalam misa perdananya sebagai Paus, Kamis (14/3) menegaskan, “Jika kita berjalan tanpa salib, kita membangun tanpa salib, kita mengaku tanpa salib, kita bukanlah murid Kristus. Kita menjadi hamba dunia. Saya ingin agar kita semua kembali berjalan di dalam tuntunan Tuhan dan membangun Gereja atas dasar pengorbanan darah Kristus. Hanya dengan cara ini Gereja dapat bergerak maju”. Bapa Suci mengajak kita untuk menjadikan salib sebagai pegangan dan acuan hidup kita.

Marilah sejenak kita memperhatikan salib yang tergantung di altar ini, yang untuk sementara waktu diselubungi kain. Siapakah pribadi yang tergantung di atas salib tersebut? Dan untuk apa atau untuk siapa, Dia tergantung di situ?

Dia yang tergantung di sana adalah Yesus Kristus, Tuhan kita. Untuk apa? Kitab Yesaya (bacaan I) menegaskan, “Sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kitalah yang dipikulnya, .... Sesungguhnya dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; derita yang mendatangkan keselamatan bagi kita, ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing mengambil jalan sendiri! Tetapi Tuhan telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.” (Yes 53:4-6).

Lihat! Di atas salib tangan-Nya terentang. Ia merentangkan tangan-Nya untuk menyambut dan merengkuh kita dalam pelukan kasih-Nya. Maka, marilah kita datang kepada-Nya. Sujud menyembah penuh hormat dan bakti kepada Kristus yang telah mengorbankan diri-Nya demi keselamatan kita.

Ag. Agus Widodo, Pr 

Kamis Putih 2013


KAMIS PUTIH/C – 28 MARET 2013
Kel 12:1-8.11-14; 1Kor 11:23-26; Yoh 13:1-15


Malam Kamis Putih yang kita rayakan pada malam hari ini mengenangkan dua hal pokok yang dibuat Yesus mejelang akhir hidup-Nya. Peristiwa yang pertama adalah pembasuhan kaki para rasul sebagaimana dikisahkan dalam Injil. Peristiwa kedua adalah perjamuan Yesus bersama murid-murid-Nya sebagaimana diwartakan oleh Paulus dalam bacaan II. Berdasarkan kesaksian Yohanes (Injil) dan Paulus (bacaan kedua), kedua peristiwa ini berlangsung dalam waktu yang bersamaan. Yohanes mengatakan “sebelum hari raya Paskah mulai” dan Paulus menyebut “pada malam ia diserahkan”. Kalau Yesus diserahkan dan akhirnya disalibkan pada hari Jumat, berarti persitiwa itu terjadi pada hari Kami malam, sebagaimana saat ini kita mengenangkannya.

Tindakan mengenangkan itu bukan sekedar mengingat tetapi menghadirkan kembali peristiwa di masa lampau sehingga kita merasakan serta mengalami kembali makna dan buah dari peristiwa itu. Maka, kalau malam hari ini kita mengenangkan peristiwa Yesus yang membasuh kaki para murid dan mengadakan perjamuan bersama bersama mereka, tentunya kita diajak untuk mengambil makna dan buah dari kedua peristiwa itu. Mari kita perdalam satu-persatu.

Pertama, Yesus membasuh kaki para murid (Injil). Dalam tradisi Yahudi waktu itu, orang biasa membasuh kaki sendiri sebelum masuk ke ruang perjamuan sebagai ungkapan mau ikut pesta dengan bersih. Hanya tamu yang amat dihormati saja, misalnya seorang guru atau orang yang dituakan, akan dibasuh kakinya oleh pelayan. Dalam Injil Yohanes ini, tradisi tersebut dibongkar. Pembasuhan tidak dilakukan sebelum perjamuan tetapi pada saat perjamuan berlangsung. Yang membasuh bukan pelayan tetapi justru sang tuan rumah, yang disebut sebagai Guru dan Tuhan, yaitu Yesus. Maksud pembasuhan bukan sekedar untuk pembersihan diri tetapi supaya para murid yang dibasuh oleh Yesus mendapat bagian dalam diri Yesus.

Sebelum membasuh kaki para murid, dikatakan bahwa, “Yesus datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah” (ay.3). Di sini Yesus menegaskan tentang asal dan tujuan atau sangkan paran-Nya, yaitu Allah. Tindakan-Nya membasuh kaki para murid, dimaksudkan agar para murid mendapat bagian bersama-Nya, yaitu mendapat bagian bersama Yesus dalam asal dan tujuan hidup-Nya. “Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak akan mendapat bagian bersama Aku” (ay. 8b). Jadi, dengan membasuh kaki para murid, Yesus berbagi asal dan tujuan hidup, yakni kebersamaan dengan Allah.

Tindakan Yesus yang membasuh kaki para murid tersebut didasari oleh kasih-Nya kepada mereka, sebagaimanya dinyatakan dalam ayat 1b, “Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya, demikian sekarang Ia mengasihi mereka sampai saat terakhir”. Kasih-Nya yang begitu besar mendorong Yesus mau berbagi asal dan tujuan hidup-Nya dengan cara membasuh kaki para murid. Mungkin, kita bertanya seperti Petrus, mengapa yang dibasuh kok kaki? Karena kaki melambangkan gerak langkah menuju kepada Allah, sang sangkan paraning urip. Peristiwa pembasuhan kaki tersebut memungkinkan para murid ikut serta dalam hidup Kristus, yakni hidup yang berasal dan terarah kepada Allah sampai akhirnya bersatu dengan Allah secara abadi.

Sesudah membasuh kaki para murid, Yesus berpesan kepada mereka, “Jikalau Aku, Tuhan dan Gurumu, membasuh kakimu, maka kamu pun wajib saling membasuh kaki. Sebab, Aku telah memberikan teladan kepada-Mu, supaya kamu juga berbuat seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” (ay.14-15). Pesan ini tidak hanya disampaikan kepada para rasul, tetapi juga kita semua yang melalui pewartaan para rasul dan para pengganti mereka, telah menjadi murid-murid Kristus. Kepada kita, Kristus juga telah berbagi asal dan tujuan hidup yang sejati. Oleh karena itu, kita juga harus mengikuti teladan Kristus ini, yakni saling berbagi asal dan tujuan hidup atas dasar kasih satu sama lain. Kita diajak untuk saling mengingatkan dan saling tolong-menolong dalam melangkahkan kaki menuju tujuan hidup yang sejati, yaitu Allah. Bagaimana caranya? Dengan saling mengasihi. Sebab, “Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih (artinya, saling mengasihi), ia tetap berada dalam Allah dan Allah di dalam dia (1Yoh 4:16b).

Kedua, peristiwa perjamuan Yesus bersama murid-murid-Nya (bacaan II). Dalam perjamuan tersebut, secara simbolis – dalam rupa roti dan anggur –, Yesus menyerahkan tubuh dan darah-Nya bagi para murid. Tindakan simbolis Yesus ini, yang pada Jumat Agung besuk akan menjadi nyata, di mana Yesus sungguh-sungguh menyerahkan tubuh-Nya dan menumpahkan darah-Nya di kayu salib, semakin menegaskan bahwa Yesus ingin berbagi hidup kepada para murid. Sebab, dengan makan tubuh dan darah-Nya, para murid sungguh-sungguh bersatu dengan Kristus dan dengan demikian mengalami sepenuh-Nya hidup Kristus, yakni sengsara, wafat, kebangkitan, dan kenaikan-Nya ke surga.

Pada saat perjamuan tersebut, Yesus juga berpesan, “Perbuatlah ini untuk mengenangkan Daku” (ay.24.25). Maka, sejak saat itu, para murid selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa sesuai dengan pesan Yesus (bdk. Kis 2:42). Kebiasaan ini pun dilestarikan terus-menerus sampai sekarang dalam bentuk Perayaan Ekaristi. Dengan demikian, setiap kali kita merayakan Ekaristi, kita mengenangkan Kristus sesuai dengan pesan-Nya. Dengan pengenangan itu, kita tidak sekedar mengingat-ingat, tetapi kita sungguh-sungguh menerima dan bersatu dengan Kristus. Dalam rupa roti dan anggur, Kristus sungguh hadir dan memberikan diri-Nya demi keselamatan kita. Dalam hal ini, Beato Yohanes Paulus II menegaskan, “Dalam roti dan anggur janganlah hanya melihat unsur alamiah, sebab Tuhan telah tegas mengatakan bahwa itu adalah tubuh dan darah-Nya: iman memastikan bagimu, kendati indera menunjuk yang lain” (EE 15).

Sesuai dengan pesan Yesus ini, kita diajak untuk semakin tekun dan setia merayakan Ekaristi dan menghayatinya dengan sungguh-sungguh. Lebih-lebih pada Tahun Iman ini, marilah kita jadikan Perayaan Ekaristi sebagai “sumur iman” yang utama bagi kita. Dalam sumur Ekaristi itulah kita menimba air kehidupan dan dengan air kehidupan itu, kita disegarkan, disejukkan, dibersihkan, dan dianugerahi hidup yang sejati.

Sekarang, bagaimana kita menghubungkan dua peristiwa iman yang kita kenangkan pada malam hari ini? Peristiwa perjamauan Yesus mengajak kita untuk semakin tekun dan setia merayakan Ekaristi, sebagai kenangan akan Dia. Peristiwa pembasuhan kaki mengajak kita untuk meneladan Yesus, yakni saling mengasihi dan dengan demikian kita berbagi serta saling tolong-menolong untuk menggapai tujuan hidup yang sejati, yakni Allah. Nah, bukankah setiap merayakan Ekaristi, sebelum kita kembali ke rutinitas hidup sehari-hari, kita selalu diutus? Dengan berkat yang kita terima dari Ekaristi, kita diutus untuk mengasihi. Maka, marilah kita semakin berusaha untuk menjadi pribadi-pribadi yang hidup dalam kasih.

Ag. Agus Widodo, Pr 

Kamis, 28 Maret 2013 Kamis Putih --- Peringatan Perjamuan Tuhan.

Kamis, 28 Maret 2013
Malam: Kamis Putih ---
Peringatan Perjamuan Tuhan.

Ekaristi secara spiritual membantu kita mendekati bentuk kerapuhan manusia yang berbeda, [yang] sadar bahwa mereka [bentuk kerapuhan tersebut] bukan kekeliruan [dari] nilai sebuah pribadi, tapi mensyaratkan kedekatan, penerimaan dan pertolongan. Ditarik dari Roti Kehidupan [seseorang] akan menjadi kekuatan dari kapasitas edukasional yang diperbarui, menjadi perhatian dalam memberi kesaksian [terhadap] nilai-nilai kehidupan yang fundamental, dari pembelajaran, dari warisan spiritual dan kultural; daya hidupnya akan membuat kita menghuni kota manusia dengan kerelaan untuk menghabiskan diri kita dalam horizon kebaikan umum untuk membangun masyarakat yang adil dan bersaudara. ---- Bapa Suci Benediktus XVI
  

Antifon Pembuka (Gal 6:14; PS 496)
 
Kita harus bangga akan salib Tuhan kita Yesus Kristus, pohon keselamatan, kehidupan dan kebangkitan kita, sumber penebusan dan pembebasan kita.

 

Doa Pagi
 
Terpujilah Engkau, ya Yesus, yang selalu siap sedia melaksanakan kehendak Bapa dengan rela untuk menggenapi nubuat para nabi. Curahkanlah padaku Roh kerelaan dan ketaatan dalam usaha melaksanakan rencana dan kehendak Bapa dalam peristiwa hidup sehari-hari, juga untuk hari ini. Amin.

Bacaan dari Kitab Keluaran (12:1-8.11-14)
 
"Aturan perjamuan Paska."

Pada waktu itu berfirmanlah Tuhan kepada Musa dan Harun di tanah Mesir, “Bulan ini akan menjadi permulaan segala bulan bagimu, bulan yang pertama bagimu tiap-tiap tahun. Katakanlah kepada segenap jemaat Israel: Pada tanggal sepuluh bulan ini hendaklah diambil seekor anak domba oleh masing-masing menurut kaum keluarga, seekor anak domba untuk tiap-tiap rumah tangga. Tetapi jika rumah tangga itu terlalu kecil jumlahnya untuk menghabiskan seekor anak domba, maka hendaklah ia bersama dengan tetangga yang terdekat mengambil seekor menurut jumlah jiwa; tentang anak domba itu, kamu buatlah perkiraan menurut keperluan tiap-tiap orang. Anak dombamu itu harus jantan, tidak bercela dan berumur satu tahun; kamu boleh mengambil domba, boleh kambing. Anak domba itu harus kamu kurung sampai tanggal empat belas bulan ini. Lalu seluruh jemaat Israel yang berkumpul harus menyembelihnya pada senja hari. Darahnya harus diambil sedikit dan dioleskan pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas rumah, tempat orang-orang makan anak domba itu. Pada malam itu juga mereka harus memakan dagingnya yang dipanggang; daging panggang itu harus mereka makan dengan roti yang tidak beragi dan sayuran pahit. Beginilah kamu harus memakannya: pinggangmu berikat, kaki berkasut, dan tongkat ada di tanganmu. Hendaknya kamu memakannya cepat-cepat. Itulah Paskah bagi Tuhan. Sebab pada malam ini Aku akan menjelajahi negeri Mesir, dan membunuh semua anak sulung, baik anak sulung manusia maupun anak sulung hewan, dan semua dewata Mesir akan Kujatuhi hukuman. Akulah Tuhan. Adapun darah domba itu menjadi tanda bagimu pada rumah-rumah tempat kamu tinggal. Apabila Aku melihat darah itu, maka Aku akan melewati kamu. Jadi tidak akan ada tulah kemusnahan di tengah-tengah kamu, pada saat Aku menghukum negeri Mesir. Hari ini harus menjadi hari peringatan bagimu, dan harus kamu rayakan sebagai hari raya bagi Tuhan turun temurun.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, 3/4, PS 856
Ref. Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagimu. Inilah Darah-Ku yang ditumpahkan bagimu. Lakukanlah ini akan peringatan kepada-Ku.
Ayat. (Mzm 116:12-13.15-16bc.17-18; R: lh. 1Kor 10: lh.16)

1. Bagaimana akan kubalas kepada Tuhan segala kebaikan-Nya kepadaku? Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama Tuhan.

2. Sungguh berhargalah di mata Tuhan kematian semua orang yang dikasihi-Nya. Ya Tuhan, aku hamba-Mu; aku hamba-Mu, anak dari sahaya-Mu. Engkau telah melepaskan belengguku.
3. Aku akan mempersembahkan kurban syukur kepada-Mu, dan akan menyerukan nama Tuhan. Aku akan membayar nazarku kepada Tuhan di depan seluruh umat-Nya.
  
   
B
acaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (1Kor 11:23-26)
 
"Setiap kali kamu makan dan minum, kamu mewartakan wafat Tuhan."
 
Saudara-saudara, apa yang telah kuteruskan kepadamu ini telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam Ia diserahkan, mengambil roti, dan setelah mengucap syukur atasnya, Ia memecah-mecahkan roti itu seraya berkata, “Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagimu; perbuatlah ini untuk mengenangkan Daku!” Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata, “Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan dalam darah-Ku. Setiap kali kamu meminumnya, perbuatlah ini untuk mengenangkan Daku.” Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum dari cawan ini, kamu mewartakan wafat Tuhan sampai Ia datang.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
 
 Bait Pengantar Injil, Mzm 95:8ab, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Yoh 13:34)
Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, sama seperti Aku telah mengasihi kamu.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (13:1-15)
 
"Ia mengasihi mereka sampai saat terakhir."
 
Sebelum Hari Raya Paskah mulai, Yesus sudah tahu bahwa saatnya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sebagaimana Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya, demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai saat terakhir. Ketika mereka sedang makan bersama, Iblis membisikkan dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, rencana untuk mengkhianati Yesus. Yesus tahu, bahwa Bapa telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Maka bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya. Kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya, lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu. Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya, “Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?” Jawab Yesus kepadanya, “Apa yang Kuperbuat, engkau tidak mengerti sekarang, tetapi engkau akan memahaminya kelak.” Kata Petrus kepada-Nya, “Selama-lamanya Engkau tidak akan membasuh kakiku!” Jawab Yesus, “Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak akan mendapat bagian bersama Aku.” Kata Simon Petrus kepada-Nya, “Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!” Kata Yesus kepadanya, “Barangsiapa sudah mandi, cukuplah ia membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Kamu pun sudah bersih, hanya tidak semua!” Yesus tahu siapa yang akan menyerahkan Dia; karena itu Ia berkata, “Tidak semua kamu bersih.” Sesudah membasuh kaki mereka, Yesus mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka, “Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Nah, jikalau Aku, Tuhan dan Gurumu, membasuh kakimu, maka kamu pun wajib saling membasuh kaki. Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepadamu, supaya kamu juga berbuat seperti yang telah Kuperbuat padamu.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Rekor Muri 2008 mencatat bahwa di Jambi telah terjadi pemecahan rekor acara pembasuhan kaki oleh 1.200 anak-anak TK. Kegiatan pemecahan rekor pembasuhan kaki itu diberi nama OBAT, singkatan dari Olah Bakti Anak Terpuji. Pada hari Ibu tahun yang sama, di Solo Grand Mall ada juga acara pembasuhan kaki. Rupanya kegiatan pembasuhan kaki sudah mewabah sejak lama di nusantara ini. Namun, tradisi pembasuhan kaki jelas merupakan tradisi Katolik yang sudah mengakar dan dipandang baik oleh umat bukan Katolik. Bagaimana orang Katolik menghayati hal ini?

Yesus kita imani sebagai pribadi sungguh Allah dan sungguh manusia. Karena itu, ketika membasuh kaki para murid, Ia pun berlaku sebagai Allah dan manusia. Mencuci kaki sebagai ungkapan pengabdian manusia satu terhadap yang lain, mudah kita terima. Tetapi, upacara Allah membasuh kaki manusia, adalah hal yang di luar jangkauan pikiran manusia. Namun, Tuhan Yesus tetap menegaskan kepada kita dengan berkata, “Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.”

Bila Yesus menegaskan diri-Nya dengan berkata, “Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan,” maka kita pun harus memahami dan menghayati peristiwa pembasuhan kaki oleh Tuhan juga dalam konteks maksud Tuhan ketika upacara itu dilakukan saat acara Makan Paskah. Allah membasuh kaki manusia bukan melulu tindakan perendahan diri Allah tetapi juga tanda pembersihan diri manusia yang akan dilaksanakan-Nya dalam kurban darah-Nya yang menyucikan manusia. Dan itulah yang secara tersirat disampaikan oleh Yesus.


Selain ungkapan perendahan diri Tuhan, pengabdian Tuhan terhadap manusia, unsur terpenting dalam pembasuhan kaki adalah penebusan. Maksud pengabdian dan penebusan ini makin jelas ketika keesokan harinya Tuhan melaksanakan misi penebusan-Nya, wafat di kayu salib. Inilah misteri iman yang mau kita rayakan dalam peristiwa agung hari Kamis Putih di mana di dalamnya terdapat upacara pembasuhan kaki.

Tuhan bukan hanya mengungkapkan maksud pengabdian-Nya tetapi lebih penting adalah rencana penebusan-Nya. Sebab itu, jangan sampai kita sebagai orang Katolik karena terlalu bersemangat dengan berbagai acara pembasuhan kaki di dalam rekoleksi keluarga atau retret pertobatan, sampai lupa akan dimensi iman yang luhur dari upacara pembasuhan kaki yaitu dimensi penebusan Tuhan.

RUAH

Kamis, 28 Maret 2013 Ekaristi Krisma di Gereja Katedral (Pembaharuan Janji Imam)

Kamis, 28 Maret 2013
Pagi: Hari Kamis Dalam Pekan Suci (U).
Ekaristi Krisma di Gereja Katedral (P).
Pembaharuan Janji Imam.
Misa Krisma dapat dipindahkan/dirayakan pada tgl. pertemuan para imam bersama Uskup, asal tak jauh dari hari Kamis.

Demi cinta akan Tuhan, tak henti-hentinya aku mengajarkan tentang Dia --- St. Gregorius Agung

Antifon Pembuka (Why 1:6)

Yesus Kristus telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya, --bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin.

Bacaan Pertama
Bacaan dari Kitab Yesaya (61:1-3a.6a.8b-9)
 
"Aku bersukaria di dalam Tuhan."

Kata nabi, Roh Tuhan ada padaku, oleh karena Tuhan telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang berkabung, untuk mengaruniakan kepada mereka perhiasan kepala ganti abu, minyak untuk pesta ganti kain kabung, nyanyian puji-pujian ganti semangat yang pudar. Tetapi kamu akan disebut imam Tuhan dan akan dinamai pelayan Allah kita. Aku akan memberi upahmu dengan tepat, dan akan mengikat perjanjian abadi dengan kamu. Keturunanmu akan terkenal di antara bangsa-bangsa, dan anak cucumu di tengah-tengah suku-suku bangsa, sehingga semua orang yang melihat mereka akan mengakui, bahwa mereka adalah keturunan yang diberkati Tuhan.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = f, 2/2, PS 868
Ref. Kerelaan Tuhan hendak kunyanyikan selama-lamanya.
Ayat. (Mzm 89:21-22.25.27; Ul: lihat 2a)
1. Aku telah mendapat Daud, hamba-Ku; Aku telah mengurapinya dengan minyak-Ku yang kudusMaka tangan-Ku tetap menyertai dia
bahkan lengan-Ku meneguhkan dia.
2. Kesetiaan dan kasih-Ku menyertai dia,dan oleh karena nama-Ku tanduknya akan meninggi. Dia pun akan berseru kepada-Ku, "Bapakulah Engkau,Allahku dan gunung keselamatanku.

Bacaan Kedua Bacaan dari Kitab Wahyu (1:5-8)
 
"Ia yang berkuasa atas raja-raja di bumi telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah."

Yesus Kristus adalah saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini. Dia mengasihi kita, dan berkat darah-Nya Ia telah melepaskan kita dari dosa kita. Dia telah membuat kita menjadi suatu kerajaan dan menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya. Bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin. Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan, dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, Amin! "Aku adalah Alfa dan Omega," firman Tuhan Allah, "yang kini ada, yang dulu sudah ada, dan yang akan tetap ada, Yang Mahakuasa."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Yes 61:1)
Roh Tuhan ada pada-Ku, karena Ia telah mengurapi Aku.

Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (4:16-21)
 
"Aku diutus menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin."
 
Sekali peristiwa datanglah Yesus ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.


Renungan

Ketika tampil didepan umum Yesus menyampaikan kabar gembira. Tahun Rahmat Tuhan telah datang. Program-Nya jelas dan terfokus, yaitu membawa kebahagiaan dan keselamatan yang ditujukan kepada pelbagai macam kelompok yang menderita: orang miskin, tawanan, orang buta, dan mereka yang tertindas. Itulah makna rahmat Tuhan telah datang.

Di manapun rasanya tak sulit untuk bertemu dengan orang yang malang, miskin dalam berbagai macam seginya: miskin dalam srti material, sosial ekonomi, miskin perhatian, kesehatan, pendidikan, dll. Apa yang telah saya lakukan untuk mereka ? Ada banyak alasan mengapa kadang kita tak berbuat apa-apa atau berbuat sedikit sekali untuk mereka. Saya sendiri masih miskin, apa yang bisa saya sumbangkan, itu menjadi salah satu pertimbangan. Atau: saya tidak tahu harus berbuat apa, kepada siapa saya harus menyampaikan bantuan saya, dan bagaimana caranya.

Itu semua kiranya bisa menjadi penghalang bagi kita untuk menjadi murid Kristus, ikut ambil bagian dalam menyampaikan Tahun Rahmat Tuhan itu. Kalau begitu kita harus berani mulai, dari yang paling kecil dan sederhana. Kalau kita mau berusaha, kita yakin bahwa jalan pasti terbuka untuk membantu mereka yang miskin dan menderita.

CONTEMPLATIO : Pejamkan mata beberapa menit. Tariklah nafas dalam-dalam dan serukan dalam hati: Tahun rahmat Tuhan telah datang. Rasakanlah pula getarnya ke seluruh bagian tubuh sehingga maknanya terserap kedalam hatimu.

ORATIO : Ya Tuhan, Engkau memberikan banyak kesemapatan kepada setiap murid-murid Kristus untuk mampu menghadirkan Kerajaan allah dan menyampaikan rahmat yang berguna bagi setiap orang yang memerlukannya. Jadikan aku alat-Mu untuk berbuat baik membantu mereka. Amin.

MISSIO : Mulai hari ini aku akan berusaha untuk memperhatikan siapa saja yang menderita di sekitarku.


Renungan Harian Mutiara Iman 2013

***

PEMBERKATAN MINYAK KRISMA

Pemberkatan minyak krisma lazimnya diselenggarakan pada hari Kamis pagi sebelum perayaan Kamis Putih. Namun, di banyak keuskupan, mengingat wilayahnya yang cukup luas dengan jarak tempuh dari satu paroki ke paroki lain cukup jauh, maka perayaan ini dilaksanakan pada hari sebelumnya. Misalnya pada hari Selasa dalam Pekan Suci, dengan pertimbangan agar para pastor paroki punya lebih banyak waktu untuk mempersiapkan Trihari Suci di paroki masing-masing dengan lebih baik dan matang.

Dalam Misa itu, Uskup memberkati tiga jenis minyak. Pertama, minyak katekumen (Oleum Catechumenorum, OC) yang nantinya akan dipakai untuk mengoles para katekumen (calon baptis) sebagai tanda resmi masuk dalam persekutuan Gereja. Kedua, minyak Krisma (Sanctum Chrisma, SC), yang akan dipakai untuk mengoles para calon Krisma sebagai tanda kematangan iman oleh Roh Kudus dalam komunitas umat beriman. Ketiga, minyak orang sakit (Oleum Infirmorum, OI), yang akan dipakai pada saat pengurapan orang sakit. Ketiga jenis minyak yang telah diberkati tersebut kemudian dibagi-bagikan kepada para pastor paroki untuk dipakai dalam pelayanan sakramental di paroki masing-masing.

Pada kesempatan Misa Krisma tersebut juga diadakan pembaruan janji imamat bagi para tertahbis; pembaruan janji setia bagi para biarawan-biarawati dan pembaruan komitmen bagi kaum awam yang hadir, terutama komitmen untuk mengikuti Kristus dan menempuh jalan kekudusan seturut panggilan mereka.

RUAH

Rabu, 27 Maret 2013 Hari Rabu dalam Pekan Suci

Rabu, 27 Maret 2013
Hari Rabu dalam Pekan Suci

Marilah kita saling mengasihi seperti Kristus mencintai kita dan menyerahkan diri-Nya bagi kita --- St. Agustinus

Antifon Pembuka (Flp 2:10.8.11)

Dalam nama Yesus, bertekuklah setiap lutut di surga, di bumi dan di bawah bumi. Sebab Yesus telah taat sampai wafat, bahkan di salib. Maka, Yesus Kristus adalah Tuhan untuk kemuliaan Allah Bapa.

Doa Pagi

Tuhan Yesus, jagalah hati dan pikiranku dengan kekuatan kasih-Mu. Aku berlindung pada-Mu dari godaan menyebar fitnah. Bantulah aku hari ini untuk senantiasa menghormati dan menjaga nama baik, tidak menjualnya demi kepuasan dan kepentingan diri sendiri. Amin.

Bacaan dari Kitab Yesaya (50:4-9a)
 
"Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku diludahi."

Tuhan Allah telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataanku aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid. Tuhan Allah telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang. Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi. Tetapi Tuhan Allah menolong aku; sebab itu aku tidak mendapat noda. Maka aku meneguhkan hatiku seperti teguhnya gunung batu, karena aku tahu bahwa aku aku tidak akan mendapat malu. Dia yang menyatakan aku benar telah dekat. Siapakah yang berani berbantah dengan aku? Marilah kita tampil bersama-sama! Siapakah lawanku beperkara? Biarlah ia mendekat kepadaku! Sungguh, Tuhan Allah menolong aku; siapakah yang berani menyatakan aku bersalah?
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan
Ref. Demi kasih setia-Mu yang besar, ya Tuhan, jawablah aku pada waktu Engkau berkenan.
Ayat. (Mzm 69:8-10.21bcd-22.31.33-34)
1. Karena Engkaulah ya Tuhan, aku menanggung cela, karena Engkaulah noda meliputi mukaku. Aku telah menjadi orang luar bagi saudara-saudaraku, menjadi orang asing bagi anak-anak ibuku; sebab cinta untuk rumah-Mu menghanguskan aku, dan kata-kata yang mencela Engkau telah menimpa aku.
2. Cela itu telah mematahkan hatiku, dan aku putus asa; aku menantikan belaskasihan, tetapi sia-sia, dan waktu aku haus, mereka memberi aku minum anggur asam.
3. Aku akan memuji-muji nama Allah dengan nyanyian, mengagungkan Dia dengan lagu syukur; Lihatlah, hai orang-orang yang rendah hati, dan bersukacitalah; biarlah hatimu hidup kembali, hai kamu yang mencari Allah! Sebab Tuhan mendengarkan orang-orang miskin, dan tidak memandang hina orang-orang-Nya yang ada dalam tahanan.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Salam, ya Raja kami, hanya Engkaulah yang mengasihani kesesatan-kesesatan kami.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (26:14-25)
 
"Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan apa yang tertulis tentang Dia, tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan!"

Sekali peristiwa, pergilah seorang dari keduabelas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala. Ia berkata, “Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?” Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya. Dan mulai saat itu Yudas mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus. Pada hari pertama dari hari raya Roti Tak Beragi datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata, “Di manakah Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu? Jawab Yesus, “Pergilah ke kota, kepada Si Anu, dan katakan kepadanya: Beginilah pesan Guru: Waktu-Ku hamper tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku.” Lalu murid-murid melakukan seperti apa yang ditugaskan Yesus kepada mereka, dan mempersiapkan Paskah. Setelah hari malam, Yesus duduk makan bersama dengan keduabelas murid itu. Dan ketika mereka sedang makan, Ia berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.” Dan dengan hati yang sangat sedih berkatalah mereka seorang demi seorang kepada-Nya, “Bukan aku, ya Tuhan?” Yesus menjawab, “Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan Aku. Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan! Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan!” Yudas, yang hendak menyerahkan Yesus itu menyahut, “Bukan aku, ya Rabi?” Kata Yesus kepadanya, “Engkau telah mengatakannya.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Pater Dehon, pendiri Kongregasi Imam-Imam Hati Kudus Yesus (SCJ) mempunyai keyakinan kuat bahwa malapetaka kemanusiaan yang terjadi di dunia ini bersumber dari dosa dan dosa yang sangat serius adalah ’pengkhianatan terhadap cinta Allah’.

Ketika manusia tidak menanggapi kasih Allah atau mengkhianati kasih-Nya, maka timbullah egoisme, korupsi, keserakahan dan kekerasan bahkan pembunuhan. Pada saat itulah terjadi malapetaka kemanusiaan. Yudas Iskariot adalah simbol sumber malapetaka kemanusiaan itu. Tindakannya yang tidak tahu berterima kasih, menjual ”kasih dan gurunya”, telah menciptakan kehidupan tanpa peradaban, yaitu kehidupan yang mudah melanggar komitmen bersama, janji suci dikhianati, kepercayaan diselewengkan, dsb. Seperti inilah masyarakat kita sekarang ini.

Situasi seperti itu membutuhkan seorang murid yang setiap pagi membuka telinga untuk mendengarkan suara Tuhan dan mempunyai lidah tajam untuk menumbuhkan semangat baru. Andalannya hanya Tuhan, ”Sungguh, Tuhan Allah menolong aku; siapakah yang berani menyatakan aku bersalah!” Siapakah ’murid itu?’ Semestinya kita, orang Katolik! Bagaimana dengan Anda?
 
Doa: Tuhan Yesus, jadikanlah aku murid-Mu yang setia membuka telinga untuk mendengarkan sabda-Mu dan berilah aku lidah yang tajam untuk memberi semangat baru kepada mereka yang letih lesu, berbeban berat dan putus asa. Amin.
  
Ziarah Batin 2013, Renungan dan Catatan Harian

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy