Berpeganglah pada ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian, dan supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk selamanya." (Ulangan 4:40)
| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |
| Meditasi Antonio Kardinal Bacci |
Lumen Christi | Facebook
| Gabung Saluran/Channel WhatsApp RenunganPagi.ID
CARI RENUNGAN
"Setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik"
Rabu, 25 Juni 2014
Hari Biasa Pekan XII
2 Raj 22:8-13;23:1-3; Mzm 119:33-34.35-36.37.40; Mat 7:15-20
"Setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik"
Sejak awal mula penciptaan, kita diciptakan dengan amat baik (bdk. Kej 1:31). Maka, kalau dikaitkan dengan analogi pohon, kita semua diciptakan sebagai pohon yang baik dan tentu saja berasal dari benih yang baik, yakni dari Tuhan sendiri. Logikanya, kita akan selalu menghasilkan buah yang baik. Namun, realitanya sering/kadang lain. Kadang buah yang kita hasilkan dalam pikiran, perasaan, keinginan, perkataan, sikap dan perbuatan justru tidak baik. Mengapa? Mungkin karena kita kurang merawat diri kita sehingga menjadi seperti pohon yang tidak dirawat dan tidak mampu menghasilkan buah yang baik. Maka, kita harus tekun merawat diri kita. Memupuk dan menyiraminya dengan doa, sabda Tuhan, Ekaristi, bacaan rohani, dll. Menyiangi dan memberantas hama yang menyerang, yakni aneka godaan roh jahat, dengan tekun melakukan penelitian batin dan menerima sakramen tobat. Melalui cara-cara ini, kita berusaha memelihara dan mempertahankan kondisi baik yang kita terima sejak penciptaan dan sekaligus menanggulangi diri dari berbagai macam hama yang mengganggu. Dengan demikian, kita dimampukan untuk selalu menghasilkan buah yabg baik dalam pikiran, perasaan, keinginan, perkataan, sikap dan perbuatan.
Doa: Tuhan, bantulah kami untuk selalu menjadi pohon yang baik sehingga mampu menghasilkan buah-buah yang baik dalam pikiran, perasaan, keinginan, perkataan, sikap dan perbuatan kami. Amin. -agawpr-
Rabu, 25 Juni 2014 Hari Biasa Pekan XII
Rabu, 25 Juni 2014
Hari Biasa Pekan XII
Setiap perbuatan, pemikiran atau perkataan yang mengandung hawa nafsu, tidak selaras dengan Kristus (St. Gregorius dari Nissa)
Antifon Pembuka (Mzm 15:1a.2)
Tuhan, siapa yang boleh menumpang di kemah-Mu? Orang yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil, dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya.
Doa Pagi
Ya Yesus, bantulah kami agar tetap setia pada iman akan Dikau, terlebih bila hal itu menuntut pengorbanan yang melampaui kekuatan kami. bantulah kami agar hari ini kami tetap bersikap jujur dan setia dalam menghadapi segala persoalan. Sebab Engkaulah Tuhan, Pengantara kami. Amin.
Bacaan dari Kitab Kedua Raja-Raja (22:8-13; 23:1-3)
Hari Biasa Pekan XII
Setiap perbuatan, pemikiran atau perkataan yang mengandung hawa nafsu, tidak selaras dengan Kristus (St. Gregorius dari Nissa)
Antifon Pembuka (Mzm 15:1a.2)
Tuhan, siapa yang boleh menumpang di kemah-Mu? Orang yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil, dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya.
Doa Pagi
Ya Yesus, bantulah kami agar tetap setia pada iman akan Dikau, terlebih bila hal itu menuntut pengorbanan yang melampaui kekuatan kami. bantulah kami agar hari ini kami tetap bersikap jujur dan setia dalam menghadapi segala persoalan. Sebab Engkaulah Tuhan, Pengantara kami. Amin.
Bacaan dari Kitab Kedua Raja-Raja (22:8-13; 23:1-3)
"Di depan rakyat raja membacakan segala perkataan dari kitab perjanjian
yang ditemukan di rumah Tuhan, dan diadakannyalah perjanjian di hadapan
Tuhan."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Perlihatkanlah kepadaku, ya Tuhan, petunjuk-petunjuk ketetapan-Mu.
Ayat. (Mzm 119:33-34.35-36.37.40)
1. Perlihatkanlah kepadaku, ya Tuhan, petunjuk-petunjuk ketetapan-Mu, aku hendak memegangnya sampai saat terakhir.
2. Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang hukum-Mu; dengan segenap hati aku hendak memeliharanya.
3. Biarlah aku hidup menurut petunjuk perintah-perintah-Mu, sebab aku menyukainya.
4. Lalukanlah mataku dari hal-hal yang hampa, hidupkanlah aku dengan jalan-jalan yang Kautunjukkan!
5. Sesungguhnya aku rindu akan titah-titah-Mu, hidupkanlah aku dengan keadilan-Mu!
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (Yoh 15:5.5b)
Tinggallah dalam Aku, dan Aku dalam kamu, sabda Tuhan; barangsiapa tinggal dalam Aku, akan menghasilkan banyak buah.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (7:15-20)
"Dari buahnyalah kalian akan mengenal mereka."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Yosia berumur delapan tahun pada waktu ia menjadi Raja. Di usia mudanya, ia melakukan apa yang benar di mata Tuhan. Ia hidup sama seperti Daud, bapa leluhurnya, dan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri (2Raj.22:1). Berbeda dengan para raja sebelumnya, Yosia mengindahkan firman Allah, sehingga malapetaku tidak jadi ditimpakan kepada Kerajaan Yehuda. Coba banyangkan jika semua generasi muda kita bertindak seperti Raja Yosia!
Setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik; demikian pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik pula. Tutur kata dan tindak tanduk adalah pantulan jiwa, suasana batin kita. Peringatan Yesus tentang nabi-nabi palsu hendaknya menyadarkan kita agar berhati-hati. Jangan hanya karena terdengar religius, atau didukung oleh sekelompok orang beragama, maka niat dan hasilnya pun akan baik. Belum tentu! Kita dituntut untuk memiliki kemampuan discernment rohani yang bagus. Kata-kata harus diuji dalam perbuatan, dan perbuatan adalah ukuran yang benar tentang tabiat seseorang.
Ya Tuhan, dekaplah aku dalam kasih-Mu agar pikiran, perasaan, tutur kata dan tingkah lakuku dalam pergaulan sosial setiap hari mampu mencerminkan cinta-Mu kepada dunia. Amin.
Ziarah Batin 2014, Renungan dan Catatan Harian
Selasa, 24 Juni 2014 Hari Raya Kelahiran Santo Yohanes Pembaptis
Selasa, 24 Juni 2014
Hari Raya Kelahiran Santo Yohanes Pembaptis
Kita merayakan kelahiran Yohanes seperti kita merayakan kelahiran Kristus. (St. Agustinus)
Antifon Pembuka (Yoh 1:6-7; Luk 1:17)
Seorang utusan Allah datang, namanya Yohanes. Ia datang sebagai bentara untuk mewartakan cahaya, dan mempersiapkan bangsa sempurna bagi Tuhan.
De ventre matris meæ vocavit me Dominus nomine meo: et posuit os meum ut gladium acutum: sub tegumento manus suæ protexit me, posuit me quasi sagitam electam.
A man was sent from God, whose name was John. He came to testify to the light, to prepare a people fit for the Lord.
Hari Raya Kelahiran Santo Yohanes Pembaptis
Kita merayakan kelahiran Yohanes seperti kita merayakan kelahiran Kristus. (St. Agustinus)
Antifon Pembuka (Yoh 1:6-7; Luk 1:17)
Seorang utusan Allah datang, namanya Yohanes. Ia datang sebagai bentara untuk mewartakan cahaya, dan mempersiapkan bangsa sempurna bagi Tuhan.
De ventre matris meæ vocavit me Dominus nomine meo: et posuit os meum ut gladium acutum: sub tegumento manus suæ protexit me, posuit me quasi sagitam electam.
A man was sent from God, whose name was John. He came to testify to the light, to prepare a people fit for the Lord.
Pada Misa Hari Raya Kelahiran St. Yohanes Pembaptis ada Madah Kemuliaan (Gloria) dan Syahadat (Credo)
Doa Pagi
Allah yang Mahakuasa, kami mohon, bantulah umat-Mu menempuh jalan keselamatan. Semoga dengan mendengarkan seruan Santo Yohanes, Sang Perintis, kami sampai kepada Dia yang dinubuatkannya, yakni Tuhan kami, Yesus Kristus, Putra-Mu, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Yesaya (49:1-6)
"Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan do = a, 2/4, PS 830
Ref. Aku wartakan karya agung-Mu, Tuhan, karya agung-Mu karya keselamatan.
Ayat. (Mzm 139:1-3.13-14ab.14c-15; Ul: 13b)
1. Tuhan, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Engkau mengetahui apakah aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumiliki.
2. Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, Engkaulah yang menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena misteri kejadianku, ajaiblah apa yang Kauperbuat.
3. Jiwaku benar-benar menyadarinya, tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah.
Bacaan dari Kisah Para Rasul (13:22-26)
"Kedatangan Yesus disiapkan oleh Yohanes."
Pada suatu hari Sabat, di rumah ibadat di Antiokhia Paulus berkata, “Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi umat-Nya. Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku. Dari keturunannyalah, sesuai dengan yang telah dijanjikan-Nya, Allah telah membangkitkan Juruselamat bagi orang Israel, yaitu Yesus. Menjelang kedatangan Yesus itu, Yohanes telah menyerukan kepada seluruh bangsa Israel supaya mereka bertobat dan memberi diri dibaptis. Dan ketika hampir selesai menunaikan tugasnya, Yohanes berkata: Aku bukanlah Dia yang kamu sangka; tetapi Dia akan datang kemudian daripada aku. Membuka kasut dari kaki-Nya pun aku tidak layak. Hai saudara-saudara, baik yang termasuk keturunan Abraham, maupun yang takut akan Allah, kabar keselamatan itu sudah disampaikan kepada kita.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil do = g, 2/4, PS 952
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Luk 1:76)
Engkau, hai anak-Ku, akan disebut nabi Allah yang Mahatinggi karena engkau akan berjalan mendahului Tuhan untuk menyiapkan jalan bagi-Nya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (1:57-66.80)
"Namanya adalah Yohanes."
Pada waktu itu, genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika para tetangga serta sanak saudaranya mendengar bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepada Elisabet, bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia. Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu, dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya. Tetapi Elisabet, ibunya, berkata, “Jangan, ia harus dinamai Yohanes.” Kata mereka kepadanya, “Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian.” Lalu mereka memberi isyarat kepada Zakharia untuk bertanya nama apa yang hendak ia berikan kepada anaknya itu. Zakharia meminta batu tulis, lalu menuliskan kata-kata ini, “Namanya adalah Yohanes.” Dan mereka pun heran semuanya. Seketika itu juga terbukalah mulut Zakharia, dan terlepaslah lidahnya, lalu ia berkata-kata dan memuji Allah. Maka ketakutanlah semua orang yang tinggal di sekitarnya, dan segala peristiwa itu menjadi buah tutur di seluruh pegunungan Yudea. Semua yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata, “Menjadi apakah anak ini nanti?” Sebab tangan Tuhan menyertai dia. Anak itu bertambah besar dan makin kuat rohnya. Ia kemudian tinggal di padang gurun sampai tiba harinya ia harus menampakkan diri kepada Israel.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Hari ini, bersama seluruh Gereja Katolik kita merayakan Hari Raya Kelahiran Santo Yohanes Pembaptis. Kelahiran Santo Yohanes hampir tidak dipercayai oleh ayahnya, Zakaria, hingga Allah membuat beliau menjadi bisu. Rencana Allah, memang tidak dapat dimengerti oleh akal manusia kita yang terbatas. Peristiwa ini mengajak kita, bagaimana kita semua harus memandang bahwa setiap pertemuan dengan sesama kita, semua hal yang kita lakukan dalam kehidupan kita sehari – hari, serta suka duka yang kita rasakan, sebenarnya sesuatu hal yang luar biasa. Mengapa? Contoh paling kecil saja, apakah kita dapat membayangkan kalau hari ini kita tidak lagi bernafas, tidak lagi melangkahkan satu jengkal saja kaki kita untuk berjalan?
Kehidupan yang kita rasakan saat ini sebenarnya anugerah terbesar dan karya Allah yang patut kita syukuri, dan ini benar – benar diluar kemampuan kita untuk memikirkannya, mengapa? Sederhana saja, kita tidak pernah tahu kapan kita akan menghadap Allah, bukan? Secara teori kita dapat menerima hidup itu adalah karya Allah yang melampaui batas, tetapi jika kita boleh memandang setiap hal kecil dalam kehidupan kita sehari – hari, pikirkan kembali, siapa yang membuat semuanya menjadi sempurna? Dukacita hidup pun adalah anugerah yang harus kita syukuri, dan ini diluar kemampuan kita untuk berpikir. Kehidupan yang tidak enak terkadang mengajak kita untuk melatih diri dan Yesus mau mendidik kita menjadi manusia yang tangguh dan tahan uji. Dibalik realitas yang tidak meng-enakkan itu juga kadang Allah mau mengajak kita untuk memalingkan pandangan kita kepada-Nya yang kadang kita lupakan saat keadaan benar – benar sesuai dengan hati kita. Itulah karya Allah yang luar biasa!
Sosok Santo Yohanes Pembaptis kita kenal juga sebagai utusan Allah yang mempersiapkan jalan bagi Yesus yang akan datang dari surga. Gereja Katolik mengajak kita semua, untuk belajar dari sosok orang kudus ini. Hidup dan mati kita berada sepenuhnya di tangan Allah, dan pada saatnya kita harus bertemu dengan Yesus. Jika saja St Yohanes Pembaptis mempersiapkan jalan bagi Yesus untuk kita mengenal-Nya, sudahkah kita sendiri mempersiapkan diri kita sendiri untuk bertemu dengan Yesus di Kerajaan Surga melalui setiap perkataan dan karya yang baik dan bijaksana menjadi suatu persembahan yang hidup bagi Yesus? Sudahkah perbuatan kita menjadi suatu persembahan yang pantas bagi Yesus? Kita semua orang berdosa, dan Yesus rindu agar kita mau berbalik kepada Yesus. Melalui orang kudus ini pula, kita harus mempersiapkan jalan bagi Yesus kepada orang lain yang belum mengenal Yesus, dengan sikap kita, dengan perkataan kita, yang mencerminkan sosok pribadi Kristus yang penuh kasih, lembut namun juga mendidik.perlu kita ketahui, Santo Yohanes Pembaptis juga seorang pertapa di padang gurun.
Gereja mengajak kita untuk meneladani beliau, bagaimana hidup doa kita? Bagaimana hidup kita sudah menjadi suatu doa? Lebih nyatanya lagi, apakah saya sendiri sudah mempersembahkan diri saya kepada Allah dalam pertemuan jemaat pada Misa di Paroki? Selamat merefleksikan dan meneladani Santo Yohanes Pembaptis.
Deus Providebit
Dalam kotbah di bukit, Yesus berkata, “Janganlah menghakimi, supaya kalian tidak dihakimi.”
Senin, 23 Juni 2014
Hari Biasa Pekan XII
2 Raj 17:5-8.13-15a.18; Mzm 60:3.4-5.12-13; Mat 7:1-5
Dalam kotbah di bukit, Yesus berkata, “Janganlah menghakimi, supaya kalian tidak dihakimi.”
Dalam ilmu psikologi ada mekanisme pembelaan diri yang disebut "proyeksi", yakni usaha untuk menutupi atau menyembunyikan kesalahan, kegagalan, dan hal-hal tidak baik lainnya dengan cara menyalahkan orang lain atau keadaan. Dengan kata lain, proyeksi merupakan usaha untuk mengenakan kepada orang lain hal-hal tidak baik yang sebenarnya ada ada dalam diri kita. Jadi, kalau kita menuduhkan hal-hal buruk kepada orang lain, sebenarnya hal-hal buruk tersebut juga kita miliki, bahkan lebih besar dibandingkan yang dimiliki orang lain. Yesus menggunakan perbandingan bahwa yang kita miliki itu sebesar balok sedang yang dimiliki orang lain hanya sebesar selumbar. Namun, untuk menutup-nutupi hal buruk/negatif dalam diri kita, selain menuduhkannnya kepada orang lain, kita juga cenderung membesar-besarkan keburukan mereka. Betapa jahatnya kita dengan tindakan ini. Maka, Yesus mengingatkan dengan tegas, "Jangan menghakimi". Sebaliknya, Yesus mengajak kita untuk selalu instropeksi diri. Memang, memberi masukan, nasihat, saran dan pendapat kepada orang lain itu selalu baik dan wajib kita lakukan tetapi semua ini berbeda dengan penghakiman. Penghakiman cenderung mencari/menuduhkan kesalahan dan hal-hal buruk kepada orang lain, yang seringkali disertai dengan kebencian atau rasa tidak suka dan tanpa disertai usaha untuk membantu memperbaiki diri. Sementara masukan, nasihat, saran dan pendapat selalu disadari oleh kasih dan mempunyai maksud untuk bersama-sama mengupayakan yang lebih baik.
Doa: Tuhan, tolonglah kami untuk lebih banyak melakukan instropeksi diri dan mampukan kami untuk manjauhkan diri dari kebiasaan menghakimi orang lain serta membicarakan kejelekan mereka. Amin. -agawpr-
Senin, 23 Juni 2014 Hari Biasa Pekan XII
Senin, 23 Juni 2014
Hari Biasa Pekan XII
Oleh Tuhan kita diberi kurnia istimewa, boleh ikut memakai nama yang dari Allah, nama yang melebihi segala nama: kita disebut orang Kristiani (St. Gregorius dari Nissa)
Antifon Pembuka (Mzm 33:22)
Kasih setia-Mu, ya Tuhan, kiranya menyertai kami, sebab pada-Mulah kami berharap.
Doa Pagi
Ya Tuhan, bantulah kami dengan rahmat-Mu agar kami tidak mudah menyalahkan orang lain tetapi berani merefleksi diri sendiri, membenahi apa yang kurang pada diri sendiri dan tidak sibuk mencari kesalahan orang lain. Berkatilah kami sepanjang hari ini sehingga dapat berlaku jujur dan rendah hati. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
Bacaan dari Kitab Kedua Raja-Raja (17:5-8.13-15a.18)
Hari Biasa Pekan XII
Oleh Tuhan kita diberi kurnia istimewa, boleh ikut memakai nama yang dari Allah, nama yang melebihi segala nama: kita disebut orang Kristiani (St. Gregorius dari Nissa)
Antifon Pembuka (Mzm 33:22)
Kasih setia-Mu, ya Tuhan, kiranya menyertai kami, sebab pada-Mulah kami berharap.
Doa Pagi
Ya Tuhan, bantulah kami dengan rahmat-Mu agar kami tidak mudah menyalahkan orang lain tetapi berani merefleksi diri sendiri, membenahi apa yang kurang pada diri sendiri dan tidak sibuk mencari kesalahan orang lain. Berkatilah kami sepanjang hari ini sehingga dapat berlaku jujur dan rendah hati. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
Bacaan dari Kitab Kedua Raja-Raja (17:5-8.13-15a.18)
"Tuhan menjauhkan Israel dari hadapan-Nya, dan tidak ada yang tinggal kecuali suku Yehuda saja."
Pada waktu itu setelah memenjarakan Raja Hosea, Salmaneser, raja Asyur, menjelajah seluruh negeri Israel. Ia menyerang Kota Samaria dan mengepungnya selama tiga tahun. Dalam tahun kesembilan zaman Raja Hosea raja Asyur merebut Samaria. Ia mengangkut orang-orang Israel ke Asyur, ke dalam pembuangan, dan menyuruh mereka tinggal di Halah, di tepi Sungai Habor, yakni sungai negeri Gozan, dan di kota-kota orang Madai. Hal itu terjadi, karena orang Israel telah berdosa kepada Tuhan, Allah mereka, yang telah menuntun mereka dari tanah Mesir, dari kekuasaan Firaun, raja Mesir, dan karena mereka telah menyembah allah lain. Lagi pula mereka telah hidup menurut adat istiadat bangsa-bangsa yang telah dihalau Tuhan dari depan orang Israel, dan menurut ketetapan yang telah dibuat raja-raja Israel. Tuhan telah memperingatkan orang Israel dan orang Yehuda dengan perantaraan semua nabi dan semua pelihat, "Berbaliklah kalian dari jalan-jalanmu yang jahat itu; dan tetaplah mengikuti segala perintah dan ketetapan-Ku, sesuai dengan segala undang-undang yang telah Kuperintahkan kepada nenek moyangmu dan yang telah Kusampaikan kepada mereka dengan perantaraan hamba-hamba-Ku para nabi." Tetapi mereka tidak mau mendengarkan; mereka bertegar hati seperti nenek moyangnya yang tidak percaya kepada Tuhan, Allah mereka. Mereka menolak ketetapan dan perjanjian Tuhan, yang telah diadakan dengan nenek moyang mereka, mereka membuang peraturan-peraturan Tuhan yang telah disampaikan kepada mereka. Sebab itu Tuhan sangat murka kepada Israel, dan menjauhkan mereka dari hadapan-Nya; tidak ada yang tinggal kecuali suku Yehuda saja.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Selamatkanlah kami dengan tangan kanan-Mu, ya Tuhan, dan jawablah kami.
Ayat. (Mzm 60:3.4-5.12-13)
1. Ya Allah, Engkau telah membuang kami, dan menembus pertahanan kami; Engkau telah murka; pulihkanlah kami!
2. Engkau telah menggoncangkan bumi dan membelahnya; perbaikilah retak-retaknya, sebab kami telah goyah. Engkau telah membuat umat-Mu mengalami penderitaan yang berat, Engkau telah memberi kami minum anggur yang memusingkan.
3. Bukankah Engkau, ya Allah, yang telah membuang kami? Bukankah Engkau tidak maju bersama bala tentara kami? Berikanlah kepada kami pertolongan terhadap lawan, sebab sia-sialah penyelamatan dari manusia.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. Firman Tuhan itu hidup dan kuat, menusuk ke dalam jiwa dan roh.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (7:1-5)
"Keluarkanlah dahulu balok dari matamu sendiri."
Dalam kotbah di bukit, Yesus berkata, “Janganlah menghakimi, supaya kalian tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang telah kalian pakai untuk menghakimi, kalian sendiri akan dihakimi. Dan ukuran yang kalian pakai untuk mengukur akan ditetapkan pada kalian sendiri. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu, ‘Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu’, padahal di dalam matamu sendiri ada balok? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu sendiri, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar dari mata saudaramu.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Injil hari ini, walaupun begitu sederhana dan mudah dimengerti, tetapi mengajak kita untuk merefleksikan kembali hidup pribadi kita. Dalam kehidupan sehari-hari, terlebih lagi apabila kita adalah seorang pemimpin sebuah organisasi, mengkritik merupakan hal yang begitu mudah. Komentar adalah sesuatu yang biasa. Tidak pernah ada manusia yang sempurna, tetapi kita mempunyai Guru yang sempurna, yaitu Yesus. Yesus mengajak kita untuk merefleksikan setiap kritik yang seringkali dengan mudahnya kita lancarkan kepada orang lain. Kelemahan-kelemahan orang lain terkadang membuat kita tidak tahan untuk mengomentarinya, semisal saja kita sering mengatakan kepada orang lain “kamu egois”, Yesus, guru kita yang sempurna mengatakan “Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” (Mat 7:2), ketika kita mengatakan orang lain egois, sudahkah kita melihat diri kita sendiri? Apakah pribadi kita sudah mampu melepaskan ke-egoisan dalam diri sendiri, sehingga dapat dengan mudahnya menghakimi orang lain? . “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?” (Mat 7:3) sudahkah kita melihat diri sendiri? Kita bisa saja menasihati orang lain dalam kasih untuk saling membangun diri dan bertumbuh di dalam Yesus, tetapi menasihati orang lain tidak sama dengan menghakimi.
Yesus mengatakan “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.” (Mat 7:1). Hak menghakimi bukanlah milik kita, kita hanya manusia kepunyaan dan ciptaan Allah. Menghakimi merupakan sikap dimana kita mampu menuntut orang lain untuk melakukan kebajikan dan kebaikan, tetapi diri sendiri belum mampu melakukan kebajikan dan kebaikan yang kita tuntut pada orang lain. Jika ini yang terjadi, maka kita sendiri pun akan dengan mudah dihakimi orang lain, istilah zaman sekarang akan dicap sebagai “omong doang” dan bahayanya lagi “dihakimi” oleh Allah yang mempunyai hak untuk menghakimi. Menasihati, bukanlah menuntut orang lain untuk melakukan kebajikan dan kebaikan yang kita mau terhadap orang lain. Menasihati dan menghakimi memang sama – sama berusaha untuk membangun hidup orang lain menjadi lebih baik, dan yang terpenting semakin berkembang di dalam Yesus. Tetapi, menasihati memiliki dimensi dimana kita sendiri harus mengakui bahwa “saya sendiri masih belum sempurna”, dan ketika nasihat dilancarkan, kita menyadari betul bahwa saat itu nasihat berbalik kearah kita sendiri.
Menghakimi hanya mempunyai satu arah, yaitu kita sendiri kepada orang yang dituntut, menghakimi hanya menciptakan pribadi yang tidak rendah hati seperti Yesus, sikap menghakimi hanyalah sikap yang dipenuhi dengan ambisi dan kemarahan. Menasihati, mempunyai dua arah, dimana “saya menasihati kamu” dan dengan sendirinya nasihat itu berbalik kearah saya, dan dengan segala keterbatasan manusia, bersama semua orang yang tidak sempurna kita mau membangun kasih terhadap sesama dan Yesus.
Menasihati menuntut sikap rendah hati. Santo Fransiskus dari Assisi, orang kudus yang dengan total mengikuti Injil untuk mencapai kesatuan penuh dalam kasih akan Yesus pernah mengajarkan untuk “menerima setiap kelemahan orang lain dalam kerendahan hati”. Mari, kita belajar untuk tidak menghakimi orang lain, sebab “mulutmu adalah harimaumu”, apa yang kita katakana merupakan cerminan pribadi kita secara tidak langsung. Sebagai anak – anak Allah, kita harus mengenakan kata – kata Kristus yang penuh kasih dan kelembutan.
Godaan yang paling sering dan paling tersembunyi ialah kekurangan iman
dari pihak kita. Hal itu tidak menyatakan diri dalam ketidakpercayaan
jelas, tetapi de fakto menonjolkan hal-hal lain. Kalau kita mulai
berdoa, seribu satu pekerjaan dan kesusahan yang kita anggap sangat
mendesak, menampilkan diri sebagai sangat penting. Inilah saatnya, di
mana menjadi nyata, kepada apa hati kita memberikan prioritas. Suatu
ketika kita menghadap Tuhan sebagai pertolongan kita yang terakhir,
tetapi kita tidak selalu benar-benar yakin akan pertolongan-Nya. Pada
waktu lain kita menjadikan Tuhan itu sekutu kita, namun hati kita tetap
sombong. Dalam semua hal ini kekurangan kita dalam iman menyatakan bahwa
kita belum cukup rendah hati: "Di luar Aku, kamu tidak dapat berbuat
apa-apa" (Yoh 15:5). (Katekismus Gereja Katolik, 2732)
Deus Providebit
"Tubuh-Ku benar-benar makanan, Darah-Ku benar-benar minuman."
Minggu, 22 Juni 2014
Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus
Ul 8:2-3.14b-16a; Mzm 147:12-13.14-15.19-20; 1 Kor 10:16-17; Yoh 6:51-58
"Tubuh-Ku benar-benar makanan, Darah-Ku benar-benar minuman."
Kita semua tahu makanan itu amat penting untuk hidup kita. Untuk itu, Tuhan sejak awal penciptaan, Tuhan selalu menyediakan makanan bagi manusia dan makhluk hidup lainnya (bdk. Kej 1:29-30). Kalau kita mencermati Injil hari ini, tampak juga adanya rantai makanan yang berpangkal dari Allah Bapa dan mengalir kepada kita. "Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa memakan Aku, ia akan hidup oleh Aku." (Yoh 6:57). Allah Bapa memberi hidup kepada Yesus sehingga Yesus memperoleh hidup dari Bapa. Kemudian, Yesus memberikan hidup-Nya, yakni tubuh dan darah-Nya untuk kita, sehingga kita pun memperoleh hidup dari Yesus. Maka, kita tidak boleh memutus rantai makanan ini. Karena kita telah menerima hidup dari Yesus, maka kita juga wajib untuk membagikan hidup kita kepada sesama. Untuk itu, pada Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus ini, marilah kita bersyukur atas makanan dan minuman rohani yang selalu diberikan Tuhan kepada kita melalui Ekaristi sehingga kita mempunyai jaminan hidup, bukan hanya di dunia ini tetapi juga di surga kelak. Semoga, dengan Ekaristi kita pun selalu ingat akan Tuhan yang mencintai, memelihara dan menjamin hidup kita sebagaimana ditegaskan oleh Musa dalam bacaan pertama (Ul 8:2). Selain itu, dengan hati yang penuh syukur itu, marilah kita salurkan anugerah kehidupan yang kita terima dari Tuhan kepada sesama dengan rela berbagi melalui pelbagai pengabdian dan pelayanan yang semakin meneguhkan persekutuan umat manusia dalam kehidupan bersama yang damai dan sejahtera (bdk. 1 Kor 10:16-17).
Doa: Tuhan, bantulah kami untuk selalu membuka hati dalam menerima makanan dan minuman rohani yang secara istimewa Kauberikan kepada kami melalui Ekaristi. Semoga, kami pun semakin tergerak untuk berbagi hidup melalui aneka pengabdian dan pelayanan kepada sesama. Amin. -agawpr-
Langganan:
Postingan (Atom)
terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati